Vera melangkah dengan hati penuh luka. Kejutan yang dia siapkan malah berbalik arah. Vera yang awalnya ingin memberi kejutan, kini dia yang malah mendapatkan kejutan dari Rendra. Kejutan yang teramat menyakitkan bagi Vera.
Vera berhenti tepat di depan Rendra yang sudah mengenakan pakaiannya kembali. Tatapan mata Vera sangat tajam, seolah ingin menembus jantung Rendra yang masih tampak gugup.
Vera mengangkat tangan kirinya yang saat ini memakai cincin pertunangan dari Rendra. Matanya berkaca-kaca dan hampir tidak bisa melihat karena terhalang buliran airmata yang masih menggenang di matanya.
"Cincin ini, adalah cincin pengikat cinta yang kamu berikan padaku saat kita bertunangan. Cincin yang mengikat hatiku hingga tidak ada satu pria pun yang bisa membukanya selain dirimu. Tetapi, ternyata cincin ini sama sekali tidak ada artinya bagimu. Aku tidak bisa mengikuti langkahmu lagi. Aku kembalikan cincin ini dan setelah ini, silahkan lakukan apapun yang kamu mau lakukan. Bahkan aku tidak akan peduli lagi meskipun kamu bercinta dengan wanita manapun," ucap Vera sedih bercampur emosi.
Dia melepaskan cincin yang melingkar di jari manisnya dengan hati hancur. Airmata yang tadinya hanya mengambang di pelupuk matanya kini mulai menetes pelan membasahi pipinya.
Di raihnya tangan kanan Rendra lalu di bukanya telapak tangan yang terlihat ada bekas lipstik dari wanita itu. Ditaruhnya perlahan cincin tunangannya tepat di tengah telapak tangan Rendra. Lalu digenggamkan tangan Rendra perlahan-lahan.
"Mulai hari ini, kita putus," ucap Vera lalu berbalik badan.
"Vera, dengarkan aku. Aku memang salah, tapi aku janji aku tidak akan mengulanginya lagi. Percayalah padaku. Aku akan mengusirnya pergi dari rumah ini," teriak Rendra berharap Vera akan mendengarkannya.
Tetapi, bagi Vera semua sudah tidak mungkin lagi. Sulit bagi dirinya untuk bisa memaafkan kesalahan Rendra. Apalagi dia melihat dengan mata kepalanya sendiri, apa yang sudah Rendra lakukan dengan wanita itu. Bayangan Rendra yang sedang bergumul dengan seorang wanita membuat hati Vera semakin sedih.
Vera melangkah pergi meninggalkan Rendra yang tiba-tiba memegang tangannya dan berusaha menahan Vera agar tidak pergi dari rumah ini. Vera yang sudah sakit hati, mengibaskan tangan Rendra dengan kasar.
"Lepaskan! Sudah tidak ada lagi yang bisa aku harapkan darimu. Cinta, kesetiaan, penantian, masa depan. Semua bulsyet," ucap Vera kesal.
"Vera, aku hanya bersenang-senang saja dengannya. Aku tidak mencintai dia. Hanya kamu yang aku cintai," ucap Rendra panik.
"Aku tidak mau mendengar apa-apa lagi dari mulutmu!" teriak Vera.
Rendra hanya terdiam mendengar teriakan Vera yang menggema di kamar Rendra. Saat ini, tidak akan ada siapapun yang bisa membuat Vera bisa memaafkan Rendra.
Vera berlari meninggalkan rumah Rendra. Saat itu, hari sudah semakin malam. Tetapi Vera sama sekali tidak peduli. Yang ada didalam pikirannya hanyalah rasa ingin menghilang dari muka bumi.
Ternyata, tingkat pendidikan juga pekerjaan, tidak bisa membuat seorang Vera berpikir jernih. Cinta telah membuat luka yang sangat dalam di hati Vera. Saat menyadari Rendra mengikutinya, Vera bersembunyi di belakang mobil yang saat itu terparkir di jalan.
Cukup lama Vera bersembunyi, sementara Rendra masih mondar-mandir di sekitar jalan tempat Vera bersembunyi. Vera masih bersabar dan menunggu sampai Rendra pergi dari tempat ini. Vera tidak menyangka jika pemilik mobil yang menjadi tempatnya bersembunyi, telah masuk ke dalam mobil.
Vera bergegas ikut masuk lewat pintu belakang sambil mengancam pemilik mobil dengan pisau pemotong kue yang kebetulan ditaruh ya didalam tas. Vera mengancam agar, mobil segera pergi dari tempat ini.
"Cepat, jalankan mobilnya!" perintah Vera dengan nada galak.
Tanpa banyak bertanya, pemilik mobil segera menjalankan mobilnya meski tidak tahu kemana tujuan Vera. Vera tidak peduli kemana akan dibawa, asalkan bisa jauh dari Rendra itu sudah cukup. Vera melepaskan tangannya dari leher pemilik mobil kalau duduk santai yang akhirnya membuatnya tertidur.
