Vera berasa sulit untuk menelan air yang sudah terlanjur masuk kedalam mulutnya. Pandangan tajam Damian membuat hatinya menciut. Vera tahu saat ini, Damian sedang menunggu penjelasan darinya.
Dengan perasaan gugup, Vera mulai mencoba menguasai kegugupannya. Dia menarik napas dalam-dalam lalu di hembuskan perlahan-lahan. Tetapi, ternyata perasaan gugup dan takut itu masih menguasai hatinya.
"Terima kasih, karena anda tidak melaporkan saya ke kantor polisi atas perlakuan saya pada anda saat di mobil. Suatu saat saya akan membalas kebaikan anda," ucap Vera sambil melirik ke arah Damian yang masih terdiam tanpa bereaksi apapun atas ucapan Vera.
Ternyata di dunia ini ada laki-laki seperti ini. Bikin jantungan saja, batin Vera.
"Maaf, saya ngantuk. Saya pergi dulu," ucap Vera bergegas berdiri dan hendak melangkah pergi.
"Tunggu," teriak Damian menghentikan langkah Vera.
Vera bergegas berbalik badan sambil pura-pura tersenyum melihat Damian yang masih terlihat berwajah dingin.
"Duduk!" perintah Damian.
Vera kembali duduk dan hatinya semakin takut mendengar suara Damian yang sangat tegas dan keras. Padahal, jika diperhatikan, Damian itu lebih bagus bersikap perhatian seperti tadi. Membuatkan makanan dan menemaninya makan. Benar-benar seperti pria didalam drama.
"Bukankah kamu masih ada hutang janji denganku? Cepat katakan siapa sebenarnya kamu?" tanya Damian sambil menatap tajam Vera.
Vera kemudian menceritakan tentang dirinya. Bahwa dia berasal dari luar kota. Datang untuk bertemu dengan kekasihnya. Sampai dirinya mendapati sang tunangan sedang bersama wanita lain. Dia berlari dan tidak sengaja melihat Damian masuk kedalam mobil dan Vera ikut masuk.
Terakhir, drama penyanderaan terhadap Damian, dengan pisau pemotong kue hingga Vera sampai di rumah ini. Vera mengakhiri ceritanya sambil menunduk. Dia teringat kembali dengan peristiwa tadi di rumah tunangannya. Hal itu membuat airmata Vera menetes kembali.
"Seharusnya kamu tidak perlu menangisi pria seperti itu. Masih banyak hal yang akan membuatmu bahagia," ucap Damian sok bijak. Padahal, wajah dinginnya tidak sebanding dengan ucapannya.
"Kamu mudah berkata seperti itu. Kamu tidak mengalaminya seperti apa yang aku alami. Sakit sekali," jawab Vera agak kesal.
"Terserahlah. Aku hanya ingin membuat kesepakatan denganmu. Seperti yang tadi kamu katakan, kamu ingin berterimakasih padaku," ucap Damian menagih ucapan Vera beberapa menit yang lalu.
"Benar. Apa yang kamu inginkan. Jika uang, aku tidak punya. Jika kehormatan, aku tidak akan pernah memberikan pada siapapun," jawab Vera sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya.
"Hah, siapa yang butuh uang. Apalagi kehormatanmu. Dengar, aku tidak mungkin tertarik denganmu apalagi menginginkan dirimu. Tidak ada yang menarik dari wanita sepertimu," jawab Damian sambil mencibir mendengar ucapan Vera.
"Jangan bilang aku tidak menarik. Tapi, mungkin memang tidak seseksi bintang film. Tapi setidaknya, aku termasuk bunga desa dikampung ku," ucap Vera sambil melihat dirinya sendiri.
"Cukup berkhayalnya. Aku hanya ingin kamu membuat agar mami membencimu dan melarang hubungan kita. Setelah itu, semua impas. Kita tidak akan saling berhutang lagi. Aku juga akan mengantarkan kamu kembali ke tempatmu semula," ucap Damian serius.
"Membuat mami kamu membenciku? Berarti aku harus melakukan hal yang mami kamu benci?" tanya Vera kaget.
Damian membenarkan perkataan Vera. Damian kemudian menjelaskan, bahwa Mami-nya sangat membenci orang yang tidak disiplin, terutama disiplin waktu. Juga orang yang terlalu boros, mengabiskan uang untuk hal yang tidak penting meskipun mereka memiliki banyak uang.
Damian juga, tidak suka wanita yang terlalu manja dan lebay terhadap sesuatu hal terutama dalam suatu hubungan percintaan terhadap pasangan. Mami-nya pernah menolak kekasih kakaknya, yang terlalu bersikap manja didepan publik yang dirasa mempermalukan keluarga.
Hal itu menunjukan bahwa Mami-nya Damian, tidak ingin kalah dari calon istri anak-anaknya. Mami-nya tidak ingin posisinya sang anak dikuasai sepenuhnya oleh calon menantunya.
Mendengar penjelasan Damian, sepertinya sangat mudah untuk bisa membuat Mami-nya Damian membencinya dan akan segera memintanya pergi.
Vera harus fokus melakukan tugasnya dengan baik dan mengesankan Damian. Agar Damian melihat bahwa usahanya sudah maksimal dan hasilnya nanti tidak mengecewakan. Resiko sebesar apapun, yang penting Vera akan berusaha agar dirinya bisa terlepas dari Damian dan keluarganya. Vera juga bisa terlepas dari ketakutannya akan dilaporkan ke polisi. Terlebih lagi dia ingin bisa segera pulang.
Setelah mendapatkan arahan dari Damian, Vera bergegas masuk kamar dan akan segera memulai tugasnya. Vera tidur dengan lelapnya dan mencoba melupakan sejenak semua masalahnya.
Pagi-pagi sekali, Vera bangun dan mencoba mencari kain sarung milik Damian didalam lemari pakaian. Pelan-pelan dia mencari karena takut jika sampai orang lain melihat dia sudah terbangun pagi-pagi sekali, rencananya untuk membuat Mami-nya Damian benci padanya tidak akan berhasil.
Setelah cukup lama mencari, akhirnya Vera menemukan sarung yang Vera inginkan. Dia kemudian mencari baju Damian lengan panjang yang biasa dipakai Damian untuk bekerja. Ternyata, Vera mencari semua itu hanya untuk melaksanakan kewajibannya sholat subuh. Ini memang darurat dan Vera berusaha masih tetap konsisten untuk sholat meski dalam keadaan darurat.
Selesai menjalankan ibadah, Vera kembali masuk kedalam selimut untuk kembali berpura-pura masih tidur. Vera menunggu cukup lama, sampai matahari mulai terbit. Vera agak kesal juga harus berpura-pura bangun kesiangan. Padahal, biasanya setiap hari, dia harus bangun pagi-pagi untuk berolahraga, paling tidak lari-lari kecil disekitar rumah baru membuat sarapan pagi untuk seluruh anggota rumah.
Terdengar suara Bu Farida sedang menanyai Damian. Kenapa Damian belum bersiap pergi ke kantor. Damian hanya menarik napas berat sambil menunjuk ke arah kamarnya yang masih tertutup rapat.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments