Bab 2: Pertemuan Pertama

Memakai seragam sekolah yang baru, Felice menatap dirinya di cermin dan membelai wajahnya di kaca. Kalau Feline masih hidup, sekarang dia mungkin akan mengenakan seragam sekolah SMA dan mengeluh kepadanya karena tugas sekolah seperti remaja lain pada umumnya.

Membayangkan bagaimana frustasinya Feline dengan tugas sekolah, Felice tersenyum kecil. Namun, senyuman itu hanya bertahan sebentar dan segera digantikan dengan tawa pahit. Jika saja Feline masih hidup, tapi sayangnya hal itu tidak akan pernah terjadi karena tindakan orang-orang tertentu.

Ekspresi Felice segera menjadi dingin.

Orang-orang tercela itu hidup bahagia di bawah mayat adiknya selama 7 tahun. Mereka bahkan mungkin sudah lupa dengan gadis kecil yang dipaksa bunuh diri di bawah kekejaman mereka. Terkadang Felice tidak mengerti bagaimana bisa ada anak-anak yang sekejam itu hingga membunuh teman mereka.

Menenangkan amarahnya, Felice menatap dirinya dan tersenyum lagi.

Tidak lama lagi, hari-hari baik mereka akan berakhir.

Mengumpulkan semua barang-barangnya, Felice keluar dari kamarnya. Di bawah, orang tuanya sudah menunggunya.

"Good Morning Pa, Ma."

"Good Morning, Dear," balas kedua orang tuanya.

"Sudah siap ke sekolah baru?" tanya ayahnya.

"Tentu saja Pa, aku sungguh tidak sabar untuk mengunjungi sekolah baruku," jawab Felice dengan mata berbinar.

Tentu saja tidak sabar bertemu dengan orang-orang tertentu.

......................

Di tengah pembelajaran, kepala sekolah tiba-tiba memasuki kelas bersama dengan seorang siswa perempuan yang tidak dikenal.

Kepala sekolah, "Maaf mengganggu pelajarannya, Bu."

"Tidak masalah, Pak," balas sang guru.

"Semuanya, mohon perhatiannya. Kelas kalian kedatangan siswa baru yang sebelumnya bersekolah di Amerika. Tolong perkenalkan dirimu, Nak."

Mata para siswa berbinar kagum ketika menatap teman baru mereka.

Dengan senyuman cerah, Felice memperkenalkan dirinya, "Halo semuanya, namaku Felice. Karena aku baru disini mungkin ada beberapa hal yang kurang kumengerti, jadi mohon bantuannya ya teman-teman."

Para siswa bersorak setuju setelahnya.

Kepala sekolah puas dengan reaksi positif kelas dan meminta Felice untuk duduk di bangku kosong sebelum meninggalkan kelas.

Tatapan Felice tertuju pada seorang pemuda yang tidur di belakang.

Ketemu.

Tanpa ragu-ragu Felice memilih posisi di sebelah pemuda itu. Merasakan gerakan dari sebelahnya, pemuda yang tidur merasa terganggu dan membuka matanya. Sebelum dia akan memarahi orang yang mengganggu tidurnya, pemuda itu terpana melihat seorang gadis berdiri di samping mejanya dan tersenyum manis padanya.

"Hi, aku Felice, murid baru disini."

Amarah yang awalnya akan dikeluarkan padam seketika. Pemuda itu mengabaikan gadis ramah yang menyapanya dan melanjutkan tidurnya.

Sungguh tidak sopan.

Kilatan tajam melintas di tatapan ramah Felice. Dia bisa melihat amarah yang membara sekilas pada tatapan itu sebelum padam.

Mengabaikan tatapan sekitarnya, Felice duduk di tempat barunya dan mengeluarkan catatan untuk menyalin materi yang dijelaskan guru. Di antara banyaknya siswa yang menatap Felice, pandangan Felice hanya tertuju pada seorang gadis cantik yang tersenyum cerah menyapa Felice.

Ah.....Ternyata dia sudah tumbuh secantik ini. Sayangnya sosok dibalik kecantikan ini tidak lebih dari iblis yang membunuh orang.

Felice merasa amarah yang dipendamnya mulai kembali muncul. Setelah membunuh orang, gadis itu ternyata masih bisa tampil menawan dan tersenyum ceria?!

Semua emosi negatifnya hampir naik ke permukaan, tetapi Felice meremas gelang di tangannya dan melakukan konseling psikologis pada dirinya sendiri.

Belum saatnya. Aku tidak boleh menunjukkan sedikit pun kejanggalan, setidaknya tidak sampai mangsa memasuki perangkap.

Sedikit memiringkan kepalanya, Felice tersenyum kembali kepada gadis itu kemudian menundukkan kepalanya sedikit. Kilatan perhitungan melintas di matanya.

......................

Bel berbunyi menandakan waktu istirahat tiba. Felice bisa melihat dari sudut matanya, bahwa gadis itu selalu meliriknya selama jam pelajaran. Dalam hati, dia mulai menghitung.

Satu...

Dua...

Tiga.

