Bab. 5 Alarm Tanda Bahaya

Iringan mobil terlihat masuk ke dalam suatu jalan di sebuah perumahan mewah. Mobil itu berhenti di depan sebuah rumah dengan pagar rumah tinggi berwarna putih.

Satu pintu kecil terbuka. Seorang penjaga rumah datang mendekat. Sopir Prince menurunkan jendela pintu kaca.

"Tuan ingin bertemu dengan Nona Amora," ucap Rony dari kursi penumpang yang ada di depan.

"Maaf, Nona sedang keluar," ujar penjaga itu.

"Katakan kalau aku akan menunggu di dalam."

"Kau dengar apa yang Tuanku katakan!"

"Maaf tapi Nona Amora melarang Anda datang untuk masuk ke rumah."

"Sialan!" umpat Prince. Baru kali ini dia terlihat mengejar wanita. Selama ini, wanita yang mengejarnya. Lantas semenjak kapan gadis kecil itu mulai berani padanya!

Bagi Prince selamanya Amora hanya seorang gadis kecil yang manja dan lemah secara fisik. Dia selalu menuruti semua yang dia katakan dan kini malah berani melarangnya masuk ke rumah. **** it!

Apakah hanya karena dia membawa Luna, Amora benar-benar ingin memutuskan hubungan dengannya? Dia ingin melihat sampai dimana dia akan melawannya. Geram Prince.

"Kita akan menunggu sampai dia pulang," ujar Prince.

Rony terkejut. Selama ini, Tuannya tidak pernah mau menunggu orang walau satu menit pun. Baginya waktu adalah hal berharga untuk dia sia-siakan.

Sedangkan Amora sedang asik berjalan-jalan di sebuah mall bersama dengan Essa. Wanita itu nampak sangat senang, untuk sejenak dia melupakan kesedihannya.

Di sana tanpa sengaja mereka bertemu dengan musuh bebuyutan Essa.

"Wah lihat jagoan kecil kita. Aku dengar kau menjadi pecundang di balapan terakhirmu," ujar pria itu. Amora menatap Essa yang terlihat marah.

Essa melirik tajam rombongan itu. Dia ingin mendekat tapi pemuda itu kembali memicu pertengkaran dengan kata-katanya.

"Pecundang sepertimu tidak layak mengikuti balapan itu. Hanya akan mempermalukan negara kita saja," ujar Axel lagi membuat Essa kehilangan kesabaran.

Saudara Amora itu menarik kerah baju Axel. "Heh, sebenarnya apa maumu? Aku tidak mengusik hidupmu dan aku juga tidak pernah menyinggungmu. Oh aku ingat apa karena aku mengalahkanmu di balapan satu tahun lalu sehingga kau iri dengan keberhasilanku ikut ajang internasional ini?" ejek Essa balik.

"Maaf, aku tidak selevel denganmu. Kala itu kau hanya beruntung saja. Lain kali aku pasti akan mengalahkanmu," ujar Axel tidak mau kalah.

Essa ingin memukul tapi lengannya dicegah oleh Amora. "Buat apa mempermalukan dirimu sendiri di depan semua orang. Dia hanya menutup rasa malunya karena kalah darimu dengan ejekan."

Mendengar ucapan Amora membuat wajah Axel memerah karena malu. Sebagian orang tertawa melihatnya.

"Mari kita bertarung untuk membuktikan siapa yang hebat," ajak Axel.

"Dari pada bermain di jalan raya yang akan membuat masalah pada pengendara lainnya sebaiknya kita bertarung di permainan ini," ujar Essa menunjukkan pada permainan adu balap yang ada di pusat permainan mall ini

"Yups betul! Dan yang kalah akan bersujud di depan yang menang," imbuh Amora.

"Baik, siapa takut. Ayo kita buktikan siapa yang lebih pantas menyandang nama juara," balas Axel penuh percaya diri.

"Namun, kali ini bukan Essa yang akan menakhlukanmu," ungkap Amora penuh percaya diri. "Tapi aku."

"Kau!" ujar Axel tertawa keras bersama dengan kelima sahabatnya. Dia melihat tubuh Amora yang kurus dan kecil. "Jangan bermain-main. Ini permainan lelaki, kau hanya akan kalah nanti. Kau menyingkir saja adik kecil."

"Amora, bagaimana kalau kau kalah, aku akan bersujud padanya. Beh... jangan sampai," bisik Essa tidak percaya pada kemampuan adiknya.

"Hal biasa jika kakakku mengalahkanmu, tapi akan luar biasa jika aku yang mengalahkanmu," ujar Amora.

