Terlibat Pembicaraan

Rachel pikir, setelah berada di lift yang sama menuju lantai bawah, ia dan Devan akan terpisah. Seperti saat itu, Devan pergi begitu saja tanpa menoleh kebelakang. Namun, ternyata Devan mengikutinya ketika Rachel hendak makan siang di restoran yang ada di gedung apartemen ini.

Rachel berbalik, karena merasa ada yang mengikutinya. Matanya memicing dengan penuh tanda tanya. Kemudian alisnya terangkat satu.

“Kenapa ngikutin aku?”

Devan menghela napas kemudian menjawab, “Ada yang mau aku tanyain. Bisa bicara sebentar?”

Kedua mata Devan bergerak dengan gelisah, Rachel hanya bisa bertanya-tanya dalam hati. Memikirkan apa yang mungkin akan Devan tanyakan. Kabarnya baik atau tidak selama lima tahun ini? Atau mungkin menanyakan kenapa dia ada disini?

“Bisa.” Rachel mengangguk dan ia melihat sekilas kalau Devan sedang tersenyum kecil.

Rachel berbalik dan langsung mencari meja yang berisi dua kursi. Devan mengikutinya dan duduk di seberang Rachel. Mereka hanya terhalang oleh sebuah meja yang berbentuk bundar.

Sebelum terlibat pembicaraan dengan Devan, Rachel memilih memesan makan siang terlebih dahulu. Ketika Waitress bertanya pada Devan ingin pesan apa, Devan menjawab, “Kopi hitam aja.”

Waitress itu mengangguk, dan setelah mencatat pesanan Rachel dan Devan, ia pergi. Sebelum makanan datang, Devan langsung menyampaikan tujuannya duduk berdua dengan Rachel.

“Apa kabar?” tanya Devan dengan nada ragu.

Rachel menarik sudut bibirnya. Tuh kan, tebakannya benar. Pertanyaan pertama setelah bertahun-tahun menghilang adalah 'apa kabar?' dan apa jawaban Rachel?

“Kabarku? ... cukup baik.” Atau bisa dibilang sangat baik?

Devan mengangguk kecil, “Maaf lancang, kenapa kamu bisa ada di sini? Dan juga kenapa bisa keluar masuk unit Cleona?”

Dan ... tebakan keduanya juga benar. Devan akan menanyakan alasan dia ada disini. Rachel kembali menarik sudut bibirnya. Apa Devan merasa takut? Seandainya kalau Devan adalah pelakunya, pasti Devan sedang panik sekarang.

“Aku di sini karena pekerjaan ... ”

“Pekerjaan?” Devan mengernyit bingung.

“Iya. Aku lagi ada pekerjaan untuk menyelidiki kasus kematian artis yang namanya ... Cleona.”

Devan nampak terkejut, kemudian mengangguk. “Kamu detektif?” tebaknya yang tepat sasaran.

“Iya benar. Dan udah selesai nanyanya?” tanya Rachel yang sengaja membuat Devan merasa bahwa Rachel tidak nyaman duduk bersamanya.

Devan mengangguk singkat. Saat hendak membuka mulut lagi, waitress datang membawa pesanan mereka. Dan ucapan yang ingin Devan utarakan terpaksa di tunda karena tahu bahwa Rachel sedang makan.

Rachel makan dengan sedikit canggung, pasalnya sejak ia menyuapkan nasi ke mulutnya, Devan terus menatapnya dengan cukup intens. Kini Rachel benar-benar merasa tidak nyaman.

“Nggak usah liatin aku bisa kan?” tanya Rachel dengan kesal.

Devan mengangguk kemudian tatapannya beralih ke sekitar. Benar-benar tidak menatap Rachel yang hanya bisa ternganga. Oke, Devan benar karena melakukan apa yang Rachel pinta. Bahkan sampai selesai makan, Devan tak juga menatap ke arahnya.

Setelah Rachel memanggil waitress untuk membayar, Devan menghentikannya. “Biar aku aja yang bayar.”

“Nggak perlu. Aku bisa bayar sendiri,” tolak Rachel.

Devan terdiam kemudian mengangguk ... lagi. Jadi, Devan hanya membayar kopi yang di pesan. Rachel sudah beranjak, ingin pergi tapi tiba-tiba Devan memegang pergelangan tangannya membuat Rachel melotot.

Seketika tersadar, Devan melepaskannya.

“Maaf maaf, aku cuma mau bilang. Kalau bisa kamu berhenti atau serahin kasus ini ke orang lain. Jangan kamu yang nyelidikin.”

Rachel mengangkat alisnya, dengan tegas ia menjawab, “Bukan urusan kamu apa aku harus lanjutin kasus ini atau enggak.”

Setelahnya Rachel pergi dengan sebuah pertanyaan yang memenuhi kepalanya.

***

“Kenapa?” monolog Rachel, sejak tadi kata itu saja yang keluar dari mulutnya.

Kenapa Devan menyuruhnya untuk berhenti dari kasus ini? Memangnya Devan siapa? Rachel hampir lupa kalau Devan adalah mantannya. Oke, cuma mantan dan tentu dia tidak berhak mengatur keputusan yang Rachel buat.

Rachel duduk di kursi kerjanya dengan mulut yang terus bergumam. Di hadapannya ada sebuah vas yang berisi bunga baby breath. Bunga kesukaan Rachel sejak entah kapan. Bukan bunganya saja yang menarik, tapi ada makna yang dalam di bunga baby breath itu.

Karena tidak mau terlalu pusing, akhirnya Rachel memilih untuk membaca kembali hasil otopsi milik Cleona. Membacanya dengan cermat dan teliti. Sayangnya, ia sedang benar-benar tidak bisa fokus.

Sampai terdengar suara ponsel yang bergetar, Rachel melihat sebuah nama yang memanggil seketika membuat Rachel melotot.

Agha!

“Halo ... ” kata Rachel dengan nada lirih.

[Ra, kamu dimana?]

“A-aku di kantor,” ringis Rachel.

Rachel baru ingat kalau Agha akan menyusulnya ke TKP setelah pemakaman Cleona. Dan mungkin saja sekarang Agha sudah ada di gedung itu. Ini semua gara-gara Devan! gerutu Rachel.

[Kan kan ... ku bilang juga apa? Pantesan aku cari-cari nggak ada. Kan tadi pagi udah bilang tungguin aku di sana!]

Agha terus mengoceh dan Rachel hanya bisa meringis.

“Iya, maaf. Aku beneran lupa ... ”

[Jadi aku mesti ke kantor sekarang?]

Pertanyaan Agha membuat Rachel mengernyit. “Buat apa? Bukannya kamu juga harus bantu penyelidikan? Jadi sekalian aja di sana 'kan?”

[Iya ya. Oh ya, tadi gimana hasil rekaman CCTV-nya?]

Rachel terdiam selama beberapa saat. Haruskah ia bilang kalau ia mencurigai satu orang yang masih tinggal di gedung itu? Tapi, kalau tidak bilang pun ia hanya akan menghalangi penyelidikan, dan kenapa pula dia harus tidak bilang soal Devan yang sempat berinteraksi dengan Cleona sebelum terbunuh?

“Rekaman malam sebelum Cleona tewas ternyata nggak ada. Maksudnya tiba-tiba rusak dan aku nebak kalau itu rusak karena disengaja. Dan juga ... rekaman pagi harinya, aku lihat Cleona ada interaksi sama seseorang. Sekarang dia orang pertama yang aku curigai.”

[Siapa?]

“Devan,” ucap Rachel dengan jelas.

[Tunggu, maksudnya Devan yang jadi tetangganya Cleona? Ku pikir mereka nggak kenal.]

“Gini deh. Biar lebih jelas, mending kamu juga ikut liat rekamannya, menurut kamu gimana dan selanjutnya apa yang akan kita lakuin. Karena aku juga belum yakin soal kecurigaan aku.”

Selanjutnya, Rachel masih membahas soal kasus itu. Sampai tiga puluh menit kemudian barulah sambungan terputus. Rachel menghela napas dan bersandar ke kursi kerjanya.

Kemudian Rachel melanjutkan pekerjaannya sekaligus meminta salah satu rekannya menyelidiki tentang seorang Devan. Pekerjaan itu membuat Rachel baru berhenti ketika hari beranjak malam.

Jika saja perutnya tak berbunyi— tanda bahwa ia sedang lapar, mungkin Rachel tak sadar kalau sekarang sudah waktunya pulang. Atau bahkan sudah melebihi jam kerjanya yang biasa.

