2. Ceroboh!

Kiran yang merasa semut yang sudah masuk ke dalam bajunya, membuatnya menggaruk tubuhnya seperti cacing kepanasan.

"Aduh! Kenapa tubuhku seakan penuh dengan semut?" Gumam Kiran hendak membuka bajunya namun diurungkan niatnya karena masih ada pria tampan di depannya.

Kiran menatap wajah tampan itu dengan wajah memerah menahan gatal pada tubuhnya karena gigitan semut yang menggerayangi tubuhnya.

"Apakah kamu bisa berbalik?"

Tanya Kiran yang sudah tidak tahan lagi ingin membuka bajunya saat ini.

"Kamu mau apa?"Pria tampan

yang bernama Kenan ini pura-pura bertanya untuk membuat Kiran makin kesal dengan dirinya.

"Dasar bodoh! Tentu saja aku ingin membuka bajuku, apakah kamu sengaja ingin melihat tubuhku, hah!"

Bentak Kiran dengan manik hitam itu melebar tajam menatap wajah Kenan.

"Apakah kamu tidak malu buka baju di alam terbuka seperti ini?"

Tanya Kenan yang terlihat heran dengan kenekatan Kiran.

"Dari pada tubuhku digigit semut, setidaknya aku tidak perlu memikirkan malu." Protes Kiran.

Rasanya Kenan ingin ngakak saat itu juga namun ia tidak mau memberikan kesan buruk pada gadis kota yang baru dikenalnya ini.

"Cepatlah berbalik dan tolong awasi orang lain, semut sedang merayap di tubuhku!"

Pinta Kiran dengan wajah bersemu merah karena menahan gatal yang makin menjadi.

Kenan segera berbalik sambil menahan tawanya melihat wajah Kiran yang terlihat lucu dan menggemaskan di hadapannya.

"Awas, kalau kamu berbalik kalau belum aku pinta!" Ancam Kiran.

"Cepatlah sebelum aku berubah pikiran, nona cantik!" Goda kenan.

"Cih! Dasar laki-laki mesum!" batin Kiran.

Kiran segera membuka bajunya dan mengibas nya dengan kencang. Ia melihat tubuhnya sudah pada bentol.

"Astaga! kulitku pada bentol semua. Mana masih gatal lagi." Keluh Kiran.

"Apa bentol..?" Tanya Kenan spontan ingin balik tapi sudah di cegah Kiran.

"Awas! Jangan berbalik!" Ingat Kiran pada pemuda bertubuh atletis itu.

"Sebaiknya kamu mandi di sungai untuk mengurangi rasa gatalnya.

"Di mana sungainya? Tolong antar aku ke sana!"

Pinta Kiran yang sudah memakai lagi bajunya.

"Ayo ikut aku!" Ajak Kenan.

Tunggu dulu, ini masih sangat gatal. Apakah kamu bisa menggaruknya dari luar bajuku? Tolonglah!"

"Apakah boleh?"

"Aku mengijinkannya cepatlah!"

Pinta Kiran yang merasa sangat tersiksa dengan gatal pada tubuhnya terutama di punggungnya yang sulit dijangkau oleh tangannya.

Kenan berusaha menggaruk punggung Kiran dari luar kaos gadis ini. Tapi Kiran tetap saja belum merasa puas.

Ia meminta Kenan untuk memasukkan tangan pria itu ke punggungnya dan Kenan menurutinya tanpa melihat punggung mulus Kiran.

Walaupun hanya sentuhan tanpa melihat punggung Kiran, namun sebagai laki-laki normal Kenan begitu gugup melakukannya.

Apa lagi merasakan langsung kulit lembut milik Kiran membuat ia harus menelan ludahnya dengan gugup.

Sang junior dibawah sana ikut berkedut merasakan kelembutan ujung jarinya yang mengenai kulit lembut Kiran.

Gadis ini menikmati garukan lembut Kenan yang sudah mengurangi rasa gatalnya.

"Apakah sudah lebih nyaman, nona?"

"Iya. agak mendingan. Sebaiknya aku mandi saja. Tolong antar aku ke sungai itu!"

Pinta Kiran terlihat sangat malu pada Kenan.

Kenan berjalan duluan sementara Kiran mengikutinya dari belakang. Setibanya di sungai, Kiran begitu senang dan langsung masuk ke dalam kubangan air yang membentuk kolam yang ada di balik batu besar.

"Sekarang kamu mandilah dan aku akan menjagamu!"

Ucap Kenan sambil memperhatikan area sekitarnya.

Tidak lama muncul bibi Ina yang sedang membawa seikat kayu bakar yang diikat di balik punggungnya.

"Ya Allah non! Bibi dari tadi mencari mu di kebun, nggak tahunya kamu malah mandi di sungai."

Bibi Ina terlihat cemas saat melihat Kiran menghilang.

"Kiran digerayangi semut bibi, makanya Kiran langsung di ajak mandi sama...?"

Kiran melihat di sekitarnya ternyata Kenan sudah menghilang begitu saja.

"Ke mana cowok itu? Aduh, mana aku belum sempat berkenalan dengannya lagi."

Batin Kiran kesal dengan Kenan yang menghilang begitu saja.

"Diajak sama siapa non? Dari tadi bibi tidak melihat siapa-siapa di sini."

"Oh, maksud Kiran, tadi Kiran mau mengajak bibi mandi di sungai ini." Ujar Kiran berbohong.

"Ya sudah non! sekarang sudah siang. Kita harus masak makan siang." Ujar bibi Ina.

"Kita makan siang pakai apa bibi?"

"Bibi sudah suruh beberapa pekerja untuk mengantar ayam potong dan ikan gurame ke rumah."

"Ayamnya mau di masak apa bibi?"

"Sesuai dengan kesukaan non Kiran. Ayam bakar dan ikan gurame goreng, sambal dan lalap."

Sahut bibi Ina sambil menelan salivanya karena sudah tergiur dengan masakan yang akan mereka masak untuk makan siang dan makan malam untuk mereka berdua.

Kenan yang sedari tadi bersembunyi di balik batu besar yang agak jauh dari Kiran memperhatikan keduanya sedang ngobrol sementara ia tidak bisa mendengar obrolan itu karena terkecoh suara gemericik air sungai.

Kiran melihat dua wanita beda generasi itu berjalan menuju rumah mereka. Kiran yang masih merasa bingung dengan hilangnya Kenan membuat ia merasa ngeri sendiri.

"Apakah dari tadi aku sedang mengobrol dengan hantu kebun anggur atau jin tampan di kebun itu?"

Ujar Kiran sambil menoleh ke kiri dan kanan karena berharap bertemu lagi dengan Kenan.

Kenan yang begitu senang bisa berkenalan dengan Kiran hanya mengulum senyum membayangkan lagi bagaimana gadis itu menggaruk tubuhnya dengan banyak bentol di leher,

lengan dan mungkin keadaan di badannya juga seperti apa yang pasti banyak sekali bentol bekas gigitan semut yang sudah menghiasi tubuhnya.

...----------------...

Kiran berinisiatif membuat vlog untuk kegiatannya selama berada di kampung. Ia membantu bibi Ina memasak makan siang untuk mereka.

Satu ekor ayam kampung di bagi menjadi dua menu. Ada sup ayam dan ayam bakar madu. Ada juga ikan gurame goreng asam manis dan sayur capcay.

"Bibi! sepertinya kita berhasil menciptakan suasana makan siang ini terasa nikmat."

Kiran yang menyiapkan makan siang mereka di gazebo.

"Makanya non, hidup itu tidak perlu di buat susah. Di manapun kita berada di bawa santai saja."

Bibi Ina sudah duduk bersama Kiran siap menikmati makan siang mereka.

"Apakah non sudah mandi dan memakai salep?"

"Sudah bibi."

"Apakah gatalnya sudah berkurang?"

"Hmm!"

"Nanti habis makan minum obatnya."

"Baik bibi."

Keduanya saling menikmati makan siang mereka dengan video yang sedang merekam kegiatan mereka.

Sementara di atas pohon, Kenan asyik menikmati pemandangan indah wajah Kiran yang terlihat sangat cantik di alat teropong yang dipegangnya.

Seperti yang sudah di programkan tuan Herlan untuk putrinya selama berada di kampung, Kiran juga sedang belajar agama dengan ustazah yang di panggil bibi Ina ke rumah untuk mengajar mereka Al-Qur'an.

Selepas sholat magrib, Kiran belajar membaca Alquran sesuai dengan hukum bacaan yang benar.

Selama ini, Kiran sudah belajar Alquran selama ia duduk di bangku sekolah dasar. Apa lagi sekolah di sekolah berbasis Islam, jadi Alquran bukan hal langka untuknya.

Ia hanya mengulangi lagi bacaannya karena selama ini lebih sibuk dengan dunia ditambah permasalahan keluarganya yang membuatnya makin jauh dengan agama.

"Bacaan mu sungguh bagus Kiran. Al-Qur'an dibaca setiap hari, bukan hanya saat kita belajar. Kamu bisa membacanya kapan saja, apa lagi di saat hatimu sedang terbelit masalah, insya Allah Al-Qur'an solusinya.

Itulah mengapa Al-Quran menjadi mukjizat untuk nabi Muhammad karena kedahsyatannya yang bisa merubah hidup seseorang dan bahkan menyelamatkan hidupnya karena sudah dibimbing langsung oleh Allah melalui perkataaNya dalam Al-Qur'an."

Ucap ustaz Keysa.

"Apakah kita harus tetap membacanya walaupun tidak mengerti artinya?"

"Hmm!"

"Tapi, lebih afdol kalau kita mengkajinya jadi kita bisa memahami Alquran untuk mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Nanti saya akan menambahkan pelajaran kita dengan mengkaji tafsirnya."

Imbuh ustazah Keysa.

"Terimakasih ustadzah."

"Kalau begitu saya pamit dulu."

"Biar saya antar ustazah."

Kiran begitu semangat mengantar ustazah Keysa seakan ia mengerti jalan desa.

Setibanya di rumah ustazah yang terlihat sudah sepuh itu, Kiran pamit pulang.

"Ya ampun aku tadi lewat mana ya, saat ke sini? Mana sudah malam dan sepi lagi"

Kiran meremang sendiri berjalan kaki dengan mengandalkan senter di tangannya. Suhu udara begitu dingin malam itu. Kiran yang hanya memakai kaos tangan panjang yang cukup tipis membuatnya kedinginan ditengah cuaca yang sangat dingin menusuk tulangnya.

Kiran mempercepat jalannya karena melewati tempat yang makin jauh dari pemukiman warga dan cenderung ke arah pemakaman.

Angin dingin makin membuat bulu kuduknya berdiri, di tambah kucing yang sedang berantem saling mengeluarkan suara geraman yang menambah suasana horor malam itu.

Kiran menghentikan langkahnya dan mulai menangis karena bingung dengan jalan pulang.

Iapun berjalan mundur untuk kembali ke titik awal di mana rumah ustazah Keysa berada. Suara kucing kawin yang sudah saling bertemu membuat Kiran memutar tubuhnya hendak berlari ketakutan.

Saat tubuhnya berbalik ia menabrak seorang yang membuat Kiran berteriak histeris tapi langsung dibekap mulutnya oleh Kenan.

"Diam! kau akan memancing semua warga kampung menangkap kita di sini."

Ucap Kenan dengan masih membekap mulutnya Kiran.

"Uhhmm!"

Kiran ingin melepaskan diri dari bekapan tangan kekar Kenan.

"Kalau kamu diam akan aku lepaskan." Ujar Kenan.

Kiran mengangguk. Kenan akhirnya melepaskan tangannya dari mulut Kiran.

"Apakah kamu tersesat?"

Kenan membuka jaketnya dan membalut tubuh Kiran.

"Iya, aku bingung dengan jalan pulang kembali ke rumah."

Keluh Kiran terlihat masih takut.

"Jika kamu berjalan terus sampai ke sana, maka kamu akan bertemu dengan rumah masa depan manusia."

"Rumah masa depan manusia...? Maksud kamu apa..?"

"Itu pemakaman umum."

Duaaarrr.....

Sontak Kiran melompat ke tubuh Kenan saking takutnya.

"Gendong aku!" Jangan lepaskan aku!"

Kiran memeluk tubuh Kenan dengan kuat membuat Kenan mengangkat tubuh jenjang itu berkoala kepadanya.

"Dasar gadis ceroboh! selalu saja bertindak seenaknya. Apakah kamu kira ini di kota besar?" Kenan menyembunyikan tawanya sambil menggendong tubuh Kiran.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!