Jika saja tidak banyak orang disana, sudah pasti Ayana akan menceramahi Arin yang menganggapnya remeh.
Ayana tidak menanggapi Arin, dengan sengaja ia hanya diam seperti perempuan rumahan yang alim.
Sementara Daffi merasa heran dengan Ayana yang jauh berbanding terbalik 180 % dari biasanya. Perempuan petakilan dengan super kecerewetannya mendadak diam seribu bahasa saat ada seseorang yang mengejeknya.
"Menurut tante, Ayana gadis yang terbaik untuk Daffi," jawab Maya dengan senyuman hingga membuat Arin merasa jengkel.
Bathin Ayana tertawa puas saat melihat wajah Arin yang begitu kesal. Kekecewaan terlihat jelas di wajahnya.
Namun ia sendiri juga merasa cukup kesal dengan tante Maya yang seolah dirinya mau menikah dengan anaknya. Padahal bathinnya menolak keras sosok seperti Daffi menjadi suaminya.
"Lalu kapan kalian akan menikah?" Tanya salah seorang teman arisan tante Maya.
"Secepatnya."
Kali ini bukanlah Maya yang menjawab pertanyaan temannya, melainkan Daffi sendiri yang memberikan pernyataan bahwa secepatnya ia akan menikahi Ayana.
Ayana membelalakkan matanya melotot tajam menatap Daffi. Sementara yang ditatap tetap dengan muka datarnya tanpa ekspresi.
Dasar gila, lo pikir gue mau nikah sama Manusia Kadisokul kayak lo? Mau jadi apa hidup gue, kutub utara? Emang Daffi sialan, biasa-biasanya dia bilang secepatnya. Lo pikir kawin itu gampang apa, eh salah, nikah maksudnya. Lagian ya, gue ogah nikah sama lo, jangan ke gr an kalo gue mau sama lo. Bathin Ayana berkomat-kamit dengan tatapan tajam menatap Daffi yang seolah mereka tengah bertelepati.
Maya sendiri menatap anaknya dengan penuh bahagia. Akhirnya usahanya untuk menyatukan mereka membuahkan hasil. Namun Maya tidak tahu, kalau Daffi dan Ayana kini tengah berlakon memerankan dramanya.
"Ah iya tante, secepatnya kami akan menikah," tambah Ayana yang kini membuat Daffi mengeryitkan dahinya.
"Kalian pasangan serasi loh, semoga langgeng sampai maut memisahkan ya?"
"Aamiin tante, terima kasih sudah mendoakan kami," jawab Ayana lagi.
Daffi tidak percaya ini. Gadis petakilan yang ia kenal mendadak berubah menjadi bidadari surga yang bertutur lembut. Ada apa dengannya? Apa selama ini dia sakit lalu mendadak sembuh?
"Nemu dimana sih May, calon menantu cantik terus baik, sopan lagi. Beruntung kamu dapet calon menantu seperti Ayana," teman Maya tak henti-hentinya memuji Ayana.
Tidak tau saja jika tanduknya sudah keluar, dia mendadak berubah jadi mengerikan. Kali ini bathin Daffi yang merasa tidak terima dengan pernyataan teman Mamanya yang mengatakan bahwa Ayana adalah gadis baik dan sopan. Sungguh sangat tidak seperti yang Daffi ketahui.
"Iya dong, anak saya itu pinter nyari calon istri. Tanpa saya ikut campur, buktinya dia mampu nyari calon menantu yang baik buat saya," ucap Maya dengan bangga.
"Oh ya sayang, kamu mau makan apa?" Tiba-tiba Ayana beranjak menghampiri Daffi yang sedari tadi masih berdiri di tempatnya. Ia memegang lengan Daffi dengan sedikit mencubit.
"Terserah," jawab Daffi dengan lembut dan merasa kaget karena cubitan Ayana.
Apa mereka sudah pacaran? Bathin Maya bertanya-tanya saat melihat sikap Ayana yang begitu romantis pada Daffi.
Ck, rasanya gue pengen muntah manggil si manusia kulkas ini sayang. Ternoda sudah bibir cantik gue buat manggil dia. Kalo bukan karna tante Maya, ogah amit-amit tujuh turunan gak bakal gue mau nikah ama tu mahluk. Liat muka kanebonya aja gue enek. Omel hati Ayana dengan tangan yang mengepal mengekspresikan kalau dirinya tengah menahan sesuatu yang tidak bisa diungkapkan.
Ayana memesan beberapa makanan, untuk Daffi. Namun semua itu tidaklah gratis, ia pasti akan menagihnya saat di kantor nanti.
Ayana menarik tangan Daffi dengan kasar hingga membuatnya hampir terjatuh. Ayana sengaja melakukannya untuk bisa berbisik di telinga Daffi, mengingat tingginya hanya sebatas rata-rata. Jika disandingkan dengan Daffi, tinggi Ayana hanya sebatas dadanya.
"Ini gak gratis!" Bisik Ayana sebelum pergi memesan makanan.
Arin merasa panas melihat keromantisan Ayana dan juga Daffi. Pada akhirnya ia memutuskan untuk pergi dari sana.
"Ini sayang," ucap Ayana membawakan makanan untuk Daffi. Sengaja ia meminta kepada waiters nya ingin membawa makanannya sendiri.
"Ya ampun romantisnya, saya jadi inget masa muda dulu,"
"Iya jeng, saya juga. Jadi kepengen balik muda lagi," tambah teman Maya yang lainnya.
Ayana mencoba menanggapi mereka dengan senyuman yang ramah meskipun bathinnya ingin sekali berteriak tidak.
Daffi tidak menolak atau bahkan mengiyakan setiap perkataan teman Mamanya. Pemilik wajah datar itu hanya bisa diam tanpa ekspresi namun tetap memperhatikan.
Di depan Maya dan teman-temannya, Ayana menyuapi Daffi dengan penuh cinta. Mereka tidak tau kalau tatapannya itu seolah ingin membunuh.
Maya merasa janggal saat keduanya bersikap romantis namun menurutnya sangatlah aneh. Tidak seperti Ayana dan Daffi yang biasa ia tahu. Dua orang yang selalu tidak akur apa lagi untuk romantis, sepertinya tidak mungkin.
Kalo aja lo bukan anak tante Maya, makanan ini sudah gue kasih racun. Bukan sendok lagi yang gue pake buat nyuapin lo, tapi centong nasi. Ya Tuhan..kapan arisan ini akan berakhir.
Ayana merasa lelah dengan sandiwaranya yang harus berpura-pura menjadi calon istri dari Daffi, lelaki yang sangat amat Ayana tidak suka.
"Daf, suapin juga dong calon istrinya, jangan malu-malu gitu," Maya meminta Daffi untuk menyuapi Ayana.
Daffi mengangguk tanpa berkata. Ia mulai menyendokan makanannya dan mulai menyuapi Ayana. Sungguh Drama yang sangat membosankan. Daffi bukanlah tipe pria romantis seperti pada umumnya. Dia terlalu kaku jika harus berhadapan dengan seorang gadis. Namun dia akan melakukan apapun demi membuat orang yang disayanginya bahagia.
Tidak terasa hari sudah semakin sore, acara arisan yang membuat Ayana dan Daffi harus bersandiwara kini telah berakhir. Itu artinya drama mereka pun telah usai.
Ayana bernafas lega setelah bubarnya teman-teman sosialita tante Maya. Ia bisa kembali ke sifat aslinya tanpa harus berpura-pura menjadi orang lain.
Daffi, Maya dan Ayana menuju mobil berniat pulang kerumah mengingat lelahnya tubuh mereka seharian berjalan-jalan.
"Kok saling diem? Tadi aja romantis banget, panggil sayang, suap-suapan. Temen-temen Mama aja pada iri liat kalian," ucap Maya bertanya pada keduanya yang mendadak mengunci mulutnya masing-masing.
"Tante, sebenernya..
"Ah tante tau, kalian itu diem-diem udah pacaran kan? Kamu kenapa gak bilang sama Mama Daf, biar kita segerakan untuk halal," Maya masih salah sangka dengan keromantisan yang Ayana dan Daffi tunjukkan di depan dirinya dan juga teman-temannya tadi.
Mendadak gue sakit kepala. Ayana berbathin sambil memijat pelan pelipisnya.
"Ayana, minggu depan Tante dan Om bakalan kerumah kamu,"
"Buat apa tante?" Tanya Ayana mulai curiga.
"Membicarakan pernikahan kalian!"
"Apaaa?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments