Menunggu Selama 2 Tahun

Grep ....

David segera memeluk tubuh Tere membuat wanita itu seketika merasa terkejut karena memang dia masih belum bisa mengingat wajah pemuda itu.

"Kamu siapa?" Tanya Tere mencoba untuk melepaskan diri.

"Kamu lupa sama saya?" David seketika mengurai pelukan lalu menatap wajah wanita itu dalam posisi yang sangat dekat.

Tere pun menatap wajah David dengan seksama mencoba mengingat wajah yang memang tidak terlihat asing baginya.

"Be-belalai gajah?" Celetuk Tere lalu seketika langsung menutup mulutnya sendiri.

"Hah? Be-belalai ga-jah?" David membulatkan bola matanya.

"Ma-maaf maksud saya, Dav. Bos David? Astaga ... Sedang apa anda di sini?" Tere dengan wajah yang cengengesan menatap wajah David dengan perasaan tidak percaya.

"Setelah sekian lama kita tidak bertemu, hanya itu yang kamu ingat tentang saya?"

"Hehehe ... Apa kabar, Dav?"

"Apa kamu tahu sudah selama dua tahun ini saya mencari kamu, hah? Kenapa kamu pergi begitu saja? Kenapa tidak pamitan dulu sama saya?"

Tere seketika mengerutkan keningnya merasa tidak mengerti.

"Saya senang sekali akhirnya bisa ketemu sama kamu, Tere." Ucap David kembali memeluk tubuh Tere membuat wanita itu seketika kembali mengurai pelukan.

"Tunggu, Dav. Kamu kenapa? Jangan berlebihan seperti ini. Malu dilihatin orang.''

"Tidak, biarkan saya memeluk kamu sebentar lagi. Saya rindu sekali sama kamu."

"Hah? Mak-sudnya?"

"Saya tidak akan menyembunyikan semuanya lagi, Tere. Saya akan bicara jujur sekarang kalau sebenarnya saya telah jatuh cinta sama kamu, sejak dua tahun yang lalu dan saya benar-benar merasa patah hati saat kamu ninggalin saya dulu."

Teresia semakin terkejut, dia bahkan membuka mulutnya lebar-lebar merasa tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.

"Tunggu, Dav. Aku benar-benar tidak mengerti dengan apa yang baru saja kamu katakan. Jatuh cinta? Sama aku?"

David menganggukkan kepalanya, lalu mulai mengurai pelukan, dia pun menatap lekat wajah wanita bernama Tersisa orang yang selama ini telah membuat hatinya merana.

"Hahahaha ... Mana mungkin kamu jatuh cinta sama aku. Nggak, aku tidak percaya.'' Ucap Tere kemudian sedikit mengurai jarak di antara mereka.

"Terserah kamu mau percaya atau tidak. Tapi, seperti itulah yang saya rasakan selama ini."

"Maaf, Dav. Saya harus kembali ke dalam, saya sedang melamar pekerjaan di perusahaan ini. Permisi ...'' Tere hendak pergi.

"Tunggu ...!" David menggenggam pergelangan tangan wanita itu dan seketika, Tere pun menghentikan langka kakinya.

"Aku sudah terlambat, bisa-bisa nanti aku di diskualifikasi sama mereka."

"Gak akan, saya terima kamu bekerja disini sekarang juga, tidak perlu di interview atau pun melamar pekerjaan segala.''

"Hah?"

"Kamu tidak tahu saya ini siapa?"

"David."

"Iya, nama saya memang David. Tapi, apa kamu tidak tahu kalau perusahaan yang baru saja diresmikan hari ini adalah perusahaan saya?"

"Hah? Serius? Perusahaan kamu buka cabang di sini?"

David menganggukkan kepalanya seraya tersenyum kecil.

"Waah ... Aku benar-benar tidak nyangka. Tapi tetap saja, kalau aku diterima begitu saja bisa timbul kecurigaan nanti. Gak adil namanya." Kekeuh Tere hendak kembali melanjutkan langkah kakinya.

Akan tetapi, pergelangan tangannya di genggaman kuat oleh pemuda itu membuatnya kembali menghentikan langkah kakinya kini.

"Kamu ikut saya sekarang, ada banyak yang ingin saya katakan sama kamu." Pinta David menarik pergelangan tangan Teresia.

''TERESIA ...'' Tiba-tiba saja terdengar suara Larisa berteriak memanggil namanya dan tentu saja David pun menghentikan langkah kakinya kini lalu menoleh dan menatap sumber suara.

"Kakak?" Tere seketika menghempaskan lingkaran tangan David kasar.

"Dia kakak kamu?"

David nampak menatap wajah Larisa dari ujung rambut hingga ujung kaki, dia sama sekali tidak percaya bahwa wanita itu adalah kakak dari wanita yang dicintainya karena wajah mereka terlihat sangat berbeda.

