"Apa kamu selalu berpikiran jelek seperti itu?" Tanyanya dengan nada datar.
Kenapa dia tiba-tiba bertanya seperti itu?! Seakan dia mengetahui isi hatiku. Apa dia cenayang?
"Haahh..." Leonard mendesah lelah.
"Aku tahu kamu sangat merindukan keluargamu, terlebih kamu pasti merindukan ibumu. Aku cukup tahu jika kehidupan di istana ini sangat berat dan asing bagimu. Tapi kan kamu bukan berarti tidak dapat menemui keluargamu sama sekali. Kamu bisa mengundang mereka ke sini atau kau bisa sesekali berkunjung ke rumah keluargamu." Ujar Leonard yang mencoba menasehatiku.
Hmm... Tak ku sangka hari ini dia banyak bicara padaku dan ini cukup membuatku terkejut. Tapi Leonard... Aku memang tidak dapat mengunjungi keluargaku lagi. Karena aku bukan dari dunia ini.
"Dan satu hal yang harus kau tahu, meskipun ruangan ini dihias cukup cantik untuk saat ini tapi ini adalah tempat tidurku. Aku hanya tidak ingin ada mayat di ruang tidurku, itu sangat merepotkan untuk membersihkannya." Ujarnya dengan kata-kata sarkas dan berbalik untuk pergi. Apa dia tersinggung dengan pertanyaanku tadi?
"Bu, bukan itu maksudku... Hei tunggu!!" Leonard berhenti ketika mendengar seruanku dan menengok ke arahku dengan tangan yang sudah memegang handle pintu.
"Aku akan berbaik hati untuk sekali ini saja dan cepat kembali ke istanamu sendiri setelah Matahari terbit." Setelah mengatakan itu Leonard benar-benar keluar dari kamarnya, sementara aku hanya diam menatapnya keluar tanpa mampu berkata-kata lagi. Ya... Aku akui jika aku sudah menyusahkannya hari ini dan mungkin telah membuatnya tersinggung.
Bagaimana ini? Sepertinya dia salah paham dan mengartikan pertanyaan tadi...
'Aku kan ingin mati tapi mengapa kamu menyelamatkanku?!'
Kira-kira seperti itu. Ah.. Pantas saja jika dia marah, dia kan sudah tulus menolongku agar tidak mati. Haruskah aku meminta maaf? Ya, tentu saja aku harus meminta maaf demi kepalaku yang masih menancap di leherku.
Tok..tok..tok...
Siapa yang mengetuk pintu? Apa Leonard akhirnya kembali lagi?
"Masuk!" Seruku dari dalam, dan saat masuk ternyata itu para pelayan istana.
Untuk apa para pelayan istana datang kesini?
"Tolong maafkan kami Tuan Putri..." Ucap para pelayan tersebut seraya membungkukkan badannya ke arahku.
Ha?! Sebenarnya ada apa lagi ini?
"Ini semua salah kami karena tidak tahu jika anda sedang sakit. Kami kira Tuan Putri hanya kelelahan dan kami jadi tidak enak untuk membangunkan Tuan Putri yang tertidur lelap." Ucap salah satu pelayan istana tersebut dengan kepala tertunduk namun terlihat jelas tidak ada penyesalan dari raut wajah mereka.
"Tolong maafkan kami Tuan Putri... Kami pantas mati!" Seru mereka serempak dengan membungkukkan badan.
Bohong! Itu sangat terlihat jelas dari wajah kalian. Aku yakin Leonard sudah memberitahukan pada mereka jika aku sedang sakit, tapi sebenarnya mereka sengaja membiarkanku karena tidak ingin repot mengurusku. Aku tahu mayoritas pelayan istana Pangeran ini adalah kaki tangan Ratu Media. Aku adalah Putri yang dipilih langsung oleh Ratu Media, namun meski demikian bagi Ratu aku tidaklah penting karena aku hanya sekedar boneka baginya. Aku akan otomatis diusir jika Pangeran Leonard jatuh dan Pangeran Oscar yang merupakan putra kandung Ratu naik tahta. Terlebih lagi aku sama sekali tidak punya koneksi di Kekaisaran ini. Meskipun begitu kelalaian pelayan terhadap Putri yang merupakan istri Pangeran adalah kesalahan besar.
Aku turun dari ranjangku dan menghampiri mereka yang masih tertunduk di hadapanku.
Hahh... Bagaimana ya? Tujuanku adalah hidup tenang sampai aku bercerai dengan Leonar baik-baik. Tapi jika aku membiarkan mereka sekarang, nanti para pelayan istana ini akan memandangku remeh dan semakin kurang ajar. Terpaksa aku harus bertindak tegas.
"Angkat kepala kalian!" Perintahku dengan tegas dan merekapun langsung mengangkat kepala tanpa rasa ragu.
Hmm... Kalau begini aku tidak bisa tinggal diam lagi.
Plak!!
Aku langsung menampar wajah pelayan istana yang berbicara tadi dan dia langsung terkejut, begitupun pelayan yang lainnya.
"Tu.. Tuan Putri...!" Dengan terbata dia berseru padaku sambil memegang pipinya bekas tamparanku dengan wajah terkejut.
Ohh, dia bahkan berteriak padaku. Hmm... Sudah aku duga dengan melihat ekspresi keterkejutannya, mereka pasti tidak mengira jika aku bertindak sejauh ini. Dari awal mereka sudah mengira aku akan diam saja dan mudah untuk meredamkan amarahku.
"Karena kecerobohan kalian keluarga Kekaisaran hampir saja mati! Apa kalian lupa siapa aku?! Aku adalah istri Pangeran pertama yang dipilih langaung oleh Ratu. Jika sesuatu terjadi padaku apa kalian mau bertanggung jawab??" Ocehku dengan nada sengit pada mereka.
Lihatlah! Setelah aku menyebut nama Ratu wajah mereka mulai terlihat cemas.
"Aku akan melaporkan masalah ini kepada Ratu Media." Gertakku pada mereka seraya membalikkan badan hendak kembali ke ranjangku.
"Tu, Tuan Putri tolong maafkan kami sekali ini saja!" Serunya dengan nada memohon penuh ketakutan.
"Ratu Media yang akan memutuskan hukuman yang tepat untuk kalian." Ucapku penuh penekanan, dan itu sontak membuat mereka semakin ketakutan dan memohon padaku.
"Yang Mulia Putri tolong maafkan kami...!"
"Kami mohon Tuan Putri maafkan kami...!" Seru mereka semua yang membuat telingaku berdengung.
"Sebaiknya kalian keluar semua! Kepalaku masih pusing!" Seruku mengusir pelayan-pelayan istana tersebut dan mereka keluar dengan patuh.
Akhirnya aku sudah mengusir para pelayan kurang ajar itu. Sudah aku duga pengaruh Ratu sangatlah hebat. Meskipun bagi Ratu aku adalah boneka yang kapan saja dapat dibuang jika sudah tidak berguna, tapi sekarang bukan saatnya aku dibuang! Yang harus aku lakukan selanjutnya adalah...
Keesokan harinya di Istana Putri...
"Ini adalah jadwal harian Pangeran Pertama yang anda inginkan Tuan Putri..." Ucap pelayan pribadiku Anne seraya menyerahkan gulungan kertas yang berisi jadwal harian Leonard.
"Terimakasih." Sahutku sambil menerima gulungan kertas tersebut. Dan akupun langsung memeriksanya.
Siang nanti Leonard ada kelas seni pedang. Bagus, ini dia!!
"Anne, tolong katakan pada koki untuk membuatkan salad buah dan kue yang manis siang nanti." Perintahku pada Anne.
"Baik Tuan Putri." Jawab Anne.
"Oh, dan tolong bantu aku siap-siap untuk pergi keluar keluar sekarang juga." Perintahku lagi pada Anne.
"Tapi Tuan Putri, itu... Anda tidak ada jadwal apa-apa pagi ini. Kalau boleh saya tahu Tuan Putri ingin pergi kemana?" Tanya Anne dengan rasa penasarannya.
"Aku mau pergi ke istana Ratu." Mendengar jawabanku Anne terlihat sedikit terkejut.
"Apa?! Kenapa Tuan Putri tiba-tiba ingin pergi ke istana Ratu?" Tanya Anne lagi padaku.
"Sebagai menantu yang baik tentu saja aku harus memberi salam pada Ratu yang merupakan mertuaku bukan?" Jawabku dengan senyum di bibirku.
"Baiklah Tuan Putri saya akan membantu anda bersiap-siap sekarang juga." Ucap Anne seraya menundukkan kepala dengan sikap sopan.
"Terimakasih Anne." Sahutku.
Setelah selesai bersiap aku langsung menuju ke istana Ratu untuk bertemu Ratu Media. Dan tanpa terasa, disinilah aku berada saat ini. Di istana Ratu.
"Masuklah Putri Louisse." Perintah Ratu setelah mengetahui kedatanganku.
"Tolong panggil saya Louisse saja Yang Mulia Ratu." Pintaku dengan hormat.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments