Pak Lurah dan yang lainnya segera meninggalkan rumah Dara tanpa bisa membuktikan semua tuduhan terhadap Data.
"Sudah malam sebaiknya kita tidur, besok kota bicarakan hal ini lagi." ucap sang nenek.
"Baik nek." jawab Andi dan juga Dara dengan kompak.
Setelah itu mereka masuk ke kamar masing-masing. Sementara Dara hanya berbaring dan tidak bisa memejamkan matanya.
"Apa sebenarnya maksud ucapan pak Lurah tadi, apakah pihak Sekolah telah mengetahui bahwa aku sedang hamil ? dan aku tidak boleh menjadi Guru lagi karena hamil di luar Nikah ?."
"Jika demikian apa yang harus aku lakukan ? haruskah aku menggugurkan janin ini ? tapi pada siapa aku harus mengadu."
"Ayah, ibu maafkan Dara karena telah membuat kalian kecewa. Kak Andi dan juga nenek maafkan aku." batin Dara.
Tak terasa Dara terlelap dengan pertanyaan yang belum terjawab di iringi air mata yang masih senantiasa menetes.
Keesokan paginya, ketika Dara hendak bersiap-siap untuk pergi ke Sekolah, tiba-tiba saja ponselnya berdering. Itu adalah panggilan dari Kepala Sekolah.
"Selamat pagi pak." jawab Dara dengan sopan.
"Selamat pagi, begini Bu Dara untuk hari ini ibu tidak perlu datang ke Sekolah dulu, pekerjaan ibu biarkan di kerjakan oleh guru yang lainnya." ucap Kepala Sekolah.
"Oh begitu ya pak, kalau boleh Dara tau apa ya pak alasannya ?." tanya Dara.
"Nanti saja Bu, saya jelaskan di rumah karena rencananya saya akan berkunjung ke rumah ibu. Dan selamat pagi saya harus melanjutkan aktivitas seperti biasanya." jawab Kepala Sekolah.
"Baik pak, selamat pagi." jawab Dara meskipun panggilan tersebut telah diakhiri secara sepihak oleh Kepala Sekolah.
Dara termenung di depan meja riasnya. Ia tidak tau apa yang akan disampaikan oleh Kepala Sekolah dan apa alasannya sehingga Dara tidak boleh datang ke Sekolah.
"Apakah pihak Sekolah telah mengetahui kehamilan ini ? dan bagaimana reaksi keluarga ku jika mengetahui semua masalah ini."
"Ya Allah apa yang harus aku lakukan ? bagaimana aku harus menghadapi semua ini ? Kak Dirga apa sebenarnya kesalahan ku sehingga kakak tega memperlakukan aku seperti ini ?." batin Dara.
Pikirannya melayang membayangkan setiap kejadian yang ia alami bersama Dirga. Dari awal pertemuan hingga berakhir dengan perpisahan dengan tanda Cinta yang kini mulai tumbuh semakin besar di rahimnya.
"Dara, ayo kita berangkat hari semakin siang nanti kau bisa terlambat." ucap Andi sambil mengetuk pintu.
"Maaf kan hari ini Dara tidak masuk sekolah, nanti kepala Sekolah akan kemari." jawab Dara tanpa beranjak dari tempatnya.
"Dara bolehkah kakak masuk ?." tanya Andi dengan penuh harapan.
"Iya kak silakan." jawab Dara yang masih setia di posisinya.
Andi masuk kemudian ia duduk di ranjang Dara, sambil tersenyum menatap sepupunya yang ternyata sudah siap untuk berangkat ke Sekolah.
"Dara coba katakan apa yang membuatmu tidak mau datang ke Sekolah ? Jika karena kejadian semalam bukankah itu semua tidak terbukti."
"Kakak yakin pihak Sekolah tidak akan mempermasalahkan hal itu." ucap Andi dengan simpati.
"Dara juga tidak tau kak, baru saja Kepala Sekolah menghubungi Dara dan beliau mengatakan bahwa Dara tidak perlu datang lagi ke Sekolah." jawab Dara apa adanya.
"Apa alasannya ? Dan apakah beliau menjelaskan semuanya ?." tanya Andi.
Dara hanya menggelengkan kepalanya, karena memang demikian adanya. Bahkan ia sendiri tidak mengetahui apa yang terjadi sebenarnya.
"Ya sudahlah, jika Maslah semalam membuat pihak Sekolah menghentikan mu secara paksa. Kakak harap kau jangan berputus asa. Masih banyak hal yang bisa kau lakukan disini."
"Bahkan jika kau mau kakak akan mencarikan aktivitas yang lain agar kau tidak bosan. Kau tenang saja di luar sana masih banyak orang-orang yang memiliki pikiran yang lebih terbuka." ucap Andi mencoba memberikan semangat untuk saudaranya itu.
"Terimakasih kak, nanti rencananya Kepala Sekolah akan datang kemari. Saat itu Dara akan menanyakan apa alasannya sehingga kepala Sekolah memutuskan hal itu." ucap Data.
"Ya sudah kalau begitu, kakak berangkat dahulu mengantarkan nenek ke rumah paman karena ada acara." ucap Andi.
"Acara apa kak ?." tanya Dara.
"Kakak juga tidak tau, tadi pagi-pagi sekali paman menghubungi kakak agar mengantarkan nenek ke rumah paman karena ada acara."
"Kau tidak apa-apa kan jika kami tinggal sebentar ?." tanya Andi.
"Iya kak hati-hati dijalan dan titip salam buat paman." jawab Dara.
Kemudian Andi berlalu meninggalkan Dara. Setelah Andi berlalu Dara mengunci pintu kamarnya kemudian ia berganti pakaian karena ia telah mengenakan seragam untuk mengajar.
Dara memutuskan untuk melakukan aktivitas rumah yang biasanya ia lakukan di saat hari Minggu. Setelah lama beraktivitas akhirnya ada seseorang yang datang untuk mengetuk pintu.
Dara bergegas untuk segera membukakan pintu. Ternyata Kepala Sekolah yang datang seperti apa yang beliau sampaikan di pagi hari tadi.
Setelah berbasa-basi akhirnya Kepala Sekolah mengatakan tujuannya datang ke rumah Dara.
"Begini Bu Dara, saya datang ke sini atas permintaan dari Dewan Guru. Kabarnya semalam ada masalah yang menimpa Bu Dara."
"Jadi kami memutuskan untuk memberikan waktu agar ibu bisa menyelesaikan masalah yang ibu hadapi saat ini." jelas Kepala Sekolah.
"Maaf pak, untuk kejadian semalam tidak terbukti jika saya bersalah. Jadi apakah itu juga berpengaruh terhadap Sekolah ?." tanya Dara.
"Sebenarnya bukan hanya kejadian semalam Bu, Menurut informasi dari ibu Ayu yang merupakan sahabat karib ibu, saat ini ibu sedang mengandung dan kami belum pernah mendengar bahwa ibu telah menikah."
"Jadi kami minta segera selesaikan masalah ibu terlebih dahulu. Dan juga untuk masalah dana sekolah yang telah ibu pakai, kami berharap agar segera ibu kembalikan."
"Jika Dana sebanyak itu ibu belum bisa mengembalikan semuanya, kami bisa menunggu yang terpenting anak-anak bisa menyelesaikan ujian tanpa terkendala oleh biaya."
"Jadi kami minta agar ibu mengembalikan dana yang untuk anak-anak ujian dan studi tour terlebih dahulu."
"Dan untuk tugas ibu sebagai wali kelas dan yang lainnya akan di lakukan oleh ibu Ayu." jelas kepala Sekolah.
"Dana Sekolah ? dana apa yang saya pakai sehingga saya harus mengembalikan semuanya pak ? saya tidak merasa menggunakan dana Sekolah untuk keperluan saya pribadi pak." jawab Dara karena tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Kepala Sekolah.
"Untuk masalah itu, ibu bisa tanyakan langsung ke pada ibu Ayu. Tetapi untuk semua bukti penggunaan dana Sekolah yang ibu lakukan ini buktinya beserta rincian keseluruhannya."
"Ini saya bawa kemari agar ibu tidak perlu repot-repot datang ke Sekolah untuk menanyakan hal ini." jawab Kepala Sekolah sambil menyodorkan map berwarna biru kehadapan Dara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments