Abel demam tinggi. Dia terus mengigau. Abel harus dirawat bahkan dipasang infus di rumah sakit. Arga dan mamanya yang berjaga di sana.
"Sayang, kenapa kamu bisa sampai sakit sih? Hati papa lebih sakit lihat kamu seperti ini sayang. Apa karena tadi menangis soal Keira ya ma?"
Arga berdiri di samping ranjang anaknya. Sementara mamanya duduk di sebelah dia. Dia mengusap kepala anaknya yang masih belum sadarkan diri. Kata dokter tidak apa-apa. Asal sudah tak mengigau lagi. Panasnya setelah diberi obat dan infus juga sudah lebih rendah.
"Gak tahu juga ga. Mungkin, tapi kita juga tidak bisa menyalahkan Keira kan."
"Iya sih. Kenapa namanya mesti sama sih ma. Dari banyaknya nama yang ada di dunia ini. Kenapa juga takdir harus mempertemukan mereka."
Mamanya tak tahu harus mengatakan apa lagi. Dia menepuk pundak Arga yang setengah menunduk. Mamanya meminta Arga untuk pulang dan istirahat di rumah. Tapi bagaimana Arga bisa meninggalkan anak tersayangnya.
"Mama tidur saja dulu. Aku yang jaga disini, duduk di sini, di dekat Abel ma."
Arga juga khawatir, mamanya sudah tua. Mamanya lebih butuh istirahat. Mama Arga pun mengalah. Dia tahu banyak kekhawatiran Arga. Dia tak mau mempersulit Arga juga. Dia tidur di sofa. Setelah beberapa menit mencoba menutup matanya, memejamkan matanya, mencoba tidur. Akhirnya mama Arga benar-benar bisa tidur. Arga melihat sang mama.
"Sebentar ya sayang. Papa lihat nenek dulu."
Arga pamit kepada Abel yang masih belum sadarkan diri. Dia melihat mamanya. Tak berselimut tidur di sofa. Akhirnya Arga mengambil selimut dan menyelimuti mamanya.
"Mama pasti sangat lelah juga. Aku juga ma. Andai ada keira. Kenapa kamu ninggalin aku dan anak kamu gitu aja Leo."
Maksud Arga adalah Keira istrinya yang sudah meninggal. Arga kembali ke dekat Abel. Dia melihat foto-foto dirinya dengan Keira dulu. Kenangan mamanya Abel masih tersimpan lekat di dalam ponselnya. Lama kelamaan Arga juga lelah dan tertidur.
***
Paginya Arga sampai bangun ke siangan. Sudah ada dokter dan suster yang datang untuk memeriksa Abel. Abel juga sudah sadar. Mamanya sudah di samping Arga.
"Ga, bangun. Sudah siang, kamu gak ke kampus untuk mengajar?"
"Emm, apa ma?"
Arga baru bangun setelah kepadanya diusap sang mama. Dia mengerjapkan matanya beberapa kali dan melihat sekitar.
"Hai sayang, sudah bangun? Sudah lebih baik?" Tanya Arga kepada sang anak.
Able hanya mengangguk dan tersenyum. Arga melihat jendela rumah sakit. Sudah pagi.
"Ini jam berapa?" Arga baru sadar.
"Jam sembilan." Kata sang dokter yang menjawab Arga.
"Aduh saya telat. Ma, aku ke kampus y. Sayang maaf ya papa tinggal. Gak apa-apa kan?"
"Iya papa."
Arga pamit kepada mama dan anaknya. Dia mencium kening sang anak. Dapat dia rasakan kalau demam Abel sudah tak begitu tinggi seperti dulu. Arga bergegas keluar dari rumah sakit. Dia menuju ke rumah lebih dulu, mandi dan siap-siap.
***
Keira ada di kostan. Dia juga sedang siap-siap untuk ke kampus. Setelah sarapan roti yang dia beli kemarin dengan Keira, lalu hanya minum teh hangat.
"Ahh, ini telat lagi sih ini alamat."
Semalam Keira begadang mengerjakan makalah orang. Sebenarnya dia itu pintar. Dia mengambil beberapa job, seperti membuatkan makalah atau tugas orang lain untuk mencari uang tambahan. Keira keluar kostan dengan terburu-buru.
"Adohh. Kena omel dosen galak lagi nih ahh."
Keira buru-buru mengunci pintunya. Dia lari ke jalanan untuk mencari ojek. Keira langsung menghentikan ojek yang ada.
"Pak ke kampus. Secepat kilat."
Keira menepuk pundak tukang ojek. Tapi bukannya cepat, dia lambat sekali. Keira meminta turun.
"Berhenti pak. Bapak dibelakang saja."
Keira meminta tukang ojeknya turun. Dia meminta tukang ojeknya pindah ke belakang. Memberikan beberapa map yang dia bawa dan dia yang membawa motornya.
Wuzz..
"Neng, pelan-pelan."
Dalam sekejap Keira menancap gas motornya dengan kecepatan tinggi. Tukang ojek yang dibelakang Keira yang panik.
"Neng, motor saya ini neng. Kalau kenapa-kenapa gimana?"
"Gak akan. Saya jago."
Keira menenangkan tukang ojek di belakang. Tak lama dia sampai, dia membayar kang ojek itu lalu lari masuk ke kampus.
"Eh, pak lupa helm."
Keira sampai lupa melepas helmnya. Keira kembali dan mengembalikan helmnya. Dia lari lagi.
Bruk
Keira mau masuk ke kampus. Dia bertabrakan lagi dengan Arga yang juga telat. Keduanya saling menatap.
"Saya duluan yang masuk. Bapak gimana kok telat?"
Keira melangkahkan kakinya masuk lebih dulu dari pada Arga. Dia balik memarahi Arga. Keira cengengesan.
"Bapak gak bisa marahin saya ya. Saya kan gak telat. Bapak marahin diri bapak sendiri aja."
Keira dengan senangnya masuk ke kelas dan duduk manis di kursinya. Arga diam saja. Dia memberikan materi seperti biasa. Ahh satu hal lagi.
"Keira putri, kemari."
Arga sudah memeriksa makalah Keira. Tapi kurang satu hal. Kesalahan yang sangat fatal. Keira dari kursinya turun dan berjalan menuju ke meja Arga.
"Ini makalah siapa?"
Arga memberikan makalahnya kembali kepada Keira. Mampus, dia salah bawa. Pantas dicari tak ada.
"Ini? Iya pak, maaf. Punya teman, buat contoh saya. Bapak kan yang main ambil. Mana saya gugup kemarin mau kebelakang. Ya jadi salah."
Keira mengambil map makalahnya dari Arga. Sebenarnya itu makalah yang dipesan orang.
"Sana kembali ke tempat duduk dan kamu, secepatnya serahkan makalah kamu."
"Iya pak."
Keira lega Arga tak tahu yang sebenarnya. Keira kembali ke tempat duduknya. Arga juga memberi materi lagi. Sampai kelas selesai. Keira heran, abel tak ikut. Setelah selesai kelas, Keira lari mengejar Arga yang sudah keluar.
"Pak, Abel mana? Kok gak ikut?" Tanya Keira yang tiba-tiba muncul di samping Arga.
"Di rumah. Kenapa?" Tanya balik Arga. Keira menggeleng.
"Gak apa-apa sih. Cuma tanya, Abel sehat kan pak? Sama mamanya bapak juga?"
"Mama sehat. Abel yang kurang sehat."
"Maksudnya?" Keira panik. Dia menahan tangan Arga dan menggenggam bahu Arga untuk berhadapan dengannya.
"Abel di rumah sakit. Kemarin demam."
"Kok bisa."
"Dia kemarin nangis. Hampir seharian. Tapi gak apa-apa. Ini juga bukan urusan kamu."
Arga menepis tangan Keira. Dia kembali jalan. Arga tak mau Keira terlibat dengan dirinya lagi.
"Pak, saya mau jenguk Abel. Rumah sakitnya dimana?"
"Jangan, dia gak mau ketemu sama kamu."
"Kenapa?"
"Inget kemarin di supermarket, yang ice cream itu?"
Keira mengangguk. Arga menceritakan semuanya. Keira menyesal mendengar itu. Tapi kan memang dia bukan mamanya. Arga jalan begitu saja. Keira bingung harus bagaimana.
"Sayang, makalah aku mana?"
"Iya sayang. Bentar ya, maaf ya. Kemarin ternyata kebawa aku dan aku kasih dosen aku."
Keira mendapatkan telepon seseorang. Dia segera menuju ke tempat dimana orang itu menelpon.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Cornelia Pujiastuti
Sedih Abel sKit ,, satuokan mereka thor buat merka saling sayang ,, d mengasihi ,,ditunggu up yaa
2022-12-04
1