Mengingat tante Maya yang selalu bilang kalau anaknya anti perempuan, ingin sekali rasanya aku menggoda pria kulkas ini.
Tetapi melihat tatapannya yang seolah ingin menerkam, gak ngelakuin apa-apa mungkin itu yang terbaik.
Ayana kembali kekubikelnya dengan berjalan lunglai seperti kekurangan darah yang membuatnya begitu lemas.
Tasya yang melihat sahabatnya tertunduk lesu seketika menghampiri. Ia tidak akan membiarkan siapapun membuat Ayana meneteskan air matanya. Tasya dan Ayana menganggap kedekatan mereka bukan hanya sebagai sahabat, tetapi lebih dari itu. Mereka selalu ada untuk satu sama lain, dimana dan apapun yang terjadi. Ayana dan Mamanya adalah keluarga kedua bagi Tasya. Tentu saja ia akan melakukan apapun demi menjaga keluarganya.
"Lo kenapa? Apa Pak Daffi pecat lo?"
Ayana menghela nafas dan mendudukkan dirinya dengan kasar."Hari ini adalah hari yang sial buat gue."
"Maksud lo?" Tasya kembali bertanya pada sahabatnya yang tak kunjung memberikan jawaban yang membuatnya puas.
"Gila gak sih, Sya, tu kulkas nyuruh gue lembur malem ini. Emang gak waras tu mahkluk," cerocos Ayana dengan ekspresi yang begitu kesal pada bosnya.
Flashback On
"Apa kamu pikir saya pria tidak normal? Yang saya maksud, saya tidak suka wanita seperti kamu. Petakilan dan super cerewet. Bisa-bisa saya darah tinggi jadi suami kamu," Daffi menjelaskan kesalahpahaman Ayana. Jika diingat-ingat, ini adalah kalimat terpanjang yang pernah Daffi ucapkan.
"Lo pikir gue juga suka cowok kadisokul kayak lo? Kalo bukan karena tante Maya, gue ogah banget kerja bareng lo," jawab Ayana berkacakpinggang tak mau kalah.
"Terserah! Sebagai hukumannya, kamu harus lembur malam ini!"
"Dih, siapa lo ngatur-ngatur gue,"
"Saya Ceo di perusahaan ini."
Bodohnya gue, kenapa bisa sampe lupa sih? Bathin Ayana.
"Gak ada hukuman lain apa selain lembur," Ayana mencoba bernegosiasi dengan Daffi, berharap bosnya bisa melupakan kesalahannya dan ia akan aman. Namun sialnya, Daffi tetap pada pendiriannya.
"Iya atau saya pecat!"
"Ihhhh, awas lo!!!" Ayana berjalan keluar dari ruangan Daffi dengan kaki yang ia hentakan karena merasa kesal dengan keputusan Daffi yang menghukumnya untuk lembur.
Flashback Off
Jika sudah berurusan dengan Pak Ceo, Tasya yang biasanya selalu membela dan membantu Ayana kali ini tidak bisa berbuat apa-apa selain meminta sahabatnya untuk tetap mengikuti keputusan Daffi.
***
Pada Akhirnya, jam pulang yang selalu dinantikan para karyawan pun tiba. Tetapi tidak untuk Ayana. Pada hari ini Ayana tidak lagi berharap akan jam pulang, melainkan ia berharap bahwa waktu tidak akan pernah maju dan jarum jam tetap setia pada satu angka.
Melihat teman-teman satu divisinya mulai beranjak meninggalkan meja kerjanya, Ayana hanya mampu menatap iri mereka. Jika saja bosnya itu bukan manusia Kadisokul, sudah pasti kerja lembur ini tidak akan pernah terjadi, pikir Ayana.
Kini tidak ada seorang karyawan pun disana selain Ayana dan sahabatnya, Tasya. Sebagai sahabat yang baik, Tasya tidak mungkin meninggalkan Ayana seorang diri di tempat kerja.
"Lo gak pulang?" Tanya Ayana yang melihat Tasya masih santai dengan ponselnya.
Tasya memutar kursinya untuk saling berhadapan,"Gue bakal temenin lo."
"Seriu..
"Tidak ada yang boleh menemani dia lembur malam ini!" Suaranya menggema di ruangan yang hening itu.
"Lo gila mau ngebiarin gue sendirian di kantor segede gini?" Ayana bersungut kesal pada Daffi yang memerintah seenak jidatnya.
"Jadilah wanita yang bertanggungjawab atas kesalahannya!"
"Tapi gak gini Daffi Alaska," Ayana begitu gemas dengan Daffi hingga Ingin rasanya ia mencakar wajahnya yang sok cool itu.
"Tasya, kamu boleh pulang,"
"Tapi pak, Ayana.."
"Kalau begitu kamu saja yang lembur."
Kalah telak, Tasya dan Ayana tidak dapat membantah, terpaksa mereka mengikuti perintah gila bosnya itu.
"Sorry Ay, kali ini gue gak bisa bantu lo. Semangat ya, gue pulang duluan," Tasya beranjak dari duduknya dan mulai meninggalkan mereka.
"Gue ben-ci lo, Daffi," Ayana melotot tajam kearah Daffi, terlihat jelas kebencian dimatanya.
Daffi tidak memperdulikan perkataan Ayana, ia pun meninggalkan Ayana seorang diri disana.
Ayana mulai fokus dengan berkas-berkasnya yang menumpuk. Satu persatu berkas itu mulai berkurang dari tumpukannya.
"Awas aja lo Daffi, gue bakal aduin ini ke tante Maya. Jangan panggil gue Ayana kalo gak bisa buat lo kena semprot. Enak aja mau nyiksa gue seenak jidat, emang sih dia bos disini, tapi sebagai bos yang baik harusnya dia memaafkan setiap kesalahan pekerjanya, apa lagi cuma masalah sepele. Ah gue hampir lupa, kalo dia itu seorang manusia Kadisokul. Kaku, dingin, sombong tapi sok cool, mana mungkin bisa diajak negosiasi, ngeliat tatapannya saja sinis gitu, mengerikan," Ayana mengoceh mengeluarkan unek-uneknya yang menumpuk sejak tadi.
Jarum jam sudah berada tepat di angka 10, dan Ayana masih belum menyelesaikan pekerjaan lemburnya.
Tubuhnya mulai terasa lelah, matanya mengantuk, namun Ayana masih harus menyelesaikan pekerjaannya.
Ayana meregangkan kedua tangannya kemudian beranjak dari kursinya menuju kepantry.
Ayana membuat secangkir kopi untuk menemaninya lembur, berharap dengan ini rasa mengantuknya akan hilang.
"Kopi ala Ayana siap dihidangkan, lebih tepatnya siap diminum," Ayana menyeruput kopi yang baru saja ia buat.
Satu jam berlalu, pekerjaan Ayana pada akhirnya telah selesai.
"Akhirnya selesai juga," ucap Ayana yang kembali meregangkan kedua tangannya, mencoba melunakkan otot tangannya yang terasa kaku.
Ayana beristirahat sejenak setelah berjam-jam berkutat dengan tumpukan kertas yang membuat tubuhnya cukup lelah.
Hari semakin larut malam, hawa dingin kesunyian semakin terasa. Mendadak Ayana merinding mengingat ia hanya seorang diri di kantor. Rasa takut mulai menghantui pikirannya, ia buru-buru beranjak dari duduknya dan segera pergi.
"Astaga, gue lupa kalo gak bawa mobil. Jam segini mana ada taksi," gumam Ayana melihat arlojinya yang menunjukkan hampir jam 12 malam.
"Ini semua gara-gara si Kadisokul itu, dibilang manusia tapi dia tidak punya hati sama sekali. Kalo dia punya hati, gak mungkin dong ngebiarin cewek sendirian tengah malem gini. Gimana kalo ada hantu yang suka sama gue? Terus ngikutin kemanapun gue pergi. Ngebayanginnya aja gue ngeri. Dibilang bukan manusia tapi kakinya nyentuh tanah. Apa mungkin dia manusia berhati hantu? Awas aja, pokoknya gue bakal bales lebih dari ini. Jangan panggil gue Ayana kalo gue gak bisa buat seorang Daffi Alaska nangis kejer. Kita liat aja nanti, yang penting sekarang yang harus dipikirin itu gimana caranya gue pulang dengan selamat tanpa lecet sedikitpun. Mama, tolongin Ayana," Cerocos Ayana seorang diri.
Semilir angin malam membuat bulu kuduk Ayana merinding. Terlebih lagi ia pernah mendengar cerita dari Tasya, ruko yang bersebelahan dengan kantor Alaska Corp itu pernah terjadi tragedi mengenaskan hingga merenggut nyawa satu keluarga. Ayana yang berdiri di depan kantor sendirian mendadak ketakutan. Ia menundukkan kepalanya dan menutupi wajah dengan tangannya. Ayana berdoa memohon keselamatan dan perlindungan untuk dirinya. Hati kecilnya berharap akan ada seseorang yang menolongnya dan mengantarnya pulang kerumah.
"Masuk kedalam mobl!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments