CCTV Yang Memperlihatkan ...

“Gue habis ketemu Devan.”

Mona langsung mengangkat kepalanya mendengar perkataan Rachel yang membuatnya sedikit ... terkejut.

Setelah Mona terbangun, Rachel juga ikut terbangun. Karena hari sudah mau malam, Rachel akhirnya numpang mandi di rumah Mona dan sekaligus meminjam pakaian Mona. Sebut saja Rachel adalah beban, tapi Mona cukup sabar karena tahu kalau sahabat yang ia punya hanya Rachel.

“Kok bisa?” pertanyaan itu yang malah keluar dari mulut Mona.

“Ya mana gue tau.” Rachel mengembuskan napasnya yang terasa berat.

“Lha iya, ya. Lo mana tau kalau bakal ketemu sama Devan tiba-tiba,” kelakar Mona.

Bukannya tertawa, Rachel malah mendelik kesal. Tangannya mengambil handuk yang barusan melingkari kepalanya itu lalu ia lemparkan ke arah Mona yang sedang tertawa. Padahal tidak ada yang lucu.

“Gue serius!”

“Ya gue juga serius nanya. Kok bisa lo tiba-tiba ketemu Devan setelah selama itu nggak ketemu? Dan emangnya ketemu dimana?”

“Di apartemen tempat gue nanganin kasus. Dan lo tau? Waktu dia ngeliat gue, Harusnya kan bilang maaf atau apa kek. Tapi, dia cuma pasang muka 'wah' kayak orang kaget gitu. Kesel tau nggak, sih?”

Sekarang Mona tertawa lagi. “Ya terus Devan harus bereaksi gimana?”

“Tiba-tiba dia bersimpuh ... di bawah lo dan bilang 'Rachel, maafin aku ya karena udah ninggalin kamu?' gitu?”

Mona merasa geli sendiri dengan apa yang baru saja ia ucapkan, karena terdengar ... lebay.

Rachel terdiam. Benar juga. Memang dia mengharapkan apa setelah pertemuan yang tiba-tiba itu?

Devan meminta maaf? Kedengarannya terlalu aneh. Apalagi tadi ada Agha yang bersamanya dan kalau tiba-tiba Devan bilang, 'hai Rachel, apa kabar?' bukankah itu lebih aneh lagi?

“Katanya udah move on, kalau lo kayak gini terus fix gue jadi ragu sama kata move on yang keluar dari mulut lo.”

***

Hari ini Rachel akan pergi ke rumah sakit untuk mengambil hasil otopsi. Kata Agha, Rachel bisa langsung ke rumah sakit dan tidak perlu ke kantor dulu.

Sesampainya di rumah sakit, rupanya Agha dan dokter Ika sudah menunggunya di depan ruangan yang dua hari lalu ia datangi. Setelah menyapa untuk sekedar basa-basi, Rachel langsung menyampaikan niatnya.

“Hasilnya sudah boleh saya bawa, Dok?”

Dokter Ika mengangguk, ia menyodorkan sebuah dokumen yang isinya cukup penting bagi kasus yang Rachel tangani saat ini.

“Selain luka yang kita bahas kemarin, tidak ada luka lain lagi. Dan semoga kasusnya bisa cepat selesai,” ucap dokter Ika.

Rachel mengangguk dengan gumaman kecil. Lalu ia menoleh pada Agha.

“Korban kapan di makamkan?” tanya Rachel.

“Pagi ini. Jenazahnya udah di bawa tadi malam. Jadi, aku harus pergi ke rumah duka sekarang. Nggak bisa bareng kamu ke lokasi. Tapi kamu nggak usah takut, karena ada beberapa polisi yang udah standby di sana.” Tentunya bukan memakai seragam, tapi itu tidak perlu di bahas karena Rachel pasti sudah tahu.

“Ya nggak mungkin aku takut. Aku udah biasa sama yang beginian,” Rachel tertawa kecil mendengar ucapan Agha yang seperti mengkhawatirkannya ... mungkin.

“Ya sudah, Dok, kalau begitu saya permisi dulu. Terima kasih atas bantuannya,” ucap Rachel kemudian ia dan dokter Ika bersalaman, begitu juga dengan Agha.

“Sudah tugas saya, Mbak Rachel.”