Larisa yang semula memasang wajah jutek seperti biasanya pun seketika memasang wajah ramah saat melihat wajah tampan seorang David.

"Eu ... Ada apa, kak? Apa sudah giliran aku di panggil?" Tanya Tere sedikit tersenyum.

"Kamu habis dari mana? Kakak khawatir karena kamu tiba-tiba saja di bawa keluar sama orang yang tidak di kenal tadi. Kamu baik-baik saja 'kan?" Tanya Larisa, jelas sekali bahwa dia hanya berpura-pura merasa khawatir.

"Eu ... Anu, Kak. Aku baik-baik saja ko."

"O iya, ini siapa?" Tanya Larisa menatap wajah David dari ujung kaki hingga ujung rambut dengan tersenyum ramah.

"Oh ... Kenali, dia David. Eu ... Maksud aku Pak Bos David." Ucap Tere memperkenalkan.

"Anda pemilik perusahaan ini? Itu berarti anda Presiden Direktur di sini? Waah ... Gak nyangka bisa berkenalan dengan anda. Kenalin, nama Larisa ... Kakaknya Tere.'' Ramah Larisa lengkap dengan senyuman manis semanis gula Jawa seraya mengulurkan tangannya.

"David," singkat David, padat dengan wajah datar sedatar jalan tol seraya menerima uluran tangannya.

"Ada banyak yang ingin saya katakan sama kamu, Tere. Ikut saya sebentar saja." Pinta David, tanpa basa-basi David menarik pergelangan tangan Teresia dan membawanya menjauh dari tempat itu dan tentu saja dia mengabaikan Larisa yang juga ada di sana.

"Darimana Tere mengenal Pak David? Kenapa mereka terlihat akrab sekali?" Gumam Larisa dengan perasaan kesal.

♥️♥️

Ceklek ....

Blug ....

David membuka pintu mobil dan segera menutupnya kembali setelah meminta Tere masuk ke dalamnya.

"Kita mau kemana?" Tanya Tere memasang wajah heran.

David tidak menjawab, dia berlari ke arah samping lalu masuk ke dalam mobil.

Ceklek ....

Blug ....

Dia pun duduk di kursi kemudi lalu mendekatkan tubuhnya untuk memasangkan sabuk pengaman di tubuh Tere. Wajah mereka pun seketika berada sangat dekat bahkan Tere harus memejamkan kedua matanya karena wajah tampan seorang David benar-benar menyilaukan, aroma tubuh pemuda itu pun menguar terasa menusuk hidung dan tercium begitu maskulin.

"Ki-ta mau ke-mana?" Tere sesaat setelah pemuda itu duduk tegak di kursinya.

"Kemana saja, yang penting kita bisa ngobrol berdua.''

"Terus, interview aku gimana?"

"Astaga Teresia Anindya Putri, saya sudah bilang tadi. Saya terima kamu berkerja di sini tanpa perlu di interview segala. Masa harus saya ulangi lagi si."

"Tapi--"

"Sttt ... Jangan bicara apapun lagi, hari ini kamu milik saya. Saya sudah menunggu hari ini selama dua tahun lamanya.'' Sela David meletakan satu jarinya di bibir Tere membuatnya seketika menghentikan ucapannya juga membulatkan bola matanya kini.

"Hah? Sejak kapan aku jadi milik kamu, Dav?''

David yang semula hendak menyalakan mesin mobil pun seketika mengurungkan niatnya. Dia menoleh dan menatap lekat wajah Teresia dengan tatapan sayu penuh kasih sayang.

Perlahan, pemuda yang tahun ini menginjak usia 31 tahun itu pun meraih pergelangan tangan Tere lalu menggenggam jemari-nya erat.

"Dengerin saya. Saya tidak akan bersikap jaim lagi sama kamu, kurang jelaskah apa yang saya katakan tadi? Saya mencintai kamu Teresis Anindya Putri, sangat ... Sangat-sangat mencintai kamu. Kamu adalah satu-satunya wanita yang saya inginkan saat ini."

Tere seketika tertegun menatap wajah David dengan tatapan tidak percaya.

♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️

Terpopuler

Comments

༄༅⃟𝐐ahNyaak moon.༐༐༅⃟𝓮𝓵

༄༅⃟𝐐ahNyaak moon.༐༐༅⃟𝓮𝓵

percayalah tere, akun saksinya.. 😁✌✌

2022-12-11

1

༄༅⃟𝐐ahNyaak moon.༐༐༅⃟𝓮𝓵

༄༅⃟𝐐ahNyaak moon.༐༐༅⃟𝓮𝓵

dilarang kepoh.. 😏😏

2022-12-11

1

Mona Lisaa

Mona Lisaa

lanjuuut thooor

2022-12-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!