Dara menerima amplop dari Kepal Sekolah. Sebelum Dara membuka isinya, Kepal Sekolah berpamitan untuk segera kembali ke Sekolah.
"Bu saya permisi dahulu, karena masih banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan."
"Selama ini saya adalah pengagum ibu, dengan segala prestasi ibu dan dengan kecantikan ibu, namun mengapa madu yang ibu miliki diberikan kepada kumbang jalanan." ucap Kepal Sekolah.
Kemudian Kepala Sekolah segera pergi meninggalkan Dara tanpa menunggu Dara mengatakan apapun.
Setelah Kepal Sekolah pergi, Dara kembali mengambil map yang ada di atas meja. Dengan cepat ia melihat Pa sebenarnya isi map tersebut.
Lembar demi lembar kertas yang ada di dalam map tersebut, Dara baca dengan seksama. Dan alangkah terkejutnya saat Dara mengetahui bahwa uang yang telah dipakai menggunakan namanya begitu fantastis.
Uang Satu milyar bukanlah sedikit, apalagi untuk orang-orang yang tinggal di Desa seperti Dara. Bahkan mungkin seorang pegawai negeri sekalipun pasti menganggap uang tersebut terlalu banyak.
Dengan cepat Dara mengambil ponselnya untuk menghubungi Ayu sahabatnya itu, namun berkali-kali ia mencoba namun tetap saja tidak bisa tersambung.
"Ayu ayo dong diangkat !." ucap Dara dengan cemas.
Namun sebanyak apapun Dara menghubungi tetap saja ia tidak bisa menghubungi Ayu. Dara jatuh kelantai, ia tidak habis pikir kenapa semua uang itu dibebankan kepada dirinya, padahal selama ini ia tidak pernah menggunakan sama sekali.
Bahkan ia yakin, tanda tangan yang ada di kertas tersebut adalah tanda tangan Ayu sahabatnya. Karena selama ini Ayu sering memalsukan tanda tangan miliknya untuk keperluan administrasi sekolah di saat Dara sedang tidak di tempat.
Namun siapa yang akan percaya dengan semua kenyataan ini, karena memang tidak ada yang mengetahui tentang hal itu, kecuali Ayu dan juga Dara sendiri.
Bagikan kata pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga. Begitulah nasib Dara saat ini, di saat ia sedang kondisi hamil tanpa suami ia juga dituduh menggelapkan uang Sekolah sebesar Satu milyar.
Setelah ia dikhianati oleh Dirga kini ia dikhianati oleh Ayu sahabatnya sendiri. Dara sangat bingung dengan apa yang menimpanya saat ini.
Lagi-lagi air matanya tak dapat ia bendung. Mengalir tanpa henti membasuh luka di hati karena penghianatan oleh kekasih dan juga sahabatnya itu.
Setelah beberapa saat akhirnya Dara bangkit, setelah itu ia menyimpan semua data hutang yang harus ia kembalikan ke pihak Sekolah.
Setelah menata hati dan pikiran, ia bersiap untuk menemui ayu di rumahnya. Ia segera keluar e menuju rumah Ayu.
Setelah beberapa saat akhirnya ia sampai di rumah Ayu, namun rumah tersebut terlihat sepi. Dengan ragu-ragu Dara melangkah hendak mengetuk pintu.
Namun tangannya terhenti saat ia mendengar suara sang sangat familiar di telinganya. Dengan cepat ia segera menempelkan telinganya di jendela kamar Ayu.
Terdengar suara dua insan yang sedang memadu cinta, suara-suara yang keluar karena kenikmatan yang mereka rasakan membuat Dara teringat kembali adegan panas di tepi pantai di bawah cahaya jingga.
"Ayu siapa lelaki yang saat ini bersamamu ? mengapa suaranya terdengar sangat mirip sekali dengan kak Dirga." batin Dara.
Namun semakin ia mendengar semakin ia yakin bahwa lelaki yang merengkuh kenikmatan bersama Ayu adalah Dirga.
Dengan sedikit ragu, ia mencoba masuk perlahan-lahan ke dalam rumah Ayu. Perlahan ia mengintip dari balik pintu apa yang sebenarnya terjadi di kamar Ayu.
Alangkah terkejutnya Dara melihat adegan dua insan yang selam ini sangat ia percayai dan yang ia sayangi.
Sahabat karibnya tengah mengerang penuh kenikmatan bersama dengan kekasihnya. Dara dengan sekuat tenaga mendobrak pintu kamar Ayu.
"Kalian berdua memang sepasang pengkhianat!." teriak Dara dengan penuh emosi.
Dara !
Ucap Ayu dan juga Dirga secara bersamaan. Meskipun tidak rela mereka segera mengakhiri kegiatan panas mereka.
Sementara Dara segera berlari keluar, meninggalkan kedua orang yang telah mengkhianatinya dan membawa luka yang semakin dalam.
Dirga Segera mengejar Dara, ia ingin menjelaskan sesuatu kepadanya. Secepat-cepatnya Dara berlari masih bisa di jangkau oleh Dirga.
"Dara tolong dengar penjelasan ku." ucap Dirga setelah berhasil meraih tangan Dara.
"Apa yang perlu kakak jelaskan, semuanya telah jelas. Bahkan di saat keluarga kakak mengatakan bahwa kakak telah melamar seorang gadis Dara tidak percaya tetapi setelah melihat kejadian tadi Dara percaya sepenuhnya bahwa kakak adalah seorang pengkhianat."
"Dara dengarkan aku ! aku memang telah menjalin hubungan terlarang dengan Ayu sahabat mu selama ini. Dan aku akan segera menikahi Ayu."
"Tapi aku berjanji akan tetap memberikan semua kasih sayang yang kau inginkan. Bahkan setelah kita menikah masing-masing, aku tetap bersedia melayani mu hingga kau mengalami pelepasan demi pelepasan seperti saat itu." ucap Dirga dengan sangat yakin.
Plak
Dara menjawab ucapan Dirga dengan sebuah tamparan yang sangat keras. Setelah itu tanpa mengatakan apa-apa Dara berlari meninggalkan Dirga yang masih memegang pipinya.
Disaat ia hendak mengejar Dara kembali, tangannya telah di gapai oleh Ayu.
"Sayang, biar saja Dara pergi, lebih baik kita ulangi kegiatan kita yang sempat tertunda." ucap Ayu dengan gerakan menggoda Dirga.
Meskipun ragu-ragu, Dirga akhirnya mengikuti langkah Ayu, mereka bergandengan tangan kemudian masuk kembali ke dalam rumah.
Hal itu tak lepas dari pandangan Dara. Rasa sakit yang Dara alami saat ini, berkali-kali sakitnya saat ia mendengar penjelasan dari orang tua Dirga.
"Kak Dirga, bukankah kau melamar seorang perawat ? tapi mengapa kau mengatakan akan menikahi Ayu ?."
"Atau sebenarnya perawat yang mereka maksud adalah Ayu ? seseorang yang pandai merawat mu di ranjangnya ?." tanya Dara di dalam hati.
Ia sama sekali tidak pernah menyangka bahwa, Dirga berselingkuh dengan sahabatnya sendiri.
Dara segera berlalu meninggalkan rumah Ayu dengan sejuta rasa kecewa. Rasa sakit yang saat ini ia rasakan sungguh sangat parah. Mungkin ini adalah devinisi terluka namun tak berdarah.
Setelah ia sampai ke dalam rumah, ia kembali
melihat rincian uang yang harus ia kembalikan ke Sekolah.
"Ayu kau benar-benar tidak punya perasaan. Bagaimana bisa kau menipu ku sedalam ini. Kau rebut kekasihku dan kau gelapkan uang Sekolah dengan mengatasnamakan aku."
"Bahkan kau tega melakukan semua ini kepada sahabat mu sendiri. Seandainya aku tau sifat aslimu, aku tidak akan pernah membantu setiap kesulitanmu selama ini." ucap Dara.
Dara kemudian membenamkan wajahnya kedalam bantal. Ia tumpahkan semua rasa sakit yang ia alami saat ini dengan air matanya.
Ia berteriak sekuat tenaga untuk melampiaskan rasa sakit di dada dengan menutup wajahnya dengan sebuah bantal agar sekuat apapun ia berteriak tidak akan bisa di dengar oleh banyak orang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments