Waktu berlalu, rapat yang melelahkan pun sudah selesai, rasanya kepalaku sangat penat. Air mineral yang ada di gelas pun habis sudah ku minum tanpa sisa. Sesaat mataku melirik pada jam besar yang ada di dinding ruangan, ternyata tanpa terasa sebentar lagi waktu makan siang pun akan tiba.
“Ada apa tuan besar memanggilku siang-siang begini, ya? Mana besok masih harus ke Surabaya pula. Belum lagi kalau sudah sampai ketemu sama Tuan Nugroho waktunya tak pernah sebentar, huufff sabar Saras, sabar … ini semua demi masa depanku dan keluarga kecilku nanti,” gerutuku berusaha menyemangati diri sendiri.
Tuan besar Nugroho sebenarnya sosok laki-laki yang ramah dan sangat kebapakkan, tidak sombong dan selalu royal kepada karyawan yang berprestasi. Aku sendiri sudah merasakannya.
Kebiasaan sang tuan besar yang sangat membuat ku agak malas jika bertemu, beliau itu terlalu hobby bercerita nostalgia cerita yang itu-itu saja. Seringkali beliau memujiku sebagai wanita cantik dan cerdas, hal itu membuatku menjadi kesayangannya. Kali ini aku pun terpaksa akan menjadi pendengar yang baik lagi walau sebenarnya sedikit bosan karena cerita yang bakal didengar sudah pasti cerita lama dan sudah basi.
Krriiiiiiing!
Bel makan siang menggema se-seantero perusahaan yang tergabung di satu area bagian perkantoran dan pabrik. Area yang sangat luas, seluas mata memandang dan tampak megah dengan papan nama besar di depan pagarnya yang bertuliskan, ‘JAMU JITOE’.
Tidak butuh waktu lama, semua karyawan saling berhamburan menuju kantin. Saat itulah mereka manfaatkan waktu untuk makan dan beristirahat. Bahkan di saat yang bersamaan ada yang melaksanakan sholat atau sekedar rebahan di mushola serta aula untuk melepas lelah kerja.
Ribuan karyawan mulai dari level atas, menengah dan bawah terlihat memenuhi ruang kantin perusahaan jamu yang juga terlihat begitu luas. Di sana sesama karyawan akan terlihat makan bersama, bersenda gurau dan saling melepas kejenuhan karena sehari-harinya mereka akan menghadapi pekerjaan yang sama setiap hari.
Terkadang senda gurau mereka menyerempet hingga sampai ke pembahasan seputar rumah tangga. Hal itu sengaja mereka lakukan untuk sekedar saling berbagi untuk mencari solusi sesama teman.
“Oh ya Sari kita makannya agak cepetan dikit, ya! Saya tidak mau terlambat menghadap tuan besar. Kamu tahu sendiri kan bagaimana disiplinnya Tuan Nugroho? Saya tidak ingin mengecewakannya, apalagi nanti kehadiran kita bisa saja disangkutpautkan dengan kedisiplinan kerja,” ujar ku tanpa menoleh.
Seperti biasa, sejak aku menduduki jabatan GM, aku tidak pernah jauh dari Sari yang selalu bagai perangko pada amplop putih. Semua kebutuhanku selalu disediakan Sari sejak diriku menjadi seorang General Manager, termasuk kemana pun pergi Sari akan selalu mendampingiku. Akibat kegiatan yang selalu membuat kami berdua berhubungan setiap saat, maka akhirnya kami pun semakin akrab, saat di luar kantor kami pun sudah menjadi sahabat yang terkadang saling curhat tentang berbagai masalah.
“Tenang aja, Bu … saya kalau makan bisa seperti kencangnya kereta api hehehe. Eh, ngomong-ngomong itu kok tumben banget ya … tuan besar pake manggil Ibu segala? Bukankah biasanya kalau beliau ada perlu, kita akan disuruh langsung datang ke rumahnya? Lalu kenapa sekarang saat jam kerja Anda malah disuruh untuk menghadap beliau, Ibu ngerasa ada yang aneh gak sih?” selidik sari yang lebih mengarah karena merasa penasaran.
“Ehem permisi, boleh saya bergabung di meja Anda?” sapa pria tampan yang wajahnya membuat aku menatapnya untuk beberapa detik. Aku sama sekali tidak mengenalnya tapi ini sudah kedua kalinya pria itu memperlihatkan ketampanan di hadapanku.
“Maaf nona-nona, apakah kalian mau aku berdiri saja makan dan menghadapi tatapan mata kalian?” Kembali pria tampan nan rupawan itu bersuara yang langsung membuatku malu seketika karena sedikit terpana hingga lupa menjawab pertanyaannya.
“Oh ya-ya, silahkan Tuan, eh Mas, duduklah dan selamat makan,” jawab Sari dengan kecentilan dan itu membuatku gemas melihatnya.
Sementara aku hanya diam saja dan mengangguk kecil, karena Sari sudah mewakiliku untuk menjawab pertanyaannya.
“Terimakasih Nona cantik, ayo-ayo dimakan. Santai saja … aku tidak akan mengambil jatah makan kalian berdua,” lanjutnya santai tanpa dosa.
