Chapter 2

🌹 **Happy Reading **🌹

Setelah melakukan perjalanan yang cukup melelahka, Saat ini Jennifer dan Lola sudah berada di Italia, " Nona, ayo sekarang kita ke apartemen yang sudah Lola sediakan sebelumnya.

Jenni membalasnya dengan sebuah senyuman indah. "Ayo La, aku juga udah capek banget nih," sahutnya yang kini sudah sangat merasakan lelah yang hakiki.

Dengan segera Lola mencari sebuah taxi yang akan mengantar mereka ke apartemen yang sudah di beli sebelumnya. "Ke jalan Sssss ya pak," seru Lola dengan berani.

Bahkan Jenni saja sampai memandang kagum ke arah Lola yang begitu beraninya menyapa dan berhadapan dengan orang-orang baru, tidak sepertinya yang masih saja merasakan takut tidak beralasan.

Karna sedari kecil kehidupanya selalu di bayang-bayangi oleh ke posesifan kakaknya itu.

"Lola," panggilnya pelan pada sahabatnya itu yang sedang memejamkan matanya saat ini.

"Iya Non," Sahut Lola yang mendengar majikanya memanggil namanya itu.

Jenni mendadak kesal karna mendengar temannya itu masih saja memanggilnya dengan Nona. "Lola, aku gak mau berteman lagi sama kamu, jika kamu masih memanggilku dengan Nona," ancamnya yang langsung mendapatkan sebuah pelukan hangat dari sahabatnya itu.

Dengan merengkuh tubuh sahabatnnya itu, Lola tersenyum bahagia. "Jangan gitu dony No, eh salah Jenni, nanti kamu akan kehilangan loh kalo aku gak di sini bersama dengan kamu." jawab Lola dengan terkekeh.

Namun Jenni merasakan gejolak lain di hatinya, dia marasakan jika akan ada suatu bahaya yang sangat-sangat berbahaya saat ini.

Entah mungkin hanya perasaanya saja, atau bagaimana dia juga tidak mengerti cara mengekspresikanya.

"Ya ampun, iya-iya aku gak akan ngomong gitu lagi deh, kamu kan sangat berharga bagiku, jadi mana mungkin aku berani ninggalin kamu." Sahut Jenni yang niatanya tadi hanya bercanda kini merasakan aneh sendiri pada jantungnya. "Semoga ini hanya perasaanku saja," gumamnya dalam hati, dengan perasaan was-was.

Dan tak lama kemudian taxi itu kini berhenti di sebuah bangunan besar apartemen yang cukup mewah, "ayo Jen," ajak Lola yang saat ini tengah menarik tangan Jenni agar berjalan lebih cepat, karna mereka harus menyebrang di sebuah jalan yang ramai.

"Iya-iya sabar dong, ini juga udah cepat," Balasnya dengan memperbaiki barang-barangnya yang saat ini sedikit berantakan.

Bahkan dia tidak menyadari jika saat ini dia tengah berada di tengah jalan, hingga dia menjatuhkan ponselnya, dan melepaskan gengaman tangan Lola yang menariknya, "tunggu Lola, ponsel aku." Ucapnya kembali ke tengau jalan di saat menyadari ponselnya terjatuh.

Lola yang melihat Jenni dengan berani melepaskan tanganya dan belari ke tengah jalan itu langsung berteriak ketakutan, pasalnya Jenni belum pernah menyebrang sendiri tanpa bantuan orang lain. "Jennifer," teriaknya ketika melihat sebuah mobil berkecepatan tinggi melaju ke arah Jenni yang saat ini tengah berlutut dan terkejut melihat mobil yang datang.

Hingga dengan cepat Lola mendorong tubuh Jenni ke pinggir dan membiarkan dirinya ke tabrak mobil itu.

"Aaaaaaarrrgggghhhhh," teriak Lola dengan kencang.

Buggghhhhhhh mobil itu menghantamnya dengan sangat keras hingga dirinya sempat terpental beberapa Centi menter.

Sedangkan Jennifer sudah duluan pingsan karna kepalanya yang terebetur trotoar jalan hingga mengeluarkan darah segar dari kepalanya itu.

Orang yang menabrak Lola, saat ini segera keluar dari mobilnya untuk mengecek keadaan mereka. "Bagaimana keadaan mereka?" tanyanya seseorang itu dengan dingin.

"Masih hidup Lord, apa kita harus segera membawa mereka ke rumah?" tanya Asisten pribadinya yang merasa bersalah, karna dirinya lah yang menabrak wanita ini.

"Bawa mereka ke rumah sakit sekarang!" Perintah pria itu tegas menandakan bahwa dia bukalah seorang pria yang lari dari tanggung jawabnya.

"Baik Lord," jawab Robert Asisten Arvan.

Ya, pria itu bernama Arvan Varizal Manopo, yang merupakan pengusaha terkaya di Dunia sekaligus penguasa kerajaan bisnis Dunia.

Siapa yang tidak mengenalinya, pria yang berusia 30 tahun ini, adalah seorang pria yang sangat sukses dengan segala kemurahan hatinya.

Selama perjalanan, Arvan tak henti-hentinya memandang ke arah wajah Jenni, senyum tipis muncul dari sudut bibirnya. "Menarik." Gumamnya dalam hati.

Sesampainya di Rumah Sakit dengan cepat Robert langsung memanggil seluruh staf rumah sakit yang merupakan milik tuanya itu.

"Cepat selamatkan kedua nyawa ini! Jika tidak nyawa kalian yang akan menggantikanya." Ancamanya yang paling berbahaya.

Dengan meneguk salivanya kasar, para staf rumah sakit itu meangguk patuj akan perintah Robert yang merupakan tangan kanan dari Arvan itu.

Dan setelah itu, para staf membawa kedua korban itu ke dalam ruangan yang berbeda.

Robert yang mengikuti dan menunggu korban Lola, sedangkan Arvan dengan santai menunggu Jenni yang saat ini sudah selesai di tangani.

Karna memang lukanya hanyalah luka kecil, sehingga dirinya hanya perlu mendapatkan sedikit obeservasi saja.

"Eeengguhhh," leguhanya yang menandakan jika dia sudah sadar dari pingsanya.

Arvan yang melihat wanita itu sudah sadar, kini mendekat ke arahnya. "Aku di mana?" Tanyanya bingung, namun belum menyadari sosok pria yang berada satu ruangan denganya.

Bahkan Arvan sampai menaikan alisnya sebelah, melihat wanita yang sama sekali tidak menganggap keberadaanya.

Di saat Arvan ingin membuka suaranya, Jenni teringat akan sesuatu dan segera berlari keluar ruangan. "Lola,,kamu dimana hisk,,hikss Lola," tangisnya ketika mengingat sahabatnya yang tertabrak tadi menggantikan dirinya.

Dia berlari ke menuju bagian administrasi mencari data korban kecelakaan tadi. "Permisi sus, tadi ada korban kecelakaan tadi di bawa kemana?" Tanyanya langsung to the point dengan tangisan yang sudah tak mampi terbendung lagi.

Bahkan dia sama sekali tidak menyadari jika sedari tadi Arvan mengikutinya.

"Dia masih berada di ruangan ICU Nona, di sebelah sana," tunjuk suster itu, menunjuka ruangan tempat Lola berada.

Dengan segera Jenni langsung berlari ke arah ruangan itu, dia ingin segera mengetahui bagaimana keadaan dari sahabatnya itu.

"Lolaaaa,, hisskk,,hiskk, Lola," tangisnya berdiri di depan pintu ruangan itu sambil menggedor-gedornya.

Beruntung pemilik rumah sakit tengah bersama denganya saat ini, jadi beberapa staf yang lewat hanya membiarkanya saja tanpa berani menegurnya.

Bahkan Robert sampai memberikan sebuah kode kepada Arvan untuk menunggu perintah selanjutnya, namun Arvan hanya memberikan Kode agar Robert tidak melakukak apa pun untuk saat ini.

Cklllleekkkk. Pintu ruangan itu terbuka, memperlihatkan seorang wanita paruh baya yang di yakini sebagai Dokternya keluar dari ruanganya itu.

"Dok,,dok bagaimana keadaan teman saya Dok?" Hiskk,,hisk dia baik-baik saja kan Dok, dia baik kan," ucapnya penuh harapan, berharap jika Lola baik-baik saja saat ini.

Namun Dokter itu tidak menjawab pertanyaan Jenni, Dokter wanita itu malah terdiam tanpa berani membuka suaranya.

Jenni yang merasa tidak mendapatkan respon jawaban dari Dokter itu, kini memaksa menerobos masuk untuk melihat keadaan sahabatnya itu.

Tapi langkahnya terhenti karna Robert menarik tangan Jenni untuk menghentikanya. "Tenangkan dirimu Nona, biarkan Dokter menjawabnya terlebih dahulu." seru Robert dengan tenang.

**To be continue. **

Jangan lupa Like,Komen,Hadiah,Dukungan dan Votenya ya semua para pembaca yang terhormat, biar Mimin lebih rajin lagi Updatenya😘😘

Terima kasih🙏🏻🙏🏻

Follow IG Author @Andrieta_Rendra

Terpopuler

Comments

Lyana Gunawan

Lyana Gunawan

aku hadir di sini

2023-04-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!