Dukung buku ini dengan like, komen dan vote ya. Happy reading dan terima kasih.
Beberapa bulan yang lalu, saat menikah dengan Raju, aku hanya mendapatkan cuti selama lima hari, dan saat itu tepat dimana aku sedang datang bulan. Jadwal datang bulan yang sedari remaja selalu tidak teratur, membuat ku sulit menentukan tanggal berapa tiap bulannya aku akan kedatangan tamu.
Sari tetap dengan raut wajah yang ceria, sedikit pun keterkejutan ku tidak membuat dirinya heran. Wanita yang hari ini resmi menyandang status janda itu sudah mengira reaksi ku pasti akan bingung melihat kelakuannya yang tidak memperlihatkan rasa sedih sama sekali.
‘Jika aku di posisi Sari sekarang, kira-kira apa aku mampu menyandang status seorang janda? Ya Allah … kenapa pikiran ini semakin kacau?’ batinku bicara membayangkan hidupku sendiri setelah melihat adegan video suamiku.
Sari menatapku sendu, bibirnya mulai bergerak lancar untuk bercerita.
“Bu, surat ini memang sudah sangat lama saya tunggu, karena dia sudah meninggalkan saya tanpa kabar hingga bertahun-tahun lamanya. Bahkan saya sampai lupa entah sudah berapa tahun mantan suami saya itu pergi menghilang begitu saja. Saya juga sama sekali nggak pernah tahu, apakah dia saat ini masih hidup atau mungkin sudah masuk tanah. Saya berharap keluarga dari pihaknya mau memberikan kabar, tapi nampaknya semua hanya sia-sia.” Sari menjeda kalimatnya sesaat lalu kembali mengukir senyum yang sendu, terlihat getir ketika dipadupadankan dengan wajahnya.
“Aku mengira kalau keluarga suamiku akan peduli dengan apa yang terjadi padaku. Namun, ternyata yang ada mereka satu persatu malah dengan sengaja menjauh dan mengganti nomor teleponnya, dan akhirnya kami terputus sama sekali. Jika ibu jadi saya … kira-kira apa yang akan Ibu lakukan? Apakah ibu akan tetap setia menunggu seseorang yang bahkan keluarganya seperti sedang menutupi sesuatu? Apakah cinta Ibu tidak akan berubah atau memudar sama dia?”
Rentetan pertanyaan itu meluncur begitu saja dari bibir sekretarisku, saat dengan panjang lebar Sari terpaksa menceritakan kisah cintanya yang menghilang di telan masa.
Aku langsung terdiam kala mendengarkan kisah cinta yang dialami Sari. Perempuan itu akhirnya teringat akan statusnya yang sudah menikah tapi belum pernah sekali pun melakukan kewajiban sebagai sepasang suami istri yang sudah halal.
“Apakah ini artinya kamu di Ghosting, Ri?” tanya ku pilu.
“Bisa jadi sih, dan nampaknya gak cuma aku yang bernasib seperti ini. Kemaren aja saat sidang ada juga beberapa wanita yang ditinggal begitu saja oleh suaminya, dan parahnya setiap ada perceraian hampir rata-rata perempuan yang disalahkan. Tapi apakah lari dari kenyataan dan tanggung jawab kepada istri itu bisa dibilang tindakan yang benar, Bu?”
Penjelasan Sari yang diakhiri pertanyaan itu membuat ku dalam kebingungan. Seakan sedang menghadapi cermin besar yang memantulkan diriku sendiri.
“Sebagai kepala rumah tangga menurutku tidak bijak jika melakukan hal itu Ri, tapi ya mungkin ada juga alasan lain kenapa suamimu pergi begitu saja, we never know Ri,” jawabku dengan berusaha untuk berpikir obyektif.
Entah kenapa dada ku kembali terasa nyeri, sesaat aku mengingat rumah tangga yang sampai sekarang rasanya antara ada dan tiada. Hubungan ku dan Raju tidak seperti yang dulu pernah kami berdua bayangkan, bahagia, saling berbagi cinta dan selalu romantis. Ahh semua itu tidak bisa kami jalankan karena aku memang memburu karir sejak sebelum mengenal Raju, aku sudah bekerja bahkan kuliahku di biayai oleh tuan besar Nugroho.
Seperti hari esok aku harus kembali meninggalkan suami demi pekerjaan, terkadang aku berpikir, apakah saat ini aku sedang melakukan ghosting temporary terhadap suami?
Aku berjalan menyusuri koridor dengan tergesa, obrolan saat makan siang membuat separuh jiwaku melayang entah kemana, ingatanku yang tiba-tiba saja selalu mengingat nasib rumah tanggaku. Ditambah lagi dengan karir yang memang sudah aku impikan sejak lama, tidak mungkin aku lepaskan begitu saja. Semetara untuk mencari pekerjaan di saat zaman seperti sekarang teramat begitu sulit di rasa.
Perusahaan ini saja sudah banyak melakukan pengurangan karyawan, jika aku ke luar kerja, apa kabar hidupku nanti jika Raju terbukti berselingkuh dengan wanita lain? Aku nggak mau jadi wanita tak berguna! Sekarang saja gaji Raju lumayan jauh dibawah pendapatanku. Sekarang Raju malah sudah masuk daftar PHK, sementara kami masih saja menumpang di pondok mertua indah.
Huft! Ini sungguh menyesakkan dada. Jujur saja impianku setelah ini adalah meja direktur, sepertinya itulah jenjang karir teratas yang ingin kuraih, dan aku berharap perjalanan rumah tanggaku juga akan seindah karirku. Sari sudah hancur duluan rumah tangganya, dan dia tetap happy karena memiliki karir yang bagus, sehingga hal ini tidak begitu berdampak pada kehidupannya.
“Selamat siang, Tuan. Maaf saya sedikit terlambat,” ucap ku yang sudah berada di ruangan Tuan Besar Nugroho.
Untuk sesaat aku mengatur nafas yang keluar masuk dengan sangat cepat karena berjalan setengah berlari kecil demi bisa tepat waktu.
“Oh, jadi kau sudah datang rupanya, Saras ….”
Ada apa lagi ini? Apa aku akan dipecat atau aku bakal dimakan hidup-hidup?
“Selamat siang juga, bagaimana kabarmu hari ini?” sapa tuan Nugroho ramah, tubuh tuanya yang selalu disangga oleh tongkat berukir naga dan berhiaskan batu mulia, menampakkan kesan mewah dengan setiap barang yang digunakannya.
Tangan pemilik perusahaan jamu itu terulur tanda mempersilahkan ku untuk duduk di sofa, dengan senyum ramah, aku pun mau tak mau terpaksa menuruti perintahnya, bisa meninggoy dong kalau aku berani melawan perintah atasan.
“Ayo silahkan duduk dulu! Saya senang kau mau datang kemari. Mungkin kau bertanya-tanya, karena biasanya saya memintamu untuk ke rumah kami. Tapi kali ini ada hal penting yang ingin saya bicarakan denganmu,” ucapnya mengulas senyum, dengan cepat tuan Nugroho bisa menebak apa yang ada di pikiranku, karyawan kesayangannya ini.
‘Hmm alamat lama ini si bos bakal pidato kenegaraan. Mana sore aku ada meeting lagi, ya Allah … tolonglah percepat pertemuan dengan orang terhormat ini. Biarkan beliau bahagia di masa tuanya, jangan mikirin kerjaan mulu,’ racauku di dalam hati.
“Iya sebenarnya saya juga sedikit bingung dengan permintaan Anda, Tuan. Kalau boleh tahu sebenarnya ini ada apa?” tanyaku berusaha sesopan mungkin disertai dengan senyum manis yang paling disukai oleh atasanku itu.
Dadaku sedikit berdegup kencang menunggu apa yang bakal dikatakan Tuan Nugroho, ada rasa deg-degan seirama hentakan ketakutan karena informasi yang beredar tentang banyaknya perampingan karyawan.
‘Apa jangan-jangan aku bakal bernasib sama dengan Raju? Ya Allah … jangan sampai aku melakukan kesalahan tanpa ku ketahui ….’ batinku was-was menunggu bibir tuan Nugroho bicara.
“Ehem … begini loh Saras. Kamu masih ingat dan nggak mungkin melupakan kalau saya memiliki seorang cucu yang akan menjadi penerus dari perusahaan jamu ini, kan?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
🍾⃝ͩʙᷞᴀͧʙᷠʏᷧ ɢɪʀʟʟ
apa kek Nugroho jngn bikin tka tki dong???
2022-12-06
1
🍾⃝ͩʙᷞᴀͧʙᷠʏᷧ ɢɪʀʟʟ
mba sras mau dijadiin asisten,atau ples mnantu nih uni???
2022-12-06
1
💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖👥
Saras mw dijadikan asistennya Ram kali ya
aspri kesayangan mungkin
hehhehehhehehe
2022-12-04
2