Sudah hampir satu Minggu dari kejadian itu, Dara terbaring lemah di atas ranjang. Dengan sabar sang nenek merawat cucunya yang sedang sakit itu dengan penuh kasih.
Beliau tidak menyadari bahwa Dara sang cucu kini sebenarnya sedang putus asa karena cinta.
Namun hari ini, Dara mencoba untuk meyakinkan dirinya bahwa ia harus bangkit dan harus membesarkan buah cinta yang telah tumbuh di dalam rahimnya.
Setelah menguatkan hati, kini Dara kembali beraktivitas sebagai seorang Guru. Meskipun sedikit pucat namun kecantikan Dara semakin terpancar membuat setiap orang akan merasa kagum dengan pahatan yang sempurna dari sang pencipta.
Dara kembali dengan rutinitasnya mencoba untuk melupakan pahitnya dikhianati oleh sang kekasih.
Dengan harapan bisa membesarkan benih cintanya itu, Dara mencoba mengukir prestasi dan meraih mimpi tanpa tau bahwa dukanya baru saja dimulai.
Sahabatnya yang juga berprofesi sebagai seorang guru, telah dengan sengaja mengelapkan dana Sekolah dan juga uang tabungan dari para siswa yang selama ini menjadi tanggung jawab Dara.
Dengan kebaikan yang selama ini dimiliki oleh Dara, sahabatnya itu dengan sadar memanfaatkannya untuk mendapatkan keuntungan pribadi.
Tanpa Dara sadari, kini dirinya telah mempunyai hutang yang banyak dari dana Sekolah. Ia tidak menyangka kesedihannya dimanfaatkan oleh sang sahabat untuk mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya dari dana sekolah.
Bahkan pada suatu malam, rumah Dara di datangi oleh para warga dengan tuduhan bahwa ada seorang lelaki yang menginap di rumah Dara.
"Andi kami minta ijin untuk menggeledah rumah ini, karena ada sebuah laporan bahwa Dara menyembunyikan seorang lelaki di malam ini." ucap pak lurah meminta ijin kepada Andi sepupu Dara.
"Silakan pak ! lakukan tugas bapak tanpa perlu merasa sungkan. Tapi saya minta jangan sampai mengusik nenek saya yang sedang sholat." jawab Andi.
"Kau tenang saja Andi, kami hanya ingin memeriksa tanpa berniat buruk." jawab pak lurah.
Setelah itu beberapa warga langsung memeriksa setiap sudut ruangan hingga dibelakang rumah diperiksa.
Bahkan Dara dipanggil untuk di interogasi atas laporan yang diterima oleh Kepala Desa. Namun apapun yang dilakukan oleh para warga itu tidak membuahkan hasil.
Karena memang Dara tidak melakukan seperti apa yang mereka tuduhkan itu.
"Pasti Dara telah mengetahui berita kalau kita akan mendatangi rumahnya, sehingga lelaki itu telah ia suruh kabur sebelum kita sampai."
"Mungkin lelaki itu mempunyai ilmu yang bisa menghilang, karena saya dengar lelaki itu adalah alumni dari salah satu pondok pesantren di Jawa sana."
"Yang pasti gerakan kita telah diketahui oleh Dara, sehingga saat kita periksa kita tidak menemukan apa-apa sebagai buktinya."
"Usir saja Dara dari Desa ini, ia sangat meresahkan masyarakat karena tingkah lakunya itu."
"Ya usir Dara dari Desa ini !"
"Usir Dara sekarang juga."
Begitulah kira-kira ucapan dari para warga, meskipun mereka tidak menemukan bukti akan semua tuduhan kepada Dara.
"Tenang bapak-bapak dan ibu-ibu ! kita tidak bisa menghakimi seseorang tanpa bukti." ucap pak Lurah.
Kemudian dengan paksa pak Lurah membubarkan warga yang mengepung rumah Dara.
Sementara Dara hanya bisa menangis mendengar semua tuduhan yang ditujukan untuk dirinya.
Dirinya memang pernah melakukan hubungan terlarang dengan seorang lelaki, tetapi bukan seperti yang mereka tuduhan. Lelaki yang telah menyentuhnya adalah Dirga sang kekasih yang kini menunggu hari pernikahannya.
"Pak sebenarnya ada pa ini, mengapa malam-malam begini banyak warga yang datang ke rumah ini ?" tanya sang nenek yang mulai terusik dengan suara para warga.
"Nenek mengapa nenek keluar, angin malam ini sangat tidak baik untuk kesehatan nenek." ucap Andi sambil menutupi tubuh sang nenek dengan jaketnya.
"Bagaimana mungkin nenek bisa di dalam sementara banyak warga yang ingin mengusir Dara, sebenarnya apa yang telah Dara lakukan ?" tanya sang Nenek dengan bingung.
"Andi juga tidak tau nek, tiba-tiba pak lurah mengetuk pintu dan meminta ijin untuk memeriksa rumah kita." jawab Andi apa adanya.
"Pak lurah tolong jelaskan apa yang sebenarnya telah terjadi ?" tanya sang nenek yang masih menginginkan jawaban dari datangnya puluhan bahkan ratusan warga itu.
"Sebaiknya kita bicara di dalam pak lurah, mari masuk !" ucap Andi mempersilahkan pak lurah untuk menjelaskan semuanya di dalam rumah.
Setelah berada di dalam rumah, Dara dengan sigap membuatkan kopi dan juga menyiapkan kue kering sebagai pendamping kopi.
Setelah semuanya siap Dara menghidangkannya untuk pak Lurah dan beberapa warga yang ikut masuk ke dalam rumah Dara.
"Begini, tadi sekitar jam 23.00 saya mendapatkan laporan dari warga bahwa Dara membawa seorang lelaki kedalam rumah."
"Setelah saya konfirmasi ke para warga yang mendapat giliran ronda, mereka juga melihat lelaki itu menuju arah sini."
"Dari beberapa bukti dari para warga, kami memutuskan untuk memeriksa rumah ini, karena para warga merasa keberatan dengan tingkah Dara itu." jawab pak Lurah.
"Lalu setelah kalian memeriksa apakah ada sebuah bukti yang menunjukkan bahwa Dara bersalah atau melakukan hal yang kalian tuduhkan itu ?." tanya nenek dengan menahan emosinya.
"Kami tidak menemukan apapun nek, mungkin Dara telah mengetahui kabar ini sebelum kami sampai." jawab pak RT yang yang mendapat anggukan dari pak Lurah.
"Jika seperti yang bapak-bapak tuduhan dari siapa saya mendapatkan informasi itu, sementara sejak siang saya tidak pergi kemanapun." ucap Dara.
"Bukankah Dara mempunyai banyak teman dan juga banyak murid, mungkin salah satu dari mereka telah menyampaikan informasi itu." jawab pak Lurah.
"Silakan bapak periksa HP saya, jika memang ada bukti bahwa saya telah mendapatkan informasi sebelumnya." ucap Dara memberikan sebuah usul.
"Data kalau untuk menghilangkan bukti, cukup dihapus semua riwayat baik pak pesan ataupun pangilan dari sang informan sehingga HP tidak bisa dijadikan sebagai barang bukti yang kuat." jawab pak RT lagi.
"Lalu sekarang apa yang sebenarnya kalian inginkan ?." tanya Dara yang sudah tidak bisaenhan emosi lagi.
"Kami sebagai aparat desa hanya bisa menyarankan agar Dara tidak melakukan hal terlarang lagi dan segera selesaikan semua Maslah baik yang di sekolah ataupun yang lainnya."
"Agar para warga tidak merasa terganggu dengan apa yang telah Dara lakukan." jawab pak Lurah sambil menyeruput kopinya.
"Apa maksud bapak ? danasalah apa yang harus saya selesaikan di sekolah ?." tanya Dara dengan bingung.
"Ini sudah malam, kami pamit dahulu dan maaf karena telah mengganggu waktu istirahat nenek dan juga Andi." ucap pak Lurah sambil berdiri lalu pergi di ikuti oleh perangkat Desa yang lainnya.
Tanpa menjawab pertanyaan Dara, mereka pergi begitu saja, seolah-olah Dara tidak layak untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments