3. Pria Siluman

Kenan menggendong Kiran sampai ke tempat yang sudah mulai terlihat orang yang sedang berlalu lalang di jalanan. Pria tampan ini menurunkan tubuh Kiran agar gadis ini berjalan sendiri.

"Jangan menurunkan aku di sini! Aku masih takut."

"Tapi di sini sudah aman."

"Aman apanya. Rumah warga jaraknya saling berjauhan satu sama lain dan itu membuat aku masih takut.

Tolong gendong aku lagi!"

Rengek Kiran.

"Ok. Tapi nanti kalau sudah ramai kamu turun ya!"

"Hmm!"

"Kenapa kamu sangat nekat mau mengantar orang, tapi kamu sendiri tidak tahu jalan yang akan kamu lewati?"

"Aku pikir tadi itu dekat jalannya dari arah rumahku, ternyata sangat jauh dan berbelit-belit tempat tinggalnya ustazah." Ujar Kiran penuh penyesalan.

"Emang kamu tadi nggak hafal jalannya saat kamu antar ummi Keysa pulang?"

"Tidak! Aku sudah lupa karena ini malam. Lagian tadi aku keasyikan ngobrol jadi tidak sadar kalau aku harus menghafal setiap belokannya.

Rumah di sini terlihat hampir sama bangunannya, jadi tidak bisa dijadikan patokan untuk menandainya."

Ucap Kiran yang merasa sial malam ini.

Kenan membenarkan posisi tangannya agar lebih erat menggendong tubuh Kiran agar tidak mudah melorot.

Wangi parfum aroma bunga pada gadis ini membuat Kenan sangat nyaman menghirupnya.

Ditambah wajah mereka yang berhadapan dibawah cahaya bulan membuat keduanya saling menatap kagum wajah mereka masing-masing.

Debaran jantung keduanya seakan berpacu dengan waktu tapi tak beraturan seperti biasanya.

Entah mengapa Kiran sangat bersyukur bertemu lagi dengan pria tampan ini yang sudah menyita perhatiannya untuk memikirkan wajah tampan Kenan.

Begitu pula dengan Kenan yang tidak bisa tidur belakangan ini karena wajah cantik Kiran yang sudah menghipnotis jiwanya .

"Apakah rumah kamu dekat dari sini?"

Tanya Kiran untuk memecahkan kesunyian diantara mereka.

"Apakah kamu ingin menginap?"

Goda Kenan membuat wajah Kiran terlihat seperti tomat merah.

"Cih! Kau selalu saja menggoda imanku. Apakah kamu selalu menggoda gadis desa?"

"Mereka tidak secantik dan seceroboh kamu. Sementara aku senang gadis yang tipikalnya seperti kamu. Itu sangat membuat aku tertantang."

Ucap Kenan apa adanya.

"Ternyata kamu tipikal perayu wanita yang sangat handal. Kamu memanfaatkan ketampananmu untuk menggodaku." Ujar Kiran.

Kenan melihat di sekitarnya sudah mulai aman dan banyak orang dari kejauhan. Ia segera menurunkan Kiran yang juga merasa nyaman untuk berjalan sendiri.

"Sekarang sudah aman. Sudah ada orang di sekitarmu jadi kamu bisa pulang sendiri ke rumahmu." Ujar Kenan.

"Tapi aku tidak tahu jalan pulang. Tolonglah, apa kamu bisa mengantarkan aku pulang hingga tiba di rumah?"

"Kamu hanya tinggal berjalan lurus saja. Nanti ada dua blok gang yang harus kamu lewati baru kamu bisa menemukan rumahmu."

Ujar Kenan seraya mengarahkan tangannya ke arah Jalan yang akan di lewati Kiran.

"Tapi aku mau di antarkan sama kamu."

Pinta Kiran yang masih belum berani jalan sendiri.

" Baiklah. Aku akan mengantarmu tapi tidak sampai rumah."

Kiran mengangguk setuju. Ia segera berjalan duluan sambil di awasi Kenan untuk menghindari fitnah orang-orang kampung.

Kiran yang baru saja berjalan menuju rumahnya di cegah oleh tiga orang pemuda yang sedang menggodanya.