"Hi, Felice. Namaku Marrie, senang bertemu denganmu."

Dengan senyuman lebar, Felice menjabat tangan Marrie dan membalas, "Senang bertemu denganmu."

Menatap tangan putih dan halus itu, Felice tidak bisa tidak memikirkan bagaimana jika tangan itu dihiasi dengan ungu dan merah, pasti akan lebih indah. Lagipula, tangan inilah yang melakukan kerusakan pada adiknya.

Marrie merasa sedikit iri ketika dia mendengar asal-usul Felice. Selain itu, kedatangan Felice mencuri perhatian teman-teman di kelas darinya. Ini saja sudah cukup membuatnya tidak senang. Apalagi sekarang, setelah dia mengamati siswa baru ini dengan teliti, ternyata gadis ini lebih cantik dari yang dia bayangkan. Bahkan jika dia enggan mengakuinya, sosok Felice memang lebih menarik jika dibandingkan dengannya.

Kilatan kecemburuan Marrie tentu saja ditangkap oleh Felice. Dengan tawa polos Felice memuji Marrie, "Marrie, mata dan tanganmu benar-benar cantik."

Rasa bangga melintas dalam ekspresi Marrie, tetapi dia segera menutupinya dengan ekspresi malu-malu dan mengucapkan terima kasih.

Dengan antusias, Marrie menarik Felice berkeliling sekolah. Di sepanjang perjalanan mereka, para siswa selalu menyapa Marrie yang menunjukkan popularitas Marrie di sekolah ini. Beberapa orang penasaran dengan Felice, tetapi dengan samar-samar Marrie akan mengalihkan perhatian mereka dengan percakapan dan tindakan kecil lainnya.

Kilatan geli melintas di matanya.

Tindakan Marrie di mata Felice tidak lebih seperti badut yang berusaha mencari perhatian.

Jadi dia sangat suka diperhatikan ya....

Felice cukup puas dengan penemuannya selama berkeliling. Pikiran Marrie sangat mudah dibaca. Dari tindakan dan kata-katanya, Felice sudah bisa menangkap beberapa sifat asli Marrie.

Dalam percakapan mereka, sengaja tidak sengaja, Marrie akan menyiratkan bahwa teman sebangku Felice, Harry, memiliki perilaku buruk. Ketika komentarnya tentang Harry terlalu buruk, dia akan bertindak seolah tanpa sengaja mengatakan sesuatu yang salah. Felice tentu saja tahu bahwa tindakan Marrie ini disengaja.

Tampaknya hubungan mereka cukup buruk.

"Kenapa kamu sepertinya sangat mengenal Harry?"

Dengan senyuman masam, Marrie berkata, "Sebenarnya Harry adalah saudara tiriku. Ibuku menikah dengan ayah Harry ketika kami masih kecil dan kami akhirnya menjadi satu keluarga. Ayah memperlakukanku dan ibu dengan sangat baik, tetapi Harry sepertinya sangat membenciku dan ibu. Sejak kecil, Harry selalu menggangguku di rumah, bahkan ayah sudah menegurnya, tetapi dia sepertinya masih tetap tidak menyukaiku."

Salah satu hal yang Felice pelajari tentang Marrie, gadis ini sangat suka memutarbalikkan fakta untuk membuat orang lain bersimpati padanya. Setiap kali Marrie ingin memanen simpati dari orang lain, dia akan menunjukkan ekspresi itu.

Felice sebenarnya heran, tidakkah ada yang menyadari bahwa gadis ini sebenarnya sedang berakting? Melihatnya berakting dengan terampil berarti gadis ini sudah sangat sering melakukannya pada orang lain, tetapi sepertinya semua orang menganggap gadis ini sangat polos dan sangat menyukainya.

Tepat ketika Felice mulai tidak sabar mendengar keluhan Marrie, bel berbunyi membuat Felice merasa lega. Keduanya segera kembali ke kelas sebelum guru mata pelajaran memasuki kelas.

Harry tidak mengubah posisinya sejak pagi dan masih tidur di mejanya. Dalam hati, Felice sedikit jijik dengan pemuda yang tampak dekaden ini. Mungkin Harry memang merasa bersalah dengan kematian Feline, tetapi rasa bersalah ini tidak ada gunanya. Jika saja saat itu Harry berani melaporkan Marrie pada guru, mungkin kasus adiknya tidak akan pernah terjadi.

Sama seperti dirinya, jika saja saat itu dia bisa mengerti bahwa keanehan dibalik sikap adiknya adalah tanda-tanda depresi....

Rasa sedih kembali pecah dalam diri Felice. Sebenarnya dia pun tidak luput dari kesalahan....

Menarik nafas dalam-dalam, setidaknya kali ini dia akan memenuhi janjinya pada Feline. Memandang Harry lagi, sebuah ide melintas di benak Felice.

Sepertinya tidak ada salahnya membuat permainan menjadi lebih besar.

Terpopuler

Comments

tintakering

tintakering

spertinya othor mengerti soal psikologi. kalau ada waktu mampir di lapakku thor😊

2022-12-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!