Arga sudah berada di kamarnya bersama Dafa. Untuk beberapa saat ia hanya terdiam dengan menatap tajam Dafa yang berdiri di hadapannya.
Dafa yang mendapat tatapan penuh intimidasi dari Arga seketika mengetahui kesalahannya.
"Maafkan aku, aku tidak punya pilihan lain, om dan tante yang memaksaku untuk memberitahu dimana keberadaanmu," ucap Dafa.
"Aku akan memaafkanmu asalkan kau menyelesaikan masalahku dengan pria yang aku temui di bar," balas Arga.
"Maksudmu pria besar yang semalam mengejarmu?" tanya Dafa memastikan.
Arga hanya menganggukkan kepalanya lalu menjatuhkan dirinya di atas ranjang.
"Apa kau gila? kau saja tidak berani beradu fisik dengannya apalagi aku!"
"Aku bukan tidak berani, hanya saja saat itu aku sedikit mabuk jadi tidak mungkin aku bisa melawannya," balas Arga.
"Tapi....."
"Turuti saja permintaanku dan aku akan membiarkanmu libur hari ini, aku janji aku tidak akan mengganggumu dengan masalah pekerjaan," ucap Arga memotong ucapan Dafa.
"Apa kau serius? apa kau tidak akan memintaku untuk mengerjakan sesuatu di kantor dengan tiba-tiba seperti biasanya?" tanya Dafa.
"Aku janji aku tidak akan melakukan hal itu, jadi sekarang cepatlah pergi dan selesaikan masalah semalam," jawab Arga.
"Baiklah kalau begitu, aku akan pergi ke bar itu sekarang juga!" ucap Dafa lalu berjalan pergi meninggalkan kamar Arga.
Arga memejamkan matanya untuk beberapa saat sebelum pintu kamarnya diketuk oleh sang Mama yang tiba-tiba masuk dan duduk di tepi ranjang Arga.
"Bukankah menyenangkan beristirahat di rumah ini?" tanya Nadine sambil menaruh satu gelas jus dan roti di atas meja.
"Bagaimana mungkin tidak menyenangkan jika semua kenangan indah Arga ada di rumah ini," balas Arga sambil beranjak dan menyeruput jus yang dibawa sang mama.
"Lalu kenapa kau memilih untuk tinggal sendirian di rumahmu yang besar itu?" tanya Nadine.
"Arga hanya ingin lebih mandiri saja ma," jawab Arga.
"Akan lebih baik jika ada perempuan yang tinggal disana, perempuan yang bisa mengurus semua keperluanmu, menemanimu dan menyambutmu setiap kau pulang bekerja," ucap Nadine.
"Pasti akan ada perempuan yang seperti itu ma, tapi bukan Clara," balas Arga.
"Lalu siapa? Karina? apa kau masih tidak bisa melupakannya? apa kau belum sadar juga bahwa dia bukan perempuan yang baik untukmu?" tanya Nadine.
"Mungkin bukan Karina yang tidak baik tetapi Arga yang belum bisa menjadi laki-laki yang baik untuknya," balas Arga.
"Kenapa kau menyalahkan dirimu sendiri Arga, padahal dia yang berselingkuh darimu, dia yang memutuskan untuk bertunangan saat dia masih menjadi kekasihmu!"
"Arga terlalu sibuk dengan pekerjaan ma, mungkin Karina merasa kesepian karena kesibukan Arga, seharusnya Arga lebih bisa mengatur waktu dengan baik agar Karina tidak meninggalkan Arga seperti ini," ucap Arga yang masih menyalahkan dirinya sendiri atas gagalnya hubungannya dengan Karina, gadis cantik yang sudah lama dicintainya.
"Sekali lagi Mama bilang ini bukan karena kesalahanmu Arga, sesibuk apapun dirimu seharusnya dia bisa menjaga hatinya dengan baik jika memang dia mencintaimu," ucap Nadine mengingatkan.
Arga hanya tersenyum tipis lalu mengambil roti di atas meja dan memakannya dengan malas.
Berakhirnya hubungan Arga dengan Karina membuat hidup Arga cukup berantakan. Perempuan yang sudah lama menjalin hubungan dengannya tiba-tiba saja meninggalkannya bahkan diam diam bertunangan dengan laki-laki lain.
Kesibukan Arga yang Karina sebut sebagai alasan kenapa dia berselingkuh dari Arga dan pada akhirnya memilih untuk bertunangan dengan laki-laki yang merupakan selingkuhannya itu.
**
Di tempat lain, Bianca yang baru saja mengerjapkan matanya sudah tidak melihat Lola yang sebelumnya tidur di sampingnya.
"Apa dia sudah berangkat?" tanya Bianca pada dirinya sendiri lalu beranjak dari ranjang milik Lola.
Bianca kemudian mengambil ponsel miliknya yang ada di meja belajar Lola. Ia mencari nama Lola pada penyimpanan kontaknya lalu menghubungi Lola.
"Apa kau sudah berangkat bimbingan skripsi?" tanya Bianca setelah Lola menerima panggilannya.
"Iya, aku baru saja sampai, aku melihatmu sangat nyenyak jadi aku tidak membangunkanmu, ada kunci cadangan di meja belajarku< kau bisa menggunakannya dan cepat pulang ke rumahmu sebelum Tante Felly mengamuk padamu!"
"Oke baiklah," balas Bianca.
Setelah membasuh wajahnya, Bianca kemudian mengikat rambutnya ke atas seperti biasa. Dengan celana jeans dan kaos oblong berwarna putih Bianca menyambar kemeja miliknya lalu memakainya dan membiarkan kancing kemejanya terbuka.
Setelah memasukkan barang-barang miliknya ke dalam tas, Biancapun segera membawa langkahnya keluar dari kamar kos Lola.
Bianca menaiki ojek online untuk bisa sampai di rumahnya. Sesampainya di rumah, Bianca segera membawa langkahnya masuk ke dalam kamar namun langkahnya terhenti saat tantenya memanggilnya.
"Dari mana saja kau? apa kau lupa hutang papamu yang sudah menumpuk? kenapa kau hanya pergi main tanpa berusaha untuk mencari uang!"
"Bianca sudah berusaha tante, tetapi mendapatkan uang 50 miliar tidak semudah itu," balas Bianca.
"Waktumu hanya satu minggu Bianca, sebelum Tante terpaksa mengusirmu karena tante tidak ingin orang-orang itu mengambil rumah ini untuk membayar hutang orang tuamu," ucap Felly, tante yang merupakan adik dari sang papa.
"Bianca mengerti Tante," balas Bianca lalu berjalan masuk ke dalam kamarnya.
Bianca Titania, orang tuanya dulu adalah seorang pengusaha yang cukup sukses. Namun karena pengkhianatan teman sang papa, usaha yang dirintis dari nol itupun hancur.
Orang tua Bianca mengalami kebangkrutan saat Bianca baru saja masuk ke perguruan tinggi.
Bianca kemudian menjadi mahasiswa sekaligus bekerja di salah satu kafe untuk membantu biaya kuliahnya.
Namun tiba tiba, kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan. Bianca tinggal bersama Felly yang merupakan adik dari sang papa.
Felly menerima Bianca dengan sangat baik saat itu karena berpikir jika ia akan mendapatkan bagian dari warisan yang ditinggalkan oleh orang tua Bianca.
Felly mendapatkan rumah mewah yang saat itu ia tempati sebagai kompensasi jika Fely bersedia menjadi orang tua pengganti untuk Bianca.
Namun saat Felly mengetahui bahwa orang tua Bianca sudah bangkrut dan memiliki banyak hutang, sikap Fellypun mulai berubah pada Bianca.
Ia hanya menganggap Bianca sebagai beban hidupnya hingga akhirnya ia memaksa Bianca untuk berhenti kuliah saat rumah yang ia tempati terancam disita karena hutang papa Bianca.
"Gajimu dari kafe itu tidak akan cukup untuk membayar hutang papamu bahkan jika kau bekerja seumur hidup disana, jadi lebih baik simpan saja uangmu untuk membayar hutang daripada memakainya untuk membayar kuliah!"
Itulah yang Felly ucapkan pada Bianca yang pada akhirnya membuat Bianca terpaksa melepas mimpinya sebagai seorang sarjana.
Bianca sadar betul bahwa hutang yang ditinggalkan orang tuanya memang sangat banyak dan ia membenarkan apa yang tantenya katakan bahwa jika ia seumur hidup bekerja di kafepun ia tidak akan bisa melunasi hutang sang papa.
Meskipun begitu, Bianca tidak menyerah, ia berusaha untuk mencari cara agar ia bisa mendapatkan uang 50 miliar itu.
Namun, tenggat waktu yang semakin dekat membuat Bianca hampir putus asa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 195 Episodes
Comments
Armita Putri
Arga bodoh ya thor, maaf
2023-02-08
0
Asik Asiiik
biasanya klau cwok kyak Arga yg cma bsa nyalahin diri sendri kyak gni nntinya psti gmpang luluh klau dibohongi
2022-12-08
0
Cinta Nta
org2 kyk Rafa ini yg nntinya psti cpet luluh klau cweknya balik
2022-12-07
0