Rachel pun membereskan meja dan menumpuk buku-buku yang tadi ia gunakan. Lalu ia keluar dari ruangan dan mendapati kantor sudah sangat sepi. Mungkin masih ada beberapa orang yang memang sedang lembur.

Sebelum pulang, Rachel mendapat pesan dari maminya yang mengatakan, 'Kakak, nanti sebelum pulang mampir ke supermarket dulu ya. Beli bahan-bahan buat isi kulkas kayak biasa.'

Dan sekarang Rachel sudah berdiri di depan supermarket yang biasa ia kunjungi ketika ingin belanja bulanan atau mingguan. Sambil berdecak kesal, Rachel mengambil troli dan mulai memilih bahan-bahan yang biasa ia beli untuk kebutuhan dapur.

Seolah sudah takdir, ketika ingin memilih sayuran. Tangannya menyenggol seseorang yang sangat Rachel hindari. Devan menatapnya dengan terkejut kemudian tersenyum tipis.

“Eh, ketemu lagi,” celetuk Devan.

Rachel memutar bola matanya dengan malas. “Ih kitimi ligi,” gumam Rachel dengan lirih namun masih terdengar oleh Devan.

Bukannya kesal, Devan malah tertawa dan Rachel-lah yang jadi merasa kesal.

“Nggak usah ketawa! Nggak lucu!” hardik Rachel.

“Ada kok. Kamu yang lucu,” timpal Devan.

Rachel tak mempedulikan Devan yang sekarang malah mengikutinya ketika sedang memilih beberapa bahan yang tidak boleh dilupakan. Rachel berusaha tetap abai, namun tindakan Devan yang mengikutinya malah membuat Rachel sedikit risih.

“Kenapa sih ngikutin aku?!” bentak Rachel, untungnya suara Rachel tak terlalu keras hingga pengunjung lain tak terganggu.

“Nemenin kamu,” kata Devan.

“Nggak perlu!” tolak Rachel.

“Oke.Tapi aku juga lagi nyari sesuatu.”

“Ya udah, cari sana! Jangan ngikutin aku!” Rachel mengibaskan tangannya di udara.

“Tapi barang yang mau aku ambil ada di depan kamu, jadi aku belum bisa pergi sekarang,” ujar Devan membuat Rachel langsung menoleh pada barang yang Devan tunjuk.

Rachel langsung menyingkir dari sana, kemudian, “Oh. Cari sana! Biar bisa cepet pulang. Lagian jarak dari sini ke apartemen kamu kan jauh banget, kenapa nggak belanja di supermarket deket sana aja sih?”

“Kamu ngatur aku?” Devan terlihat menahan senyumnya.

“Nggak!”

“Apartemen aku ada di sekitar sini,” kata Devan tiba-tiba.

Lho? Bukannya Devan tinggal di apartemen dekat Cleona?

Kenapa Devan bilang ia tinggal di dekat sini? Jarak dari sini ke apartemen tempat Cleona tinggal itu cukup jauh. Butuh dua puluh menitan untuk sampai.

***

Devan benar-benar tak mengikutinya setelah ia bentak tadi. Tapi ... tapi ya, saat Rachel dalam perjalanan menuju rumahnya, Rachel melihat ada sebuah mobil yang mengikutinya sejak tadi keluar dari parkiran supermarket.

Tahu itu mobil siapa? Yang pasti bukan penjahat, ya. Tapi itu Devan yang entah kenapa bukannya pulang malah mengikuti Rachel bahkan sampai depan rumah.

Devan berdiri tak terlalu jauh dari gerbang. Sebelum masuk, Rachel turun terlebih dahulu baru setelah itu menghampiri Devan yang mungkin sadar bahwa ia akan terkena sedikit ocehan dari Rachel.

“Buka!” Rachel mengetuk kaca mobil di bagian supir.

Devan menurunkan kacanya dan hanya mengangkat alis sebagai pertanyaan.

“Ngapain sih ngikutin aku terus?”

“Cuma mau mastiin kamu sampai rumah dengan selamat.”

“Nggak perlu! Lagian aku bukan anak kecil yang kemana-mana perlu di anter.”

“Iya. Aku tau, tapi terserah aku kan? Dah sana, mendingan masuk,” titah Devan

Rachel langsung berbalik dan pergi dari sana dengan menghentakkan kedua kakinya. Sekarang kenapa Devan jadi menyebalkan sih?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!