"Baiklah kalau begitu, hanya saja jika aku yang menang aku juga akan minta bonus cium padamu," ujar Axel mengejek. Walau kecil, tapi wajah Amora nampak cantik.

"Kalau kau kalah aku juga akan minta kau mencium pantat kakakku," balik Amora.

"Baiklah," ujar Axel yang yakin dia akan menang dari Amora.

Permainan dimulai. Mereka duduk di mesin permainan berbentuk sepeda motor.

Lalu permainan di mulai. Axel nampak memimpin pertandingan pada awalnya. Namun, tubuh kecil Amora membuat dia lincah untuk memainkan permainan ini.

Dia mulai berada persis di belakang Axel. Terjadi sedikit benturan yang menyebabkan Amora harus tertinggal dari Axel.

Essa mulai khawatir adiknya akan kalah. Axel termasuk pembalap hebat di racing dan hampir tidak terkalahkan. Hanya dia yang bisa mengalahkannya.

Mendadak Amora menekan gasnya ketika ada di belokan, sedikit hampir menyerempet motor Axel. Semua orang yang melihat hampir tidak bernafas menatap adegan ini dari layar.

Lantas seperdetik kemudian, Amora berada di depan memimpin. Axel berusaha keras untuk mengalahkannya tapi Amora melesat jauh dari pria itu hingga finish. Semua orang yang menonton bertepuk tangan.

Essa hampir tidak percaya Amora bisa melakukan itu dan dia memenangkan permainannya.

"Sudah kukatakan jika kau hanya omong kosong saja. Nyatanya melawan wanita lemah sepertiku saja kalah, apalagi melawan kakakku yang jauh lebih hebat darimu. Kau pasti bermimpi," hina Amora senang.

Semua teman-teman Axel nampak terkejut. Mereka terlihat bingung dan malu karena membela orang yang salah.

"Kau curang," ujar Axel. "Kita bermain lagi."

"Dasar kalah tetap akan kalah. Sekarang penuhi janjimu, kau harus bersimpuh meminta maaf pada kakakku sambil mencium pantatnya," ujar Amora.

Dengan berat hati Axel menekuk kakinya ke belakang, tapi satu tangannya berhasil merogoh sesuatu dari balik baju.

Semua fokus pada kejadian langka ini.

Amora melihat sesuatu yang berkilau ditarik keluar dari balik baju Axel. Dia langsung meraih sebuah tongkat pemukul permaina yang ada di dekatnya.

Ketika Axel hendak menghunuskan pisau itu pada Essa, Amora memukul tongkat billiard elektrik pada Axel dengan keras hingga patah menjadi dua.

Semua berteriak terkejut dan ketakutan. Pisau ditangan Axel tanpa sengaja melayang dan mengenai pipi pria itu. Darah keluar dari luka yang terlihat dalam.

Amora tidak merasa takut karena dia tidak bersalah lagipula banyak saksi yang melihat kejadian ini.

Permasalahan di mall segera di urus oleh pihak mall dan rumah sakit. Amora dan Essa kembali pulang ke mansion dengan menaiki motor balap milik Essa.

"Kau keren sekali adikku. Aku tidak menyangka kau bisa mengalahkannya."

"Kau lupa jika di rumah kita ada alat permainan itu di kamarmu. Aku sering memainkannya jika gabut. Jadi aku sudah memahami trik permainan di sana."

"Kau, bermain itu? Itu baru wow, aku tidak menyangkanya. Selama ini aku melihat kau nampak tenang, terkendali, sopan dan lembut tidak menyangka jika kau menyukai permainan balap itu."

"Axel salah memilih lawan," lanjut Amora.

Mereka terkejut melihat deretan mobil di depan mansion mereka. Essa menghentikan kendaraannya sebelum sampai depan mansion.

"Tuan, lihat itu mereka," ujar anak buah Prince.

"Mau apa mereka kemari," kata Essa pada Amora.

"Aku tidak tahu, tapi sepertinya niatnya tidak baik karena membawa banyak sekali pengawal." Amora menatap ke arah deretan pengawal berpakaian hitam yang berjejer di samping mobil mereka.

Prince lantas keluar dari mobilnya. Dia memakai kemeja hitam pendek yang memperlihatkan otot yang hampir memenuhi tangannya. Pria itu tersenyum sinis pada Amora. Alarm tanda bahaya segera menyala.

Terpopuler

Comments

Anggi Susanti

Anggi Susanti

amora baru senang² sejenak dirumah sdh ada yg menunggu dan mengganggu

2022-12-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!