***

“Habis dari makam, aku langsung nyusul ke sana. Jadi jangan pulang duluan karena kalau kamu pulang dan aku sampai sana pasti nyari-nyari kamu dulu.”

Mereka sedang berjalan menuju parkiran, Rachel hanya mengangguk setelah Agha berkata demikian. Lagian, proses pemakaman juga tidak akan terlalu lama kan? Jadi, kalau Agha ke lokasi agak kesiangan pun sudah pasti Rachel masih ada di sana.

Rachel langsung pergi dengan mobilnya setelah terpisah dengan Agha di parkiran. Tak butuh waktu lama, Rachel sampai di gedung apartemen yang sekarang tak terlalu ramai itu.

Agha bilang, polisi yang ikut penyelidikan hari ini masih berjaga di depan pintu apartemen dan ada sebagian yang sudah ada di dalam. Dan pekerjaan Rachel hari ini adalah melihat CCTV.

Rachel mendapat kabar kalau CCTV yang kemarin diperbaiki sudah jadi dan Rachel bisa melihat rekamannya.

“Pak Dito, kita bisa langsung ke ruangan CCTV? Saya harus segera melihat rekamannya,” pinta Rachel pada Dito, polisi yang sudah Rachel kenal sejak lama.

“Bisa, Mbak, saya juga sudah nunggu Mbak Rachel buat lihat rekaman CCTV nya,” ujar pak Dito.

Rachel mengangguk dengan cukup antusias. Sebab, dari rekaman ini ia bisa melihat gerak-gerik korban dan mungkin pelakunya juga? Karena jika CCTV ini tidak membantu, Rachel akan kebingungan mencari bukti apa lagi untuk mengungkapkan kasus pembunuhan Cleona.

Setibanya di ruang CCTV, Rachel dan Pak Dito bertemu dengan penjaga CCTV dan mempersilakan kedua petugas itu melihat rekaman yang menayangkan kejadian sebelum korban terbunuh.

Malam tiga hari yang lalu, seperti apartemen biasanya yang ditempati oleh orang-orang. Tak ada gerak-gerik mencurigakan ketika tiba-tiba Cleona pulang dengan langkah yang tergesa-gesa, seperti di kejar sesuatu.

Saat itu, seingat Rachel sepertinya Cleona baru pulang bekerja dari sebuah acara televisi. Karena Rachel sempat menonton bersama Frida malam itu.

“Apa dia di kejar seseorang, Pak?” tanya Rachel pada penjaga CCTV itu.

“Sepertinya tidak, Bu. karena rekaman di parkiran pun cuma Cleona sendiri yang kelihatan baru pulang, di jam sepuluh malam. Dan nggak ada yang ngikutin.”

Rachel berdecak. Tapi kenapa Cleo kelihatan di buru sesuatu, dan Rachel menangkap raut wajah Cleo yang sedikit panik.

Dan setelah Cleo masuk ke apartemen, tepat di jam 22.30, CCTV tiba-tiba gelap dan terlihat seperti ... mati?

Tunggu!

“Ada apa ini?” tanya Rachel heran.

“Setelah diperbaiki, CCTV ini sepertinya memang sudah rusak, Bu. Mungkin memang karena CCTV-nya sudah lama.”

Rachel menggeleng tegas. Jelas ini rusak bukan karena CCTV yang sudah lama. Tapi rusak karena di sengaja. Tidak mungkin kan CCTV tiba-tiba rusak, padahal sebelum ini pun gambarnya masih terlihat jernih.

“Nggak mungkin, Pak. Kalau rusak pasti sudah ada tanda-tanda sejak kemarin-kemarin. Dan ini pasti rusak karena di sengaja. Apa keamanan di gedung ini kurang sampai CCTV bisa di retas?”

Penjaga CCTV itu menggeleng ragu, karena ia hanya seorang penjaga, yang tugasnya menjaga saja supaya jika ada maling, penculik atau apapun bisa ia lihat dengan mudah.

“Coba lihat rekaman waktu pagi hari. Kalau bisa waktu subuh,” pinta Rachel yang di angguki oleh penjaga laki-laki itu.

Pukul 05.00, itu masih terhitung subuh. Tak ada gerakan berarti sampai tiba-tiba CCTV menangkap sesuatu yang membuat Rachel terpaku.

“Laki-laki itu, Pak ... ” gumam Rachel tertahan.

“Oh, seingat saya namanya Devan. Dia baru sewa apartemen itu seminggu yang lalu kayaknya,” ujar penjaga CCTV.

Rachel terus mengamati rekaman dengan tatapan yang ... entahlah. Karena di dalam rekaman itu, Devan mengetuk pintu kamar Cleo dengan gerakan yang terkesan tidak sabar.

Lalu Cleo keluar, dan ... mereka terlibat percakapan yang tak bisa Rachel dengar. Tentu saja karena CCTV itu tak bisa menangkap suara yang ada di sekitarnya.

Devan dan Cleo juga terlihat seperti akan bertengkar, lalu Cleo masuk dan Devan juga masuk ke unitnya lagi. Setelah itu, tak ada siapa yang lewat sampai pukul 06.45, Devan keluar dari unitnya dan lima belas menit setelahnya, seorang perempuan datang dan masuk ke unit Cleo tanpa mengetuk pintu.

“Dia manajer Cleo yang menemukan mayat Cleo besok siangnya,” kata Dito, menyadari raut wajah Rachel yang sedikit kebingungan.

Rachel mengangguk dan kembali mengamati rekaman itu. Karena tak lama dari itu, Cleo dan manajernya keluar dari sana. Setelahnya, adalah rekaman Cleo yang pulang larut malam, kemudian besoknya di temukan meninggal dunia dengan keadaan yang cukup ... mengenaskan.

Tahu apa yang Rachel pikirkan saat ini?

Devan. Orang pertama yang Rachel curigai ada kaitannya dengan kasus kematian Cleo— atau bisa saja Devan pelakunya?

Semua itu masih abu-abu untuk sekarang, dan Rachel sudah sakit kepala dengan memikirkannya saja. Bahkan ketika ia dan Dito kembali ke unit apartemen Cleo, pusing di kepalanya tak juga hilang.

Rachel membaca sekilas dokumen yang isinya lembaran hasil otopsi. Luka tusukan memang satu, namun itu tepat mengenai jantung korban. Dan benda yang di gunakan ada ...

“Pak Dito, apa pisau yang di gunakan untuk menusuk korban juga tidak ada?” tanya Rachel.

Dito menggeleng, dan Rachel hanya bisa menghela napas berat. Ini rumit, sang rumit bagi Rachel yang masih termasuk junior untuk kasus seperti ini.

Ketika sedang memejamkan mata untuk menghilangkan pusing di kepalanya, Rachel merasa tas yang ia bawa bergetar. Ada telepon masuk. Nama yang tertera adalah, “Darren?”

Rachel menekan tombol hijau. Suara di seberang sana lantas langsung terdengar.

[Halo, Rachel.]

“Halo, Ren. Kok udah nelepon? Misinya udah selesai, ya?”

[Sayangnya belum.] Darren berdehem.

Rachel terkekeh. Darren adalah salah satu teman yang sudah Rachel kenal semenjak masih kuliah. Dan sekarang Darren sudah menjadi anggota polisi yang sedang menyelesaikan sebuah misi.

Terkadang Darren akan meneleponnya seperti saat ini kalau sedang ada waktu senggang, atau ketika jaringan sedang bagus? Karena tempat Darren menyelesaikan misi terkadang adalah daerah terpencil.

“Ehem! sudah ya, semangat nyelesain misinya.” Darren mengiyakan.

Pembicaraan berakhir padahal belum ada dua menit atau mungkin satu menit pun belum sampai. Rachel memutuskan untuk pergi ke bawah dan makan siang.

Setelah berpamitan dengan orang-orang yang ada di sana, Rachel pergi dengan harapan kalau setelah minum kafein atau makan siang, sakit di kepalanya bisa berkurang. Namun, semesta seolah tak mau membuat Rachel merasakan ketenangan yang singkat itu.

Karena, begitu Rachel membuka pintu. Pintu di seberang juga ikut terbuka, membuat Rachel terdiam kaku di tempatnya. Devan juga mematung selama beberapa saat, kemudian melanjutkan mengunci pintu.

Dan Rachel? ingin bergerak saja seperti ada lem di heels-nya. Begitu Devan mengayunkan tangan untuk menyuruh Rachel melangkah duluan, barulah Rachel tersadar dan segera pergi dengan perasaan aneh yang menyerangnya lagi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!