Bukan Cerita Cinderella
''Hati-hati ya adik-adikku sayang,'' ucap David tersenyum menatap kedua adik kembarnya Bulan dan Bintang sesaat setelah mobil miliknya sampai di depan gerbang Sekolah Menengah Atas mengantarkan sang adik seperti biasanya.
Hal itu selalu dia lakukan meskipun tahun ini merupakan tahun terakhir sang adik duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Tentu saja, adik kembarnya itu sudah benar-benar merasa jengah di perlakukan seperti anak kecil oleh sang kakak.
''Pulangnya tidak usah di jemput ya, kak.'' Pinta si cantik Bulan seraya membuka pintu mobil.
Ceklek ....
Pintu mobil pun di buka, Bulan masih duduk di kursi jok belum juga beranjak, hal yang sama pun di lakukan oleh Bintang yang duduk di kursi belakang.
"Eit, tidak bisa. Kalian akan tetap Kaka jemput seperti biasa."
"Ikh ... Kakak ini, kami ada kerja kelompok, kak. Masa Kakak mau ikut kami kerja kelompok si?" Protes Bintang tidak terima.
''Ya udah tinggal bilang saja pulangnya jam berapa?''
''Kali ini aja, kak. Kami mohon, kami janji ko gak akan macam-macam.''
David terdiam sejenak seolah sedang berfikir.
"Hmm ... Gimana ya? Tapi, kalian yakin tidak bohongi Kakak 'kan?" Selidik David menatap wajah si kembar secara bergantian.
Keduanya pun nampak kembali saling menatap satu sama lain dengan wajah yang cengengesan.
"Hahaha ... Mana mungkin kami berani bohong sama kakak yang posesif-nya melebihi seorang suami kepada istrinya ini?" Celetuk Bulan dan langsung di respon dengan anggukan oleh Bintang yang juga dengan wajah cengengesan terlihat mencurigakan sebenarnya.
"Ya udah kakak percaya, tapi ingat kalau kalian ketahuan berbohong, kakak bakalan kurangi jatah uang bulanan kalian plus, kalian bakalan gagal dapat mobil baru setelah lulus sekolah nanti, mengerti?" Tegas David penuh penekanan.
"Siap, kakakku tersayang. Kami sekolah dulu ya. Kakak hati-hati di jalan, kami doakan pulang dari sini kakak ketemu sama Cinderella cantik dengan sepatu kaca dan kalian segera menikah.'' Celetuk Bintang lagi dengan wajah sumringah.
"Dih ... Dasar, mana ada Cinderella pagi-pagi begini,'' protes David.
"Babay kakak posesif, kami doakan semoga kakak cepat ketemu jodoh.''
David hanya tersenyum menanggapi lalu mulai menyalakan mobil, setelah itu dia pun benar-benar meninggal area Sekolah Menengah Atas dimana adik kembar kesayangannya itu menuntut ilmu.
Mobil Pun melaju kencang di jalanan. Sampai akhirnya, alam bawah sadar David mengalahkan kesadarannya untuk menjadi contoh yang baik di perusahaannya hingga tanpa sadar Ia jatuh pada kenangan lama, ruang dan waktu yang pernah menjadi penghangat dalam hatinya, tempat tinggal Tere.
Ya, David tidak berhenti di kantornya.
Ckiiit ....
"Astaga, kenapa aku bisa berhenti di sini?" David mengusap wajahnya kasar seraya menatap sekeliling, kemudian tatapan matanya tertuju pada sebuah rumah kecil dan sederhana masih dengan warna cat yang sama seperti dua tahun yang lalu, saat terakhir kali dia dengan bertemu dengan wanita bernama Teresia Anindya Putri yang saat ini tidak dia ketahui keberadaannya.
Ya ....
Wanita pujaan hatinya itu tiba-tiba saja menghilang tanpa kabar, bahkan tanpa jejak sedikitpun layaknya seorang Cinderella yang meninggalkan pangerannya dan tidak pernah kembali. David bahkan belum sempat membayar hutangnya sebesar 50.000 yang dia pinjam dua tahun yang lalu.
Flash back 2 tahun yang lalu.
David duduk di kursi kebesarannya di dalam kantor baru saja selesai memeriksa fail penting di dalam laptop miliknya. Dia pun memejamkan mata seraya mengusap wajahnya kasar.
"Akhirnya selesai juga ..." Gumamnya bernapas lega.
David pun menatap telepon yang bertengger di atas meja kerja lalu menelpon sekertaris-nya.
📞 "Panggil OB yang bernama Teresia sekalian suruh dia bawa segala jus dingin.'' Pinda David singkat langsung kembali meletakan telpon itu di tempatnya semula.
"O iya, saya juga harus bayar hutang sama si Tere itu. Hmm ... Apa iya saya harus benar-benar bayar uang 50.000? Apa saya tambahin aja 10x lipat seperti yang saya janjikan sama dia? Akh ... Tapi, saya rasa dia gak bakalan mau nerima uang sebanyak itu?" Gumam David berbicara sendiri seraya berfikir panjang.
Kring ... Kring ... Kring ....
Telpon di mejanya pun seketika berdering, dan sontak David segera mengangkat telepon tersebut.
📞''Ada apa lagi?'' Singkat David dengan suara malas.
📞 "Maaf, Pak bos. OB bernama Teresia tidak masuk kantor hari ini,'' ucap sang sekretaris membuat david seketika merasa terkejut.
📞 ''Kamu yakin?''
📞 "Yakin sekali, Pak Bos."
📞 "Sudah kamu periksa ke belakang?"
📞 "Hah, apa saya juga harus memeriksa ke sana?"
📞 "Tentu saja, saya minta kamu datangi kantor OB sekarang juga."
David terlihat kesal lalu segera menutup telpon.
"Ya Tuhan, baru juga sehari bekerja masa sudah bolos? Dasar Teresia." Gumamnya tersenyum kecil.
Dia pun meraih dompet dari saku jas hitam yang dikenakannya lalu meraih uang satu lembar 50.000 yang akan dia bayarkan kepada wanita itu.
"50.000? Uang receh ini sangat berharga buat dia? Bagi saya, uang segini tidak ada apa-apanya." Gumamnya lagi menatap selembar uang tersebut.
Tok ... Tok ... Tok ....
Ceklek ....
Pintu pun di ketuk dan sekertaris-nya masuk ke dalam ruangan.
"Dia benar-benar gak masuk Pak Bos. Katanya si sudah mengundurkan diri."
"Hah? Kamu yakin?"
"Seperti itulah yang saya dengar dari salah satu rekan kerjanya."
David seketika berdiri lalu berjalan keluar dari dalam kantor dengan tergesa-gesa.
"Pak Bos mau kemana? Kita ada meeting sebentar lagi dengan Klien penting."
"Batalkan saja." Singkatnya lalu benar-benar keluar dari dalam ruangan meninggalkan sekertaris-nya itu yang saat ini hanya bisa diam mematung merasakan sesuatu yang aneh dengan sikap Pak bosnya tersebut.
"Ada apa dengan dia? Tidak mungkin kalau David benar-benar jatuh cinta sama OB itu 'kan?" Ucapkan pelan merasa heran.
♥️♥️
Tok ... Tok ... Tok ....
"TERESIA ... BUKA PINTUNYA, INI SAYA DAVID?" David mengetuk pintu secara berkali-kali.
Rumah yang dihuni oleh Tere pun terlihat sepi bahkan tirai gorden di dalamnya pun di tutup rapat, layaknya rumah yang tidak berpenghuni.
Tok ... Tok ... Tok ....
"TERESIA ANINDYA PUTRI ..."
David tidak menyerah dan terus mengetuk dengan sedikit bertenaga sehingga menimbulkan kegaduhan.
"KAMU ...?"
Tiba-tiba saja terdengar suara seorang wanita paruh baya berjalan menghampiri menatap David dari ujung kaki hingga ujung rambut dengan perasaan tidak percaya.
"Mbak, saya mau ketemu sama Tere? Dia masih tinggal di sini 'kan?" Tanya David menatap ibu pemilik rumah.
"Kamu yang kemarin ngaku-ngaku sebagai calon suaminya Tere 'kan?"
"Dia dimana sekarang? Kenapa rumahnya kosong?" David terlihat khawatir.
"Apa kamu tidak tahu kalau dia pulang kampung?"
"Hah?"
"Dih katanya calon suami, tapi masa tidak tahu calon istrinya pergi kemana?"
"Apa Mbak tahu dimana kampung halamannya itu?"
"Tidak, saya sama sekali tidak tahu."
"Astaga, Tere. Kenapa kamu pergi tidak bilang dulu sama saya." Gumamnya pelan mengusap wajahnya kasar terlihat sangat kecewa.
♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️
Hai Reader kesayangan, terima kasih masih setia baca novel receh Othor. Sesuai dengan keinginan kalian semua, Othor hadirkan season 2 dari "Hasrat Tuan Kesepian," ya.
O iya, mampir juga di novel kawan Othor ya. Jangan lupa mampir dan tinggalkan jejak kalian.
Love sekebon buat kalian semua♥️♥️♥️♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Aditya HP/bunda lia
ketinggalan aku ternyata udah 13 bab sibuk dulu di dunia nyata kejar setoran 🙈🙈
2022-12-09
1
ria sufi
di nanti
2022-12-02
1