Puncak acara pesta rakyat itu di tutup dengan tarian pemuda pemudi. Putranya pak kades yang sedari tadi memperhatikan Kiran, mengajak gadis itu untuk menari dengannya.
Kiran yang hendak bangkit, segera di tahan tangannya oleh Kenan.
"Dia bersamaku. Kami mau menari bersama."
Ujar Kenan tanpa menatap wajah Kiran yang terlihat bingung.
"Oh maaf!"
Putra pak kades beralih mencari gadis lain yang bisa di ajak untuk menari bersama dengannya. Alfin mendekati Julia yang sedang menanti ajakan Kenan.
"Julia!"
"Iya!"
"Mau menari bersamaku?" Tanya Alfin yang menganggap Julia adalah gadis yang paling cantik setelah Kiran.
Julia adalah putri kepala kantor pertanian di desa itu.
"Tapi aku sudah janjian dengan Kenan."
Ucap Julia bohong.
"Tapi dia sudah bersama dengan gadis kota itu."
"Sialan! Wanita itu lagi." Umpat Julia geram.
Kenan sendiri tidak benar-benar mengajak Kiran menari. Ia malah mengajak Kiran meninggalkan pesta itu.
"Apakah kamu mau aku ajak ke suatu tempat, nona Kiran?"
Tanya Kenan saat semua orang sibuk cari pasangan mereka untuk menari bersama, yang akan di irian musik tradisional setempat yang di meriahkan oleh muda-mudi itu.
"Emang kita mau ke mana, tuan?"
Tanya Kiran agak sedikit segan.
"Ikutlah denganku! Aku akan menunjukkan sesuatu yang pasti kamu suka." Ujar Kenan.
"Tapi aku harus minta ijin dulu sama bibi Ina."
"Kamu bisa mengirim pesan pada nya melalui ponsel. Bukankah itu lebih mudah."
"Iya, tapi saya sudah dititipkan oleh ayah pada bibi Ina agar menjaga saya selama di sini."
"Kamu ini sudah dewasa Kiran, kenapa kamu terlihat masih seperti gadis manja seperti itu?"
Kiran masih mempertimbangkan ajakan Kenan. Kenan tidak ingin memaksa lagi gadis itu karena takut Kiran makin menolak ajakannya. Kenan membiarkan Kiran memutuskan sendiri apa yang menjadi terbaik untuknya.
"Baiklah. Aku akan ikut denganmu. Yao kamu tidak akan berbuat macam-macam dengan aku kan?"
Tanya Kiran untuk memegang perkataan Kenan berupa janji yang harus di ucapkan Kenan sebagai jaminannya.
"Percayalah! Aku tidak akan memakan mu, Kiran. Tapi kalau kamu tidak mau tidak masalah yang penting kamu harus yakin tentang aku terlebih dahulu sebelum kita pergi."
"Ayo kita pergi!"
Ajak Kiran membuat Kenan begitu bahagia.. Keduanya langsung cabut dari tempat itu menuju tempat parkir motornya Kenan.
Keduanya menggunakan sepeda motor milik Kenan. Kiran yang terlihat jaga jarak tidak ingin memeluk Kenan.
Pria tampan ini sengaja ngerem mendadak membuat tubuh Kiran membentur punggungnya dan Kenan menarik tangan Kiran untuk memeluk pinggangnya.
Keduanya terkekeh dan Kiran merangkul tubuh kekar Kenan sambil menyandarkan kepalanya di punggung Kenan.
Rasa bahagia yang dirasakan oleh Kenan malam itu bisa membawa wanita yang sudah ia incar sejak pertama kali melihat Kiran di perkebunan anggur milik keluarga Kiran.
Kenan membawa Kiran ke kebun kaca miliknya yang sangat jauh dari desa mereka. Ketika memasuki perkebunan yang memiliki pencahayaan yang sangat indah, Kiran begitu takjub melihat buah-buahan segar yang menggelantung di setiap pohon yang belum di petik oleh pemiliknya.
Di sebelah perkebunan itu ada hulu sungai yang membentuk air terjun buatan kecil yang berasal dari mata air pegunungan.
Kiran menikmati pemandangan indah itu di mana kebun buah dan bunga di tata rapi untuk memanjakan mata bagi pengunjung di kebun buah-buahan itu.
Kiran berdiri masih setia memandangi air terjun buatan, yang aliran airnya yang berasal dari sumber mata air pegunungan.
Di sepanjang sungai kecil itu di hiasi lampu warna warni. Kenan merengkuh pinggang Kiran dari balik punggungnya dan meletakkan dagunya di pundak sang gadis, membuat Kiran tersentak.
"Aku sangat merindukanmu Kiran!"
"Bagaimana kamu bisa mengatakan rindu, sementara kita berdua belum berkenalan secara resmi."
Kiran membalikkan tubuhnya menghadap Kenan.
"Baiklah. Mari kita berkenalan secara formal. Boleh aku tahu siapa namamu nona?"
Tanya Kenan terlihat serius.
"Kirani Kamaniya."
"Kenan Alexa Ghifari."
Keduanya terkekeh saat menyebutkan nama mereka masing-masing.
"Kiran! Maukah kamu menikah denganku?"
Kenan mengeluarkan kotak cincin yang sudah ia bawa di dalam mantelnya.
"What...?"
Sentak Kiran yang tidak menyangka Kenan mengajaknya ke perkebunan untuk melamarnya.
"Tunggu sebentar!"
Kiran menarik nafasnya yang terasa sesak dan mengendalikan jantungnya yang langsung berdegup kencang.
"Bisa kamu jelaskan niatmu ini padaku?"
"Aku tidak main-main Kiran. Aku sengaja melamarmu, lebih tepatnya mengikatmu agar aku merasa kamu hanya milikku."
"Tapi, ini terlalu cepat Kenan. Aku saja belum mengenalmu dengan baik. Dan kita baru saja bertemu lagi dan berkenalan secara resmi, bagaimana mungkin kamu langsung melamar ku secepat ini?"
Kiran merasa sungkan karena ia merasa keinginan Kenan terlalu berlebihan untuk menguasai dirinya.
"Apakah aku salah memintamu secepat ini?"
Kenan memasukkan lagi kotak cincin yang sudah ia siapkan untuk menyematkan ke jari Kiran.
"Baiklah, kalau kamu belum siap, kita bisa pacaran saja dulu." Ucap Kenan yang tidak ingin memaksakan kehendaknya pada Kiran.
Kenan mengajak ke taman lain di mana sudah ada sebuah gazebo yang begitu indah di mana sudah ada makan malam untuk mereka dengan tiga orang pelayan yaitu anak buahnya sendiri.
"Silahkan duduk nona!"
Ucap Izzat seraya membuka penutup saji dari bahan stainless itu.
Ketiganya keluar dari gazebo setelah menyiapkan makan malam untuk pasangan ini.
"Kenapa kita harus makan sendiri? Ajaklah mereka untuk makan malam bersama kita."
Pinta Kiran.
"Aku hanya ingin makan malam bersamamu dan lain kali, kita baru ajak mereka makan bersama dengan kita. Sekarang makanlah Kiran. Aku sudah menyiapkan ini semua sebelumnya agar bisa berdua denganmu." Ujar Kenan.
"Kamu banyak sekali dengan kejutan Kenan. Aku sampai bingung menelaah semua ini."
Kiran merasa Kenan terlalu berlebihan dalam menyampaikan perasaan sukanya sementara dirinya sendiri tidak siap dengan keadaan ini.
Kenan merasa sangat kecewa dengan sikap Kiran yang dianggapnya sangat menyukai kejutan darinya, justru gadis ini jadi terlihat sangat sungkan dengannya.
"Kiran! Aku minta maaf apa yang baru saja terjadi. Aku tidak begitu pintar melakukan pendekatan dengan seorang wanita, apa lagi harus memiliki kata-kata mesra agar terkesan romantis."
Ucap Kenan dengan wajah sendu.
"Tolong jangan salah paham Kenan! Aku tahu kamu orangnya tipikal cowok yang apa adanya. Tidak ingin terlihat banyak basa-basi atau berurusan dengan hal yang rumit.
Kamu menyampaikan apa yang kamu pikirkan yang menurutmu baik untukmu dan perasaan itu yang ingin kamu dapatkan dariku. Bukankah begitu?"
"Hmm!"
"Kenapa kamu begitu menggebu-gebu ingin melamar ku secepatnya, tanpa memikirkan perasaanku, apakah aku mau atau tidak menerima pinangan darimu?"
"Mungkin kamu merasa ini aneh, Kiran. Tapi, buatku jika melakukan hal yang baik lebih cepat membawa suatu kebaikan, kenapa harus di tunda untuk menunggu hal yang buruk terjadi?" Ucap Kenan.
"Menunggu hal yang buruk terjadi, maksud kamu apa Kenan?"
"Ini bukan kota besar di mana semua orang tidak peduli dengan moral seseorang yang terlihat menyimpang dari norma agama.
Jika dua orang lawan jenis selalu melakukan pertemuan saat mereka ingin bersama, akan terjadi fitnah yang merugikan nama baik kamu sendiri.
Itulah sebabnya aku hanya ingin menyelamatkan nama baikmu dengan melamarmu menjadi milikku."
Sahut Kenan.
"Aku ini hanya pemilik hati, bukan pemilik tubuh. Diriku adalah milik ayahku, kenapa tidak melamar aku kepadanya?"
Deggggg..
"Saya rasa itu jauh lebih terhormat dari pada yang kamu lakukan tadi, tidak membawa manfaat apapun bagiku karena yang akan menikahkan aku denganmu adalah ayahku." Lanjut Kiran.
"Baiklah. Kalau kamu maunya seperti itu. Aku akan mengajak orangtuaku untuk melamarmu." Ujar Kenan.
"Baiklah. Aku rasa cukup pertemuan kita ini Kenan, sebaiknya aku pulang."
"Kiran!"
"Hmm!"
"Setidaknya pakailah cincin ini agar hatiku yakin kamu memilihku untuk menjadi suamimu kelak." Pinta Kenan penuh harap.
"Tidak Kenan! Aku mohon jangan memaksaku. Beri aku waktu untuk memikirkan lagi perasaanku kepadamu."
Kiran tetap menolak permintaan Kenan.
"Baiklah. Aku minta maaf kalau aku terlalu memaksamu. Terimakasih sudah mau di ajak ke sini olehku.
Dan maaf sudah membuat kamu kurang nyaman dengan sikapku yang terlalu berlebihan."
Keduanya kembali ke motor yang sedang terparkir di depan taman. Kenan menautkan tangannya ke tangan Kiran yang terlihat malu-malu padanya.
Kenan mengantar pulang lagi Kiran langsung ke rumahnya. Sepanjang perjalanan, keduanya terlihat diam dan tenggelam dengan pikiran mereka masing-masing.
Tidak seperti tadi saat keduanya terlihat bahagia bisa bersama, kali ini Kiran terlihat tidak respect kepada Kenan membuat Kenan menjadi salah paham pada perasaan Kiran yang tidak lagi menyukainya.
Langit tiba-tiba tidak mendukung kemesraan mereka, gerimis halus mulai menyapa keduanya yang sedang melaju di jalan raya menyusuri tiap tapak jalanan desa yang terkadang tidak begitu mulus untuk di lalui motor.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments