Bab 2. Bukan Wanita Lemah

‘Ya Tuhan … kuatkan aku untuk menghadapi ini semua. Aku tak boleh lemah!’

Jariku akhirnya membalas pesan Raju dengan mata yang berkaca. Hatiku merasa perih dan pilu mengingat kelakuannya yang ada di dalam video. Istri siapa yang tak akan sedih setelah mengetahui pengkhianatan yang dilakukan suaminya.

[Maaf ya, Raju … tapi di sini juga sedang terjadi banyak pengurangan karyawan] balasku singakt.

Bagaimanapun juga aku tidak mungkin melanggar peraturan walaupun sekarang posisiku sudah lumayan tinggi tetapi peraturan diciptakan untuk ditaati bukan untuk dilanggar. Dadaku masih terasa sesak, ingin rasanya menjerit tapi sekarang saatnya untuk bekerja dengan profesional.

[Oh oke lah, nanti kita bahas di rumah ya, kamu jangan terlalu lelah bekerja, see you my love] balas Raju lagi pada room chat kami berdua yang sudah bisa dipastikan entah bagaimana kusut wajahnya sekarang. Raju tidak tahu apa yang sekarang sedang aku rasakan. Dirinya hanya mengetahui apa yang menjadi pikirannya tanpa bertanya apakah aku sedang baik-baik saja atau tidak.

[Hemm] balasku lagi dengan malas.

Diriku sungguh merasa sakit hati dan lara jiwa luar biasa saat ini hingga merasa malas untuk sekedar berkata manis lewat balasan pesan.

Ya Allah sepagi ini sudah begitu banyak masalah yang aku hadapi, ini lagi kabar yang baru saja dikirimkan oleh nomor tak dikenal dan dari suamiku, apa-apaan ini? Harus bagaimana aku hari ini? Rasanya untuk pulang ke rumah jelas nggak mungkin. Tapi tubuh ini terasa kehilangan raga di badan, emosi dan amarah yang kini terus saja menggempur dadaku … seolah jadi satu berselimut dendam.

Kembali tangan rampingku membuka kiriman video panas suami, sekali lagi aku ingin memastikan bahwa pemeran pria yang tampak polos tanpa sehelai benang itu pun, bukanlah suamiku. Dengan mata tak berkedip aku memandangi video itu kembali. Walau belum merasakan indahnya malam pertama, tapi aku sangat hafalbetul dengan wajah dan postur lelaki bernama Raju, dan seluruh ciri-ciri tubuh itu sungguh aku kenal.

Dengan tergesa aku yang sudah di rundung amarah ini keluar dari aplikasi chat warna hijau. Menarik nafas dalam-dalam untuk mengembalikan kewarasanku. Sebagai orang yang berpendidikan dan terhormat, aku tidak ingin membuat diri ini kehilangan kendali dan mempermalukan diri sendiri.

“Aku harus tetap kuat dan tak akan pernah memperlihatkan kelemahanku pada mereka yang siap menertawaiku.” Ku coba menyemangati diri sendiri. Baru saja tubuh ini dihenyakkan pada kursi putar kebesaran yang baru beberapa saat lalu ku duduki sebagai seorang GM, sekretaris ku langsung memberikan schedule yang harus dikerjakan selanjutnya.

“Pagi Bu Saras, maaf Bu, Anda harus segera online di komputer untuk meeting dengan kepala cabang Jogjakarta, karena kantor cabang di Jogja sedang dalam masalah,” ungkap Sari memberitahukanku.

‘Ya Tuhan … ada apa lagi ini? Kenapa masalah belum berhenti menyapaku?’

Duniaku mendadak terasa gelap membayangkan beban perasaan dan beban kerja yang sedang menghimpit jiwa. Dengan cepat kuhidupkan laptop. Sambil menunggu semuanya siap, aku mencoba tegar dan berusaha untuk tampil prima di hadapan orang lain. Aku tak boleh terlihat memiliki masalah, walau badai sedang menerpa. Dengan tatapan mata yang setajam elang, ku coba kembali menatap wajah sang sekretaris yang mulai mengerutkan kedua alisnya.

‘Ada apa dengan bu Saras, wajahnya seperti singa betina yang sedang murka,’ batin Sari merasa bingung.

“Apa agenda saya hari ini?” tanyaku dengan nada yang semakin dingin. Tampak sekali garis rahang yang mengetat entah karena apa, jelas saja sekretarisku belum mengetahuinya.

“Oh ya, Bu Saras, nanti tepat pada jam sembilan kita ada meeting dengan bagian produksi, saya sudah siapkan semua materinya. Terus, setelah jam makan siang ini … Anda disuruh tuan besar untuk menghadap beliau. Tadi sekretaris beliau menelpon saya agar menyampaikan nya dengan segera,” terangnya dengan tetap berdiri di depan meja kerjaku.

“Hemm, lanjutkan!” titahku datar.

“Jam tiga sore nanti Anda juga masih ada meeting dengan bagian marketing dan besok ada jadwal ke Surabaya selama kurang lebih delapan hari, karena kantor cabang di sana mengadakan event promo di pusat kota. Untuk sementara … itu dulu jadwal Anda dalam dua hari ini, Bu,” lanjut Sari menjelaskan dengan beberapa berkas yang terlihat dipegangnya.

Aku menganggukkan kepala setelah menyimak dengan sungguh-sungguh semua jadwal yang disampaikan sekretaris andalanku.

Seperti itulah keseharianku dengan tanggung jawab yang baru, setelah jabatanku naik yang baru satu bulan ini kujabat. Begitu banyak dokumen yang sekarang hampir setiap hari harus kuperiksa, pun dengan pertemuan-pertemuan perusahaan yang harus didatanginya sebagai perwakilan tuan besar Nugroho.

Capek, tentu saja sudah kurasakan melebihi rasa lelah yang sebelumnya menyapa setiap hari, tapi dengan mendapatkan imbalan yang jauh lebih besar sudah pasti membuat semangatku selalu menggelora.

“Oke Sari, terimakasih, dan apa yang kamu bawa itu?” tanyaku, mata ini terus saja mengarah pada tangan Sari yang menggenggam sebuah amplop.

“Maaf, Bu, ini hanya amplop punya pribadi saya,” jawab Sari dengan senyum manis, sepertinya sekretarisku itu hari ini sedang bahagia.

“Ohhh … ya sudah, jika tidak ada keperluan lagi, silahkan kamu kembali bekerja!” titahku kemudian.

Komputerku sudah siap untuk digunakan, memasuki forum meeting jarak jauh bersama beberapa orang rekanku yang berada di Jogjakarta.

“Pagi bu Saras, saya Gading, kepala cabang kantor pemasaran yang ada di Jogja,” sapa Gading yang mengawali rapat, diikuti oleh yang lain.

Terlihat beberapa petinggi perusahaan di sana sudah duduk rapi di depan meja bundar berbentuk oval.

“Selamat pagi semua, salam kenal … saya Saras GM yang baru saja satu bulan ini menggantikan posisi Pak Rendra. Silahkan untuk pemaparannya pak Gading, untuk meeting kali ini saya hanya memiliki waktu maksimal satu jam. Jadi saya harap tidak ada yang bertele-tele dalam penyampaian materi rapat dan pengambilan keputusan untuk masalah yang sedang dihadapi sekarang!” tegasku dengan tetap terlihat lembut namun penuh kharisma.

Begitulah aku dalam keseharian saat bekerja, aku yang sudah terbiasa menjadi wanita mandiri selalu tegas dan tidak suka membuang waktu, serta disiplin nomor satu. Itulah warisan dari didikan kedua orang tuaku.

Hampir satu jam meeting jarak jauh itu berlangsung, beberapa keputusan sudah aku tetapkan. Permasalahan yang terjadi di Jogja akan aku tunjuk orang legal yang akan menyelesaikannya.

Satu agenda selesai, kembali aku memanggil Sari untuk ke ruangan.

“Sari, bisakah tolong diatur sekembalinya dari Surabaya kita mampir ke cabang yang di Jogja, saya akan melihat langsung bagaimana keadaan kantor cabang di sana. Untuk sementara tolong agendakan selama satu hari,” perintahku yang langsung di turuti oleh Sari sang sekretaris.

Ya sari memang tidak memiliki pilihan lain selain menuruti perintahku. Aku tidak lupa memberikan senyum penuh wibawa kepada sekretaris yang selalu sabar mengatur seluruh jadwal dan kebutuhan dokumen-dokumen yang harus aku periksa atau ditandatangani.

“Baik, Bu. Oh iya, Ibu jangan lupa untuk menemui tuan besar Nugroho nanti,” ujar Sari mengingatkan.

Aku pun tepuk jidat karena pikiran memang melayang entah kemana sejak melihat video sang suami bersama wanita lain tadi.

“Tenang aja … aku nggak bakalan lupa kok,” jawabku cepat. Sari pun akhirnya berlalu.

“Astaghfirullah … kuatkan hamba ….” Aku hanya mampu bergumam sendiri membayangkan apa yang bakal terjadi dalam rumah tanggaku yang masih seumur jagung ini, bahkan diri ini belum sempat merasakan manisnya malam pertama.

“Tapi ya sudah lah, jika memang Raju berkhianat sebelum menyentuhku … berarti Tuhan sengaja menunjukkan siapa Raju sesungguhnya agar diriku tetap suci dan menjaga diri sebelum bertemu dengan calon suami pengganti!” monologku bicara sendiri karena aku tak ingin menjadi wanita lemah yang takut dicerai suami.

Terpopuler

Comments

🍾⃝ͩʙᷞᴀͧʙᷠʏᷧ ɢɪʀʟʟ

🍾⃝ͩʙᷞᴀͧʙᷠʏᷧ ɢɪʀʟʟ

smngat mba Saras jngn pntang mnyrah,in syaa AllAH diblik msibah pasti ada jln keluarnya 💪💪💪

2022-12-05

1

💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖👥

💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖👥

calon janda kembang siap on the way

2022-12-04

1

Sunarty Narty

Sunarty Narty

ada hikmah d setiap masalah Sarah,yakin lah Allah akan kasi yg terbaik

2022-12-03

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 46 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!