"Hai non!"

Sapa ketiga pemuda itu namun tidak di gubris oleh Kiran. Kenan yang mengawasi Kiran dari jauh menunggu reaksi dari Kiran, jika gadis ini berteriak, ia akan menolongnya.

"Apakah Abang boleh anterin, non?"

Seorang pemuda mencoba memegang bahu Kiran namun langsung ditepis oleh Kiran.

"Hai, jaga sikap anda!"

Bentak Kiran begitu berani karena tidak ingin dilecehkan.

"Wah! Kalau dia marah makin tambah cantik saja non."

Ujar pemuda yang lainnya yang menghalangi jalannya Kiran.

"Ehm.. ehmm!"

Tegur Kenan sambil berdehem.

Tiga pemuda itu langsung tersentak melihat tampang dingin dengan pandangan membunuh menatap mereka dengan wajah kelam.

"Bang kami minta maaf!"

Tiga pemuda itu langsung kabur karena tidak mau berurusan dengan Kenan yang memiliki aura seperti tampang pembunuh.

"Apakah kamu tidak ingin pulang?" Kenan sedikit menekan suaranya pada Kiran.

"Baik!"

Kiran juga ikut takut melihat perubahan wajah Kenan yang sudah tidak selembut tadi.

Ia berjalan cepat dengan pertanyaan di pikirannya.

"Siapa pria itu? mengapa orang pada takut saat melihat wajahnya? Apakah dia seorang siluman?"

Kiran makin merinding dan memutuskan secepatnya untuk kembali ke rumahnya.

"Nona Kiran!"

Panggil bibi Ina yang menunggu Kiran yang sejak tadi tidak kunjung pulang. Perempuan paruh baya itu menghampirinya.

"Iya bibi!"

"Dari mana saja, kenapa baru pulang?"

"Itu tadi Kiran nyasar malah jalan ke arah pemakaman. Beruntunglah ada pria itu yang ...? Kiran hendak menunjukkan ke arah Kenan, tapi tiba-tiba saja pria itu sudah menghilang.

"Pria siapa non?"

Tanya bibi Ina yang tidak melihat siapapun di jalan itu.

"Ke mana orang itu pergi?" Tanya Kiran lirih.

"Baiklah. Ayo cepat pulang. Di sini kalau malam selepas sholat isya sudah sepi."

"Kenapa pria itu seperti siluman? Ia selalu menghilang tiap kali kalau aku sudah bertemu dengan bibi Ina. Oh iya, ini mantelnya, kenapa aku sampai lupa mengembalikannya."

Gumam Kiran ketika sudah berada di rumahnya.

"Bibi Ina! Apakah desa ini sangat angker?"

"Ah, siapa bilang angker? Biasa saja non. Hanya saja kalau malam itu memang suka sepi kecuali saat masuk musim panen.

Malamnya selalu ada pesta rakyat sebagai luapan kegembiraan mereka atas keberhasilan bisa mendapatkan hasil yang memuaskan dari kerja keras mereka." Jelas bibi Ina.

Tapi jawaban bibi Ina tidak memuaskan Kiran. Masalahnya ia sangat penasaran dengan pria yang sudah dua kali ia bertemu, namun ia belum sempat menanyakan nama pria tampan yang sudah dua kali ia temui.

Kiran bersandar ditempat tidurnya sambil membayangkan wajah tampan Kenan yang sangat membuatnya penasaran.

"Siapa kamu? Mengapa sulit sekali bagiku untuk mengetahui dirimu. Kapan aku bisa bertemu denganmu kamu lagi?"

Kiran berusaha memejamkan matanya dan mengusir rasa takutnya dengan membaca doa apa saja agar hatinya merasakan ketenangan.

Doa itupun manjur untuknya. Ia segera terbang ke alam mimpi untuk bertemu dengan pria Siluman yang membuatnya ingin kepo tentang pria misterius itu.

...----------------...

Semenjak kejadian malam yang mengerikan itu, Kiran tidak berani lagi keluar rumah malam-malam sendirian lagi. Ia membiarkan ustazah Keysa diantar pulang oleh pelayannya usai mengajarnya mengaji.

Satu Minggu berada di dalam rumah dengan menyibukkan dirinya memasak apa saja sesuai dengan dengan petunjuk buku resep dengan tidak lupa membuat vlog.

Kenan mulai merasakan kerinduan pada Kiran yang tidak lagi ia temui.

"Apakah gadis itu sedang sakit? Kenapa dia tidak pernah lagi keluar rumah? Biasanya mereka makan siang di gazebo tapi ini tidak terlihat sama sekali."

Gumam Kenan lirih.

"Tuan! Apakah kita akan mengadakan pesta panen Minggu depan?"

"Nanti saja kita pikirkan lagi." Ucap Kenan pada tiga orang anak buahnya.

"Tapi warga menunggu keputusan Tuan."

"Aku akan memberikan jawabannya kepada mereka secepatnya. Tapi, sebelumnya aku ingin kalian melakukan sesuatu untukku.

Apakah kalian tahu salah satu rumah besar yang ada di desa ini?"

"Oh maksud tuan, rumah punya tuan Herland, pengusaha Jakarta itu?"

"Iya!"

"Ada apa dengan rumah itu tuan? bukankah rumah itu kosong?"

"Rumah itu sudah ada penghuninya. Aku ingin kalian ke rumah itu untuk mengantar kayu bakar."

"Apa hanya itu?"

"Tidak... ! Di dalam rumah itu di huni oleh dua orang wanita dan salah satunya adalah seorang gadis dan namanya Kiran.

Aku ingin kalian menyelidikinya dan antarkan buah anggur ini untuknya."

"Menyelidiki apanya tuan?"

"Apakah saat ini dia sedang sakit? sudah berapa hari ini aku tidak melihatnya. Bahkan tidak bisa melihatnya."

"Oh, jadi tuan kita lagi kasmaran?"

Cibir Agam sambil menatap wajah ketiga temannya yang ikut nyengir.

"Apakah kalian bisa diam, hah?"

"E..iya tuan, maaf!"

Ketiganya buru-buru pergi melakukan permintaan bos mereka.

Agam, Izzat dan Hendra mengantar kayu bakar ke rumah Kiran dengan membawa serta sekeranjang anggur.

Pelayan rumah Kiran merasa heran dengan kedatangan ketiga pemuda itu sambil menjinjing kayu di pundak mereka.

"Maaf mbak, kami di minta sama nona Kiran, untuk mengantar kayu bakar ke rumah ini." Ujar Izzat.

"Nona Kiran yang minta? sejak kapan kalian bertemu dengan nona kami?"

"Maksud kami, nona muda anda yang meminta bos kami untuk mengantar kayu bakar ke rumah ini." Timpal Agam.

"Tunggu sebentar! Biar saya tanyakan nona muda dulu. Oh itu nona muda kebetulan banget ada."

Pelayan Efi menghampiri Kiran.

"Non Kiran!"

Kiran membalikkan tubuhnya.

"Ada apa bibi...?"

"Itu non.. ada orang yang ngantar kayu bakar atas permintaan nona Kiran." Ujar Efi cemas.

"Aku...? pesan kayu bakar? apakah mereka masih di sini..?"

"Iya nona..!"

Kiran berjalan menghampiri anak buahnya Kenan dengan sangat anggun. Wajah cantik itu terlihat segar tanpa polesan makeup menatap ketiga anak buahnya Kenan.

"Wah.. cantiknya! Apakah aku sedang bermimpi?"

Izzat menelan salivanya dengan gugup sambil memperhatikan Kiran dari ujung kaki sampai ujung rambut.

Begitu juga dengan Agam dan Hendra yang tidak bisa menepikan perasaan mereka begitu saja melihat sosok Kiran seperti boneka dari India.

"Ada apa ini? Siapa kalian? dan kapan saya memesan kayu bakar?"

"Maaf nona Kiran! Kami di suruh oleh tuan Kenan untuk mengantar kayu bakar ini dan dia sangat mencemaskan anda nona

" Ujar Agam lebih tegas.

"Tuan kalian..? Kenan..? Aku bahkan baru mendengar namanya."

"Kata tuan kami anda pernah bertemu dengannya di kebun anggur."

Deggggg...

"Dia..?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!