Saat bangun, Vera baru menyadari kalau dirinya masih berada di dalam sebuah mobil. Dia perlahan bangun dan melihat keluar lewat kaca jendela mobil. Vera sangat terkejut saat melihat dia berada di halaman sebuah rumah yang sangat besar dan mewah.
Masih untung, aku tidak dibawanya kekantor polisi, batin Vera.
Bagaimana dia akan bisa kembali ke rumah Siya, jika dia tidak tahu Sekarang dia ada dimana?
Vera juga lupa membawa ponsel. Dia berusaha membuka pintu mobil yang tidak terkunci. Ternyata, seseorang melihatnya.
"Eneng siapa, pacarnya Tuan muda?" tanya bapak-bapak dengan nada kaget. "Kenapa tidak ikut masuk saja?"
"Bukan, Pak. Saya ...." jawab Vera gugup.
"Sudahlah, Neng. Mari Bapak antarkan masuk. Nyonya dan seluruh anggota keluarga sudah menunggu," ucap Bapak-bapak itu lagi.
"Bapak ini siapa?" tanya Vera cemas karena ada kesalahpahaman.
"Bapak ini sopir pribadinya Nyonya. Nama bapak, Jono. Panggil saja Pak Jono," jawab pak Jono sambil tersenyum.
"Begini, Pak Jono. Saya ini bukan pacarnya Tuan mudanya Bapak. Saya hanya tersesat dan kebetulan saja ikut mobil ini," ucap Vera berusaha menjelaskan.
"Ya sudah. Kalau begitu Eneng masuk saja dulu. Nanti, bapak akan mengantarkan Eneng pulang," ucap Pak Jono sambil mempersilahkan Vera masuk kedalam rumah.
Vera bingung harus bagaimana, sedangkan malam sudah semakin larut. Jika dia diusir pergi, dia harus kemana?
Timbul pemikiran nakal di hati Vera, agar malam ini dia tidak menjadi gelandangan. Besok pagi-pagi sekali dia akan pergi dari rumah ini sebelum sang pemilik rumah bangun.
Vera mengikuti langkah pak Jono masuk kedalam rumah. Sambil celingak-celinguk, Vera berharap sang pemilik rumah tidak melihatnya. Sayang, tampak seorang wanita cantik meskipun sudah agak berumur duduk di sofa ruang tamu.
Padahal ini sudah sangat malam. Vera melihat jam dinding yang berada dipojok ruang tamu sudah menunjukan pukul 11 malam.
"Nyonya, ini pacar tuan muda," ucap pak Jono mengagetkan Vera.
"Oh, kemarilah. Duduklah disini. Sungguh tidak disangka, dia bilang tadi pacarnya sangat sibuk dan tidak bisa datang," ucap Bu Farida sangat senang melihat Vera.
Vera menjadi bertambah bingung. Dia tidak tahu, berada dalam situasi apa. Pacar tuan muda. Tuan muda yang mana?
"Sayang, kenapa masih bengong saja di situ. Pak Jono lanjutkan pekerjaan Pak Jono lalu segeralah istirahat," ucap bu Farida sambil berdiri dan mendekati Vera.
Vera sangat ketakutan dan dia memegang tangan pak Jono yang hendak beranjak pergi.
"Pak Jono, tolong saya," ucap Vera pelan.
"Eneng tenang saja, Nyonya orangnya baik. Eneng tidak perlu takut," jawab Pak Jono sambil melepaskan pegangan Vera.
Vera menarik napas panjang saat melihat pak Jono benar-benar pergi meninggalkan dia dalam ketakutan.
Rasa sedihnya karena dikhianati Rendra sejenak menghilang berganti rasa ketakutan berada di tempat asing.
Ini semua gara-gara Rendra. Jika saja semua sesuai harapanku, aku tidak akan terjebak dalam situasi menegangkan seperti ini. Apa yang akan terjadi padaku, hidup atau mati, aku sendiri tidak tahu pasti, batin Vera.
"Sayang, ayo duduk," ajak Bu Farida sambil menarik tangan Vera dan mengajaknya duduk di sofa.
"Nyonya, saya hanya ingin menumpang istirahat sebentar. Saya tidak akan menggangu kalian. Besok pagi-pagi sekali saya akan pergi sebelum Nyonya dan yang lainya bangun," ucap Vera gugup sekaligus takut.
"Kamu bicara apa, sayang. jangan panggil aku Nyonya. Panggil saja Mami Farida. Nama kamu siapa?" tanya Nyonya Farida sambil tersenyum.
"Vera, Vera Asmarani," jawab Vera sambil tersenyum yang dipaksakan.
"Tunggu, kenapa kedua mata kamu bengkak, kamu habis menangis? Apakah Damian menggertak kamu?" tanya Nyonya Farida sambil melihat dengan seksama wajah Vera.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
sabar Vera...biarkan saja Rendra
2023-12-18
1
Cinta Suci
masa iya gk bw hp
2023-01-15
1