Bab 5: Obat

Beberapa hari kemudian , Marrie dan Harry yang telah izin karena masalah keluarga akhirnya kembali masuk sekolah. Begitu Marrie datang, semua teman-temannya berbondong-bondong menghiburnya, kejadian yang menimpa ayahnya membuat Marrie memanen simpati dari semua teman-temannya.

Adapun Harry, dia masih seperti biasanya, tidur di kelas tanpa memperlihatkan suasana hati yang buruk. Tindakan ini membuat beberapa siswa yang sudah memiliki kesan buruk tentangnya menjadi semakin tidak menyukainya karena dianggap tidak memiliki perasaan padahal yang mengalami musibah itu ayah kandungnya sendiri.

Sebuah tusukan kecil di lengannya mengganggu tidur Harry. Dia membuka matanya dan memandang pelakunya yang menyelipkan sebuah kertas kecil ke sisinya.

Harry mengerutkan keningnya sebentar sebelum membaca isi kertas itu.

Apakah kamu baik-baik saja? Jangan pedulikan kata-kata orang lain.

Dua kalimat itu membuat Harry tercengang sejenak. Dia mengarahkan pandangannya kembali ke gadis di sebelahnya. Dia bisa melihat kalau gadis ini sedikit kaku dan tampak seperti sedang menantikan balasannya. Tidak ada rasa jijik atau ketidaksukaan yang terpampang, melainkan hanya sekadar antisipasi dan kekhawatiran yang tulus.

Gadis ini sedikit berbeda dari yang lain, kalau tidak salah namanya Felice...

Harry mendorong kertas itu kembali ke sisi Felice dan melanjutkan tidurnya tanpa membalas kekhawatiran yang ditujukan teman sebangkunya. Apa pun itu, lebih baik jangan terlalu dekat dengan gadis ini. Lagipula dia adalah salah satu teman dekat Marrie, jangan sampai adiknya merasa tidak senang dengan kedekatannya terhadap Felice.

Felice yang diabaikan sudah menduga akan mendapat reaksi seperti ini. Jika Harry menanggapinya, dia justru akan merasa aneh. Memang yang satu ini lebih sulit didekati...

Felice mengambil kembali kertas kecil yang disodorkan kepadanya dengan enggan dan diam-diam mengintip teman sebangkunya dengan tatapan penuh perhatian, namun Harry tetap mengabaikannya.

Kelas berlangsung seperti biasa sementara Felice dengan kesal memikirkan cara mendekati laki-laki murung di sebelahnya. Ketika bel istirahat berbunyi, Felice mengesampingkan masalah mendekati Harry dan menghampiri Marrie.

"Marrie, mau makan di kantin bareng?"

Gadis itu memandang Felice dengan lesu dan mengangguk. Setelah menerima persetujuan dari Marrie, Felice dengan akrab mengaitkan lengan Marrie dan menariknya ke kantin melewati jalan yang tidak terlalu ramai.

"Wajahmu pucat sekali, kamu kurang tidur ya?" tanya Felice dengan tatapan khawatir. Marrie melihat kekhawatiran tulus di mata Felice dan tersenyum lesu sambil menganggukkan kepalanya, "Iya, aku memikirkan ayahku. Kata dokter meskipun operasi berjalan lancar, tetapi ayahku koma dan tidak tahu kapan baru bisa bangun."

"Maaf Marrie, aku tidak mengunjungi ayahmu di rumah sakit karena kupikir keluarga kalian pasti tidak ingin masalah ini menarik perhatian orang luar dan kalian pasti sedang membutuhkan waktu untuk sendiri," ujar Felice dengan gelisah.

"Aku tahu, terima kasih atas perhatianmu. Meskipun kami tidak suka masalah ini dibawa keluar, tetapi kabar kecelakaan ayahku pasti sudah tersebar di kalangan bisnis keluarga kami. Jadi, kamu sebenarnya tidak perlu terlalu memikirkannya, tapi tetap saja terima kasih untuk pertimbanganmu."

Sepanjang perjalanan, Marrie curhat kepada Felice mengenai perasaannya yang kalut baru-baru ini. Felice, sebagai teman baik dan pendengar yang baik, sesekali memberikan kata-kata penghiburan.

Marrie bisa merasakan ketulusan Felice dan perasaan hangat memenuhi dirinya. Dalam hati ada seutas rasa bersalah yang mulai berakar. Awalnya dia tidak memperlakukan Felice dengan tulus dan dia sebenarnya cemburu dengan kelebihan Felice, tetapi gadis polos ini tidak mengetahuinya dan menganggapnya sebagai teman.

"Terima kasih Felice," ujar Marrie dengan sungguh-sungguh. Felice tersenyum cerah, dia bisa melihat kilasan rasa bersalah yang sempat melintas di mata Marrie.

Felice cukup puas dengan tanggapan Marrie. Kekesalan karena kurangnya reaksi Harry terhadap pendekatannya berkurang banyak. Tidak sulit memenangkan hati gadis ini jika dibandingkan dengan saudara tirinya.

Ketika sampai di kantin, Marrie menemukan tempat duduk dan Felice memesan makanan. Tempat yang dipilih Marrie berada di ujung dan tidak banyak orang di sekitarnya. Mereka makan dengan tenang dan sesekali mengobrol. Ketika Marrie pergi ke toilet, Felice diam-diam bergerak kesamping, membelakangi kamera CCTV dan siswa-siswa di sekitarnya. Dengan cekatan dia memasukkan sebuah pil obat kecil ke gelas jus Marrie.

Pil kecil itu dengan cepat meleleh setelah bersentuhan dengan cairan. Tidak ada yang menyadari tindakan mencurigakan Felice. Tidak lama setelah itu, Marrie kembali dari toilet dan melanjutkan makannya.

Melihat Marrie meminum jusnya, kegembiraan rahasia perlahan menyebar di hati Felice.

Felice menurunkan pandangannya ketika dia meneguk jusnya sendiri, bibirnya perlahan membentuk seringai singkat yang tersembunyi di balik gelasnya.

......................

Kelas biologi berakhir dan guru biologi mereka meminta para siswa membentuk kelompok dengan teman sebangku untuk tugas kelompok. Felice cukup puas dengan pengaturan ini, dia bisa menggunakan kesempatan ini untuk mendekati Harry.

Harry mengerutkan keningnya ketika mendengar permintaan guru biologi mereka. Dia jelas tidak senang, sebelumnya tidak ada siswa yang duduk di sebelahnya dan kelas mereka memiliki jumlah ganjil sehingga dia selalu sendiri ketika ada tugas kelompok. Bagaimana dia bisa lupa, dengan tambahan Felice di sampingnya rutinitas sebelumnya tidak akan berlaku lagi.

Sungguh merepotkan. Dia tidak suka.

Bel berbunyi menyatakan berakhirnya jam sekolah. Sebelum Harry pergi, Felice dengan tergesa-gesa menarik tasnya.

"Tunggu! Harry untuk tugas kelompok biologi, bagaimana kalau kita berkumpul di luar sekolah untuk membahasnya?" tanya Felice dengan antusias setelah dia mendapat perhatian Harry.

Balasan yang diterima Felice adalah kerutan kening dan jawaban acuh tak acuh sebelum pemiliknya pergi.

"Tidak ada waktu."

Felice menatap kepergian Harry dengan kilatan gelap. Jika terus seperti ini, kesabarannya mungkin akan segera habis.

Laki-laki sialan.

Felice menarik nafasnya untuk menenangkan kekesalannya. Marrie yang melihat interaksi keduanya sedikit mengernyit. Dia tidak suka Felice berinteraksi dengan Harry, tetapi dia juga tidak senang ketika melihat perilaku  saudara tirinya terhadap teman baiknya.

Felice merasakan tatapan tidak ramah dari arah tertentu dan mendapati Marrie sedang memandang ke arahnya dengan pandangan tidak senang, tetapi ketidaksenangan itu segera berubah menjadi senyuman. Mereka berdua turun bersama sebelum berpisah di gerbang.

Di dalam mobil, Harry yang duduk di kursi pengemudi dan menunggu Marrie, melihat adiknya berjalan mendekati mobil dengan ekspresi yang kurang menyenangkan. Dalam hati dia bertanya-tanya siapa lagi yang membuat adiknya kesal.

Pintu di sebelah kiri terbuka kemudian Marrie masuk dan menutupnya kembali dengan keras. Gadis itu menatap saudaranya dengan ekspresi suram, "Lain kali jangan bersikap seperti itu terhadap Felice dan jauhi temanku."

"Aku tidak mendekatinya-"

"Aku tidak peduli, pokoknya jangan menyeret nilainya dalam tugas kelompok biologi, setelah itu jangan pernah dekati dia lagi kecuali diperlukan."

Harry memandang adiknya dengan dingin. Dia memang tidak ingin melukai perasaan adiknya, tetapi kali ini Marrie melampiaskan kemarahannya padanya tanpa sebab yang tidak terlalu disukainya. Sejak mereka menginjak kelas SMP, Marrie tidak terlalu peduli dengan urusannya lagi. Adiknya lebih suka menjauhinya, tetapi hari ini karena seorang gadis pindahan adiknya memperingatinya seperti ini.

Felice...

Benar-benar gadis yang menyebalkan...

Sepanjang perjalanan pulang suasana dalam mobil sangat tidak enak, pasangan kakak beradik itu masing-masing memiliki pemikiran mereka sendiri. Adapun Felice, dia tidak tahu karena usaha Marrie, Harry yang selalu mengabaikan keberadaannya menumbuhkan sedikit pendapat pribadi terhadapnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!