Tangan Amora memegang tangan tangan Nenek Tara. Dia menatap berani padanya.
"Mungkin kau dulu bisa semena-mena dengan aku sewaktu kecil, tapi tidak sekarang!" ujar Amora. Ini adalah rumah ayahku dan tinggalan dari nenekku. Kau sudah punya jatah rumah sendiri dari Kakek jadi rumah ini bukan hak milikmu. Semua yang ada di sini pun punyaku karena sudah diwariskan padaku."
Wajah nenek Tara memucat melihat perlawanan dari Amora. Dia kira selama setahun ini sudah bisa menundukkan anak ini, nyatanya dia berani melawan seperti almarhum ibunya, padahal penampilannya nampak kurus dan lemah seperti orang yang tidak berdaya.
"Apa begini caranya kau memperlakukan nenekmu?"
"Sebelum kau mulai berkata, ajari dulu cucumu yang lain bagaimana caranya untuk jadi baik, bukan menjadi pencuri dan kau malah selalu membela keburukan mereka. Aku tahu niatmu menemaniku selama beberapa bulan disini. Kau ingin agar aku segera menikah dan menguasai rumah ini beserta isinya kan? Jangan mimpi, sampai kapan pun rumah ini tidak akan jadi milikmu!"
"Amora, Lancang bicaramu!" seru Nenek Tara.l geram.
"Tidak usah berpura-pura padaku karena aku tahu kau sedang menjualku pada Prince, berapa harga yang kau dapat jika aku menikah dengannya?"
"Kau sangat keterlaluan!" ujar Nenek Tara. "Kau sama seperti ibumu yang tidak punya sopan santun."
"Jangan bawa-bawa nama ibuku karena dia hanya mempertahankan apa yang jadi hak milik ayahku. Jika tidak dapat dipastikan kau dan anakmu akan menguasai semua milik Papa." Papanya sangat baik sehingga acap kali tidak bisa melihat niat buruk Nenek tirinya itu semasa hidup. Hal itu pernah ibunya keluhkan pada Amora dulu.
"Laras, Danise, lebih baik kita kembali ke rumah kita saja, percuma saja kita menemani dia di sini. Dia adalah wanita yang tidak tahu diuntung. Biarkan dia membusuk di rumah ini sendiri," ujar Nenek Tara menarik dua cucu kesayangannya. Lalu berjalan meninggalkan ruangan itu.
"Tunggu. Sebelum pergi, aku ingin mengatakan jika kalian harus mengembalikan semua perhiasan milik ibuku dalam waktu dua hari. Jika tidak bendahara keluarga akan mencatat apa saja yang hilang dari kotak penyimpanan dan melaporkannya ke polisi," ujar Amora santai.
"Kau tidak bisa menuduh kami sebagai pencuri," ujar Laras dengan percaya diri.
"Aku diam bukan karena tidak tahu. Hanya menunggu saat yang tepat untuk bisa menangkap kalian basah dan mendapatkan bukti cukup." Amora memperlihatkan sebuah kamera yang tersembunyi di balik hiasan meja.
Laras dan Denise membuka mulutnya lebar.
"Setelah tiga bulan kematian Ayah dan ibuku kalian mulai mencuri semua barang yang ada di sini. Kalian mengira rumah ini aman karena tidak terlihat CCTV-nya. Padahal semua ruangan punya itu dan diletakkan di tempat tersembunyi yang tidak semua orang tahu."
"Nenek yang menyuruh karena katanya ini hak kita, itu adalah warisan keluarga," ucap Denise jujur membuat Nenek Tara kesal dan Laras menutup wajahnya.
"Warisan keluarga hanya diberikan kepada istri sah sedangkan nenek kalian hanya istri kedua kakek maka dari itu, buyut menyerahkan semuanya pada almarhum Nenek. Setelahnya, diberikan pada almarhum Ibuku jadi Nenek kalian dan anak turunannya tidak berhak mengambil barang apapun yang ada di rumah ini," ujar Amora.
Wajah Nenek Tara memucat dengan sorotan mata tajam seakan ingin membunuh Amora.
"Sabar, Nenek jangan marah di umurmu yang sudah tua ini. Jika kau sering marah-marahnya maka darahmu akan naik dan bisa-bisa pembuluh darahmu akan pecah dan membuat kau mati dini. Padahal cucumu masih butuh bantuanmu untuk berdiri. Bukan begitu?"
Mereka bertiga lantas memalingkan muka dengan sebal pada Amora dan meninggalkan rumah dengan hati yang panas.
"Pelayan, siapkan semua barangku karena aku akan pergi dari neraka ini sekarang!" perintah Nenek Tara.
Para pelayan menganggukkan kepala. Amora yang ada di tas balkon lantai kedua menatap ketiganya dengan perasaan sebal.
"Kalian pergi saja sekarang, biar nanti pelayan yang akan mengantarkan barang kalian ke rumah kalian yang ada di Moonlight. Aku takut akan ada barang berharga lainnya yang hilang," ujar Amora.
"Amora kau akan menerima akibat buruk dari penghinaan ini," ujar Nenek Tara.
"Aku hanya mempertahankan apa yang menjadi hakku. Walau aku mati pun aku rela," ujar Amora.
Setelah itu, ketiga orang itu keluar dari rumah dengan rasa malu. Amora benar-benar mempermalukan mereka di depan para pelayan.
Setelah mereka pergi, Bik Yuni datang. Dia adalah wanita paruh baya bertubuh gemuk. Pengasuh Amora dari kecil.
"Nona, apakah kau baik-baik saja?" tanya Bik Yuni.
"Buruk," ujar Amora menjatuhkan diri di salah satu kursi single.
"Kenapa?" tanya Bik Yuni mendekat.
Amora memijit kepalanya yang sakit. "Prince berkhianat, dia menghamili wanita lain."
Bik Yuni menutup mulutnya. "Tuan Prince?"
Dia tahu rumor yang beredar jika di manapun tempat Prince selalu dikelilingi wanita. Hal itu sebenarnya yang membuat dia tidak menyukai perjodohan yang Almarhum Tuannya pernah lakukan. Sebagai seorang abdi dia tidak berani untuk memberi saran karena semua sudah dipikirkan matang oleh Tuannya.
"Lantas apakah Anda membatalkan rencana pernikahan yang tinggal satu bulan lagi?"
"Ya, aku membatalkannya."
"Syukurlah kalau begitu."
"Tapi Prince ingin tetap melanjutkan rencana itu. Dia akan menikahi Luna, wanita yang sedang hamil anaknya dan aku. Benar-benar serakah kan?" tutur Amora.
Bik Yuni mengeram keras sambil mengepalkan tangan. "Apa alasannya dia melakukan itu pada Anda Nona? Bukankah Anda juga datang dari kalangan terhormat bukan seorang dari kalangan wanita biasa."
"Alasannya karena perusahaan. Keluarga besar juga tidak ingin dirugikan karena pembatalan pernikahan kami. Semua rencana yang sudah di susun akan gagal. Bahkan bisa menimbulkan perpecahan di perusahaan Mountain nantinya."
"Andai Tuan Dirgantara masih hidup pasti keluarga Liu tidak akan membiarkan ini terjadi."
Amora menganggukkan kepalanya.
"Sungguh pria yang menjijikkan," ujar Bik Yuni geram. Dia tidak terima jika nona yang dia asih dari kecil seperti putrinya sendiri akan diperlakukan buruk oleh Prince. Pria itu terkenal kasar dan mau menang sendiri. Dia sangat berbahaya, makanya semua lawan segan dan takut padanya.
"Nona, tidak mudah melawan Tuan Prince," ujar Bik Yuni. "Apalagi Nona tidak ada yang mendukung sama sekali."..
"Apakah aku terlihat seperti orang lemah yang butuh dukungan?"
Bik Yuni terdiam tidak berani memberikan jawaban jujur. Nyatanya, sudah lima tahun ini majikannya menderita penyakit aneh yang tidak terdeteksi oleh Dokter. Mereka tahunya Amora keracunan dan harus minum obat khusus ketika penyakitnya kambuh.
"Akh, aku tahu kau juga meragukan aku. Tapi jangan takut Bi. Aku akan menjalaninya."
Bik Yuni mengangguk.
"Sekarang yang harus kita pikirkan terlebih dahulu adalah mendata barang apa saja yang hilang dari tempat ini, terutama perhiasan ibuku. Setelahnya minta Nenek Tara dan cucunya untuk mengembalikan semuanya. Jika tidak kita akan memanggil pengacara untuk mengurus semuanya."
"Baik, Nona."
"Minta bendahara keluar untuk membantu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Anggi Susanti
semoga nasib kedepanmu baik amora karena tidak ad yg membantumu
2022-12-07
0
Janet Janett
Suka banget sma karakter Amora ,jangan pernah mau diinjak2 Amora stay strong supaya tdk ada yg menganggapmu lemah. aku mendukungmu
2022-12-02
0
🌷𝙈𝙗𝙖 𝙔𝙪𝙡 ☪
seruuu...
2022-12-02
0