Sumpah demi apa, aku melihat sosok pemuda di usia dewasa tapi kelakuannya persis ABG yang lagi makan di kantin sekolah. Benar-benar menyebalkan dan sok cari perhatian!
“Apa Anda tidak ingin mentraktir saya yang sudah membantu tadi pagi dengan tulus, hmm?” tanya pria misterius yang akhirnya semakin membuatku ingin cepat pergi saja dari kantin.
Kedatangannya membuat moodku malah menjadi semakin buruk saja, kenapa hari ini terlalu banyak yang membuatku kesal.
“Maaf, jika Anda memang menginginkan saya traktir, silakan makan sepuasnya dan nanti akan saya bayar,” jawabku dengan tetap mempercepat makan siang dengan kehilangan selera.
Sesekali aku melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan agar tidak menyia-nyiakan waktu dengan bertele-tele tak jelas bersama orang yang juga tak jelas.
“Kenalkan, namaku Ram,” ucapnya tanpa kuminta.
Bahkan senyum manis menghiasi bibirnya seiring tangan kekar yang berbulu halus itu terulur. Aku tidak tau apakah dia karyawan baru atau bagaimana, aku juga tidak mau pusing memikirkannya. Masalahku saja sudah berjibun kenapa ada satu lagi kutu kupret yang mengganggu. Ya sudahlah, semoga perkenalan ini membuat dia senang.
“Saraswati,” jawabku singkat, senyum ku tetap tampak manis tentunya walau hanya terpaksa.
Sari yang melihat kami saling berjabat tangan pun tidak mau tinggal diam, sekretaris ku itu langsung saja ikut menyodorkan tangannya.
“Hai tampan … kenalkan, namaku Sari.” Dengan tanpa malu sekretarisku itu mengulurkan tangannya.
Sekilas aku melirik dengan tatapan peringatan ke arah Sari, hal itu hanya dijawab dengan cengengesan saja olehnya.
“Ram,” sahut pria itu dengan senyum manis yang begitu mempesona sembari mengulurkan tangannya ke arah Sari.
“Well terima kasih traktirannya nona Saraswati, saya tidak keberatan untuk selalu membela anda di hari-hari besoknya, lumayan saya bisa dapat gratis makan siang setiap hari, lebih hemat kan?” tuturnya tanpa tahu malu.
Sungguh makan siang ini membuat ku semakin kehilangan selera. ‘Tapi tunggu, bukannya perusahaan sedang mengadakan perampingan ya? Tapi kok ini ada karyawan baru?’ pikirku hanya bisa menggerutu yang berujung pertanyaan di dalam benakku, dan entah siapa yang akan bisa menjawabnya.
Melihat kemejanya yang tidak menggunakan seragam, bisa jadi dia masih training, jadi masih dibolehkan menggunakan kemeja bebas. Namun, seluruh pakaian yang dikenakannya terlihat serba malah. Apa dia salah seorang keluarga tuan Nugroho? Sepertinya itu tidak mungkin, karena tuan Nugroho belum mengatakan apa pun padaku.
Perusahaan ku memberikan jatah makan siang dengan sistem bayar menggunakan kartu, jika kami ingin makan lebih dari jatah yang sudah ditentukan maka akan dipotong gaji.
“Maaf ya, Mas Ram, kami balik duluan. Silahkan Anda menikmati makan siang dengan tenang, tenang saja biar saya nanti yang akan membayarnya,” pamitku memang tidak bisa berbasa basi seperti Sari, jadi aku mengatakan seperti apa yang diperintahkan oleh otakku.
“Daa mas Ram, selamat makan siang ya, Sari tinggal dulu mendampingi ibu negara,” celetuk sekretarisku sedikit genit, ingin sekali rasanya ku jewer kupingnya yang tanpa tau malu menggoda orang tak dikenal.
Sari melambaikan tangan dengan senyum terbaiknya untuk makhluk tampan yang juga tersenyum dan melambaikan tangan ke arahnya. Sungguh aku rasanya ingin sekali menarik paksa telinga sekretaris ku yang hiperaktif jika bertemu cowok tampan. Langkahku berhenti di meja kasir untuk scan kartu makan karena ada tambahan satu porsi untuk si tampan misterius.
“Bu Saras tumben banget makannya sampe dua porsi?” tanya mbak yang bertugas di meja kasir. Dia terlihat heran karena biasanya aku hanya makan satu porsi pun terkadang tidak habis.
“Yang satu porsi untuk tamu saya yang ada di meja itu, Mbak,” jawabku dengan ramah, sambil mengarahkan telunjuk ini ke meja yang tadi aku tempati, masih ada Ram di meja itu sedang menikmati makan siangnya.
“Tamu? Masa iya sih, Mbak? Bukannya dia itu cucunya ….”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
🍾⃝ͩʙᷞᴀͧʙᷠʏᷧ ɢɪʀʟʟ
mas ram rmhnya naudzubillah sm jnda kmbng beuuhh 🤣🤣🙏
2022-12-06
1
🍾⃝ͩʙᷞᴀͧʙᷠʏᷧ ɢɪʀʟʟ
🤣🤣🤣 wkwkwk... mba sras bkl dpt bronwnis wkwkwk
2022-12-06
1
💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖👥
aq baca ulang Uni...
sapa tau ada yg beda
2022-12-04
1