keesokan harinya, Javis langsung keluar dari kamar untuk melihat dan mengawasi pekerjaan para pegawainya yang sedang di kebun cengkeh.
ya hari ini jadwal panen, dan juga ada panen tembakau di kota sebelah.
Javis pun ke tempat Mei untuk sarapan, "selamat pagi mas, mau pesan apa, semua lengkap disini?" tanya Yuni yang sedang berjaga di depan.
"pagi, apa aku boleh bertemu dengan Mei, aku ada urusan dengannya," kata Javis.
"aduh kenapa sih, semua cowok yang ganteng ini mencari mbak Mei, padahal aku juga tak kalah cantik loh," kata Yuni yang langsung masuk.
Javis merasa tak suka melihat perangai Yuni, terlihat dari dalam rumah ada sosok wanita yang dia tunggu dari dalam rumah.
Javis tersenyum hangat melihat hadis itu, "apa aku datang terlalu pagi?"
"tidak mas, jadi apa keputusan," tanya Mei yang duduk dengan membawa susu jahe hangat untuk pria itu.
"aku dan seluruh anak buah ku akan sarapan di sini, dan begitupun makan siang, nanti ada yang ambil dan berbeda orang karena tempat kerja kami beda, dan untuk sore hari, bisa di ambil anak buah ku, atau aku jika kamu sibuk, tolong telpon ke nomor ku," kata Javis.
"baiklah juragan, boleh aku panggil seperti itu?"
"jangan panggil begitu, panggil mas saja agar terlihat akrab, seperti saat ini," kata Javis lembut.
"baiklah mas Javis," jawab Mei yang langsung mencoba nomor itu dan membuat Javis terkekeh pada Mei.
dia pun pamit untuk menyiapkan sarapan, benar saja tak lama rombongan anak buah Javis datang.
mereka langsung duduk dan Wenda yang mencatat pesanan. Yuni melihat para pria itu dengan seksama.
dan sesaat matanya bertatapan dengan Deni, pria itu tersenyum manis dan sopan.
Yuni langsung menunduk, "aduh jantungku tak sehat," gumamnya yang menyiapkan semua pesanan di bantu Mei.
Wenda dan Yuni yang sekarang mengantar makanan, setelah selesai sarapan, Deni pun bangkit untuk membayar.
Yuni yang langsung melayani pria itu, "jadi total semuanya berapa mbak?"
"tadi pesanannya, teh hangat tujuh, nasi pecel komplit delapan, dan kerupuk tambah tidak?"
"kerupuknya sepuluh, sama gorengan enam," jawab Deni.
"semua jadi seratus empat ribu," kata Yuni.
"seratus ribu saja," kata Mei Dati belakang.
"loh mbak itu tadi susu jahe belum di itung loh," kata Deni protes
"gak papa, itu ucapan terima kasih saya untuk mas Javis, sudah Yuni seratus ribu saja," kata Mei tetap kekeh pada pendiriannya.
dia pun mengambil uang seratus ribu, Deni memasukan uang Lima ribu itu ke kotak amal yang ada di warung itu.
Javis pun tersenyum dan pamit bersama yang lain.
Yuni kaget melihat uang kertas itu ada tulisan nomor ponsel Deni, dan setelah membacanya, dia pun menukar uang itu dengan uang miliknya.
"ah... semoga jodoh," gumam Yuni senang.
Javis memutuskan berangkat ke Probolinggo siang itu dan mengirimkan pesan pada Mei untuk menyiapkan makan siang cuma lima karena dia keluar kota.
Javis sampai di kota yang sempat dia tinggali beberapa waktu yang lalu, semua warga tunduk padanya dan memberi hormat.
"juragan Javis datang, bilang Nyai," kata salah satu penjaga kebun tembakau itu.
pria itu langsung lari ke arah rumah besar, Javis pun turun bersama Iwan dan Dono supir truk yang kali ini ikut menemani.
"Nyai.. Nyai... juragan Javis datang, beliau ada di kebun sekarang," panggil pria itu dengan keras.
"apa mas Javis datang," kata wanita itu dengan senang
dia pun langsung mengambil sweater rajut miliknya dan topi, dia membiarkan rambut panjangnya tergerai begitu saja.
dia memacu motornya untuk menemui pria yang sudah lima bulan ini tak menemuinya.
dia sangat rindu pada pria itu, sesampainya di kebun, ternyata Javis sedang mengawasi para pekerja yang panen.
dia langsung lari dan memeluk tubuh kekar pria itu dari belakang, "suamiku akhirnya kamu datang..." katanya dengan senang.
Javis tak bergeming sedikit pun, dia tetap fokus dalam pekerjaannya. "kenapa kamu keluar, seharusnya kamu istirahat, aku kesini untuk bekerja," katanya dengan dingin.
"kamu jahat sekali, sudah lima bulan kamu hanya mengirimi aku pesan, apa salahnya jika aku seperti ini, jangan jahat seperti itu," gumamnya.
"baiklah, sekarang kamu pulang dulu, nanti aku akan mampir ke rumah,"
"baiklah, janji akan pulang ya," kata wanita itu yang terlihat begitu bahagia.
Javis mendapatkan ciuman di pipinya, tapi dia segera mengusapnya dengan tangannya saat wanita itu pergi.
saat sepeda motor itu menjauh dari perkebunan itu, Javis menatap tajam pada para pekerja.
"siapa yang memberitahu wanita itu jika aku disini, jawab!!" bentak Javis.
semua orang diam, mereka tau benar bagaimana Javis saat marah, pria itu tak segan membunuh orang.
"aku tanya sekali lagi, siapa yang memberitahu,jika tak ada yang mau jujur, aku akan pastikan kalian semua menyesal," ancamnya.
sosok pria yang tadi memanggil wanita itu pun maju, "maafkan kelancangan saya juragan, tapi ini perintah mas Agus, karena Nyai beberapa bulan ini terus sedih, kami satu desa kasihan melihatnya," kata pria itu.
Javis langsung mencekik pria itu, sedang Iwan tetap santai mengawasi yang kain bekerja.
"kamu sudah bosan hidup rupanya, kalian tau benar kenapa aku tak pernah pulang kesini, jadi jangan jadikan alasan hanya karena melihat wanita itu sedih brengsek, dan untuk mu Agus, sekali lagi kamu lancang, aku akan memotong lidah mu itu dan seluruh keluarga mu,mengerti!!" bentaknya.
"ngap- ngapunten juragan," jawab pria itu tergagap.
"lanjutkan pekerjaan kalian," kata Iwan.
kini Javis tak bisa bersembunyi lagi, dan harus pulang ke rumah, jika tidak pasti akan ada masalah besar.
dia pun memutuskan untuk pulang dengan di antar Agus yang masih gemetar.
dia sampai di depan rumah, tapi tak mau masuk kedalam rumah besar itu, dia santai menikmati rokok miliknya di teras.
"Nyai juragan sudah sampai," panggil Agus.
wanita itu berlari ke depan, "loh kok gak masuk, padahal aku sedang masak makanan untuk mu mas,"
"tak usah basa basi, aku kesini cuma untuk menepati janjiku, karena setelah panen selesai aku akan kembali ke tempatku yang seharusnya," jawab habis dingin.
"tapi mas, ini rumah ku, kamu bahkan tak mau melihat anak kita," kata wanita itu.
mendengar itu Javis mencengkram erat dagu wanita itu, "hei brengsek, sudah ku katakan jangan sebut anak itu anakku, aku tak pernah menyentuh mu, bagaimana bisa kamu hamil anak ku!!"bentak Javis marah.
"Javis Priyambudi, jangan berani menyakiti cucu menantuku!!" teriak seorang pria dari dalam rumah.
Javis mendorong wanita itu hingga tersungkur di kaki pria itu, "kamu menjilatinya bukan, terus lakukan, dan jangan harap aku mengakui mu, toh dia bahkan tak mengakui ayah ku, jadi nikmati hartanya, rawat dia, jika perlu minta dia meniduri mu agar bisa menguasai hartanya, toh aku tak peduli,"
"Javis jaga bicaramu pada Sahara!!" bentak kakek Budiono yang ingin memukulkan tongkatnya pada Javis.
tapi pria itu menahannya, dan menatap sang kakek tajam, "aku sudah mengikuti keinginan mu, jadi jangan berulah, atau aku akan lupa siapa dirimu brengsek," kata Javis menghempaskan tongkat itu yang membuat pria tua itu oleng.
Javis pun pergi dengan marah, "kenapa kamu diam, cepat antar aku ke sawah bodoh," maki pria itu pada Agus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
nobita
loh loh.. Javis sudah menikah toh..?
2025-01-21
0
Alea Wahyudi
pasti ada sesuatu di balik pernikan javis sm Sahara ,kok bs mas javis kasar gitu sm istrinya
2023-01-23
1
🅰️đ₳ɽ₳
Nikah krna terpaksa ms javis 😕
2022-12-29
0