Tidur Bareng

"Tidak mengapa, Nduk. Ikuti saja, apa mau Ayahmu," tutur Bu Rosma yang baru saja dari arah dapur, sambil membawa sepiring gorengan bakwan lengkap dengan cabe rawit yang masih segar.

"Bu ....? ucapan Dara menggantung di udara.

"Ibu juga ikut, beneran malah kalau ada tumpangan mobil tho Nduk, daripada besok ibu harus bonceng kamu," lanjut Bu Rosma seraya tersenyum, sambil menyimpan piring yang berisi gorengan hangat tersebut ke atas meja.

"Yo, ndak bisa tho, Bu!" tolak Pak Kades. "Memangnya, Ibu mau kemana?" tanya suami bu Rosma itu kemudian.

"Ibu 'kan sudah bilang tho, Pak. Kalau Ibu mau ke rumah eyang," balas Bu Rosma dengan santai, sembari duduk di samping sang suami yang langsung menyomot bakwan buatan Bu Rosma.

"Ibu pergi besok saja, bareng sama Sulkan yang akan mengantarkan motor Dara. Malam ini, biar Dara hanya berdua sama Bambang," kekeuh Pak Kades yang tak ingin rencananya untuk mendekatkan Dara dengan Bambang menjadi gagal karena sang istri turut serta.

"Ibu 'kan juga ingin ngerasain naik mobil bagus tho, Pak. Ibu juga ingin sesekali nginap di rumah eyang," balas Bu Rosma yang ngotot pengin tetap mendampingi sang putri.

"Dara mau, berangkat dengan diantarkan Mas Bambang, jika Ibu diperbolehkan ikut. Tetapi jika Ibu tidak diperbolehkan ikut, Dara enggak mau, Ayah," tegas Dara, yang membuat Pak Kades sejenak berhenti makan dan kemudian menyeruput kopinya.

Laki-laki paruh baya bertubuh tambun itu sejenak berpikir. "Ya, sudah. Ibu boleh ikut, tetapi Ibu dulu yang diantar ke rumah eyang, setelah itu baru Dara yang diantar ke kost-an," ujar Pak Kades kemudian, yang menyetujui istrinya ikut ke kota dan satu mobil bersama Dara dan Bambang.

"Ya sudah, Nduk. Kamu bersiap dulu sana," titah Bu Rosma pada putrinya.

Dara menurut dan patuh, gadis bertubuh mungil itu segera bergegas kembali ke kamarnya untuk mempersiapkan segala keperluan yang hendak ia bawa untuk kembali ke tempat kost.

☕☕☕

Tepat bakda maghrib, mobil besar Bambang terdengar berhenti tepat di halaman kediaman Pak Kades. Mobil Pajero Sport keluaran terbaru, yang harganya bisa untuk membeli kambing milik orang tua Jaka beserta kandang dan seisi rumah pemuda sederhana tersebut.

Tanpa mengucap salam, pemuda berbadan tegap itu masuk ke dalam rumah Pak Kades. Kehadirannya yang telah dinanti oleh Pak Kades tersebut, langsung disambut hangat oleh ayah Dara.

"Silahkan duduk dulu, Nak Bambang," ucap Pak Kades mempersilahkan.

Setelah menyalami calon ayah mertuanya, Bambang pun duduk di di ruang tamu untuk menunggu gadis yang sudah lama diincarnya tetapi sangat sulit untuk didekati.

Pak Kades segera masuk ke dalam untuk memanggil sang putri. "Dara, Mas Bambang sudah datang, Nduk!" seru Pak Kades memanggil putrinya.

"Iya, Ayah. Tunggu sebentar," balas Dara dengan sedikit berteriak, karena gadis itu baru saja menyelesaikan wirid setelah sholat maghrib.

Tak berapa lama, Dara dan ibunya keluar menemui Bambang.

"Dik, sudah siap?" tanya Bambang yang langsung beranjak, pemuda itu terlihat sangat senang karena akhirnya bisa jalan bareng sama Kembang Desa tersebut dan hanya berdua saja di dalam mobil.

"Sudah, Nak Bambang. Kami sudah siap," balas Bu Rosma yang mewakili putrinya.

"Kami?" tanya Bambang terkejut.

"Iya, Mas. Ibu ikut karena mau ke rumah eyang," terang Dara. "Tidak apa-apa 'kan, Mas?" tanya Dara.

Bambang masih terdiam, pemuda berkulit kuning bersih itu nampak tidak suka dengan apa yang baru saja dia dengar, sebab Bambang telah merencanakan sesuatu.

"Jika Mas Bambang keberatan, tak mengapa biar Dara berangkat besok pagi saja bareng sama Ibu," lanjut Dara ketika Bambang masih terdiam dan tak memberikan jawaban.

"Eh, jangan, Dik. Tak mengapa, kok, jika Ibu mau ikut," balas Bambang akhirnya yang menyetujui, meski dengan sangat berat hati.

Dalam hati, Bambang merutuk kesal kenapa Pak Kades tidak mengatakan hal ini sebelumnya.

"Maaf, Nak Bambang. Ibu ngeyel pengin ikut, sudah kangen sama eyang katanya," ucap Pak Kades yang seolah mengerti kekecewaan Bambang.

"Iya, Pak. Tidak apa-apa, kok," balas Bambang yang pura-pura tersenyum ramah.

"Mari, Bu. Mari, Dik. Nanti keburu malam," ajak Bambang yang segera menyalami Pak Kades dan berlalu menuju mobil.

Dara kemudian berpamitan pada ayahnya, begitu pula dengan Bu Rosma yang berpamitan pada sang suami.

"Pak, jika boleh ibu tahu. Berapa hutang Bapak sama Pak Carik?" bisik Bu Rosma bertanya.

"Ini bukan hanya tentang hutang uang, Bu. Tetapi lebih dari sekadar itu, hutang suara yang tidak bisa digunakan kembalikan dengan uang," balas Pak Kades.

"Sudahlah, Bu. Aku tahu uang orang tuamu banyak, tapi itu tidak akan dapat membayar hutangku pada Pak Carik. Ibu bujuk saja Dara agar mau menikah sama Bambang, Dara tidak akan kekurangan apapun, Bu," lanjut Pak Kades yang kembali mendesak sang istri agar menyetujui idenya dan ikut membujuk Dara agar menerima perjodohan itu.

Bu Rosma menggeleng tegas. "Ibu tahu betul Pak Carik itu seperti apa, Pak. Tidak ada hal yang menurut dia, yang tidak bisa diselesaikan dengan uang!" ketus Bu Rosma.

"Ibu akan berusaha untuk membebaskan Dara dari perjodohan konyol ini, Pak!" tegas Bu Rosma.

"Silahkan saja, Bu. Tetapi bapak tetap tidak akan setuju, jika Dara masih mengharapkan penggembala itu!" seru Pak Kades.

"Jika Ibu berhasil membebaskan putri kita dari perjodohan dengan Bambang, Bapak harus membiarkan Dara memilih jodohnya sendiri," pungkas Bu Rosma yang langsung keluar untuk menyusul sang putri.

Pak Kades Sugondo terdiam, istrinya yang penurut kini mulai menunjukkan taringnya kembali.

Ya, Bu Rosma selama ini mengalah demi untuk menghargai sang suami, tetapi nyatanya sang suami yang seorang kepala desa itu semakin dibiarkan semakin semena-mena dalam bersikap.

Bu Rosma masih terdiam, jika itu tak mengusik sang buah hati, satu-satunya permata yang dimiliki. Namun, apa yang dilakukan sang suami sudah sangat keterlaluan, yang tega menjodohkan Dara putri tunggalnya dengan pemuda brengsek macam Bambang.

Suara deru kendaraan Bambang yang meninggalkan pelataran rumahnya, membuyarkan lamunan Pak Kades. Lelaki dengan jidat lebar dan licin itu segera kembali masuk ke dalam rumah.

Sementara di dalam mobil Bambang, Bu Rosma memilih duduk di bangku depan untuk menemani putra Pak Carik Margono.

"Nak Bambang, Ibu dengar, Nak Bambang lagi menjalin kedekatan ya sama putrinya Pak Kamituwo?" tanya Bu Rosma seraya menoleh ke arah Bambang.

Bambang yang sedang fokus menyetir menjadi salah tingkah karena memang benar adanya, bahwa dirinya sedang dekat dengan Ratna, putri Pak Kamituwo.

Bambang jadi merasa was-was. 'Apa yang diketahui Bu Rosma tentang hubunganku dengan Ratna, ya? Apa beliau juga tahu, kalau aku dan Ratna sudah pernah tidur bareng dan saat ini dia ....'

🌹🌹🌹 bersambung,,,

Alhamdulillah, akhirnya bisa up kembali 🤗

Terpopuler

Comments

Ita rahmawati

Ita rahmawati

ternyta si bambang emg bner² bambang 🤣🤣🤣🤣

2023-08-22

1

hania putri

hania putri

ratna hamil?

2023-01-01

2

Febrianti Ningrum

Febrianti Ningrum

cari tau aja bu kades ttg kelakuannya sibambang tuh, dan nanti bisa di jadikan alat utk menolak perjodohan dara dg bambang..

2022-12-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!