DOSEN DUDA

DOSEN DUDA

DOSEN DUDA

"papa, Abel mau ikut ke sekolah."

Namanya Argantara, kalau di kampus yang lama biasanya dipanggang pak Arga.  Tapi kali ini Arga dapat tugas di kampus baru. Hari ini dia baru mau berangkat, tapi sang anak sudah merajuk ingin ikut. 

Ya, Arga bukannya masih bujang.  Dia sudah pernah menikah dengan sahabatnya sendiri, hingga memiliki anak, tapi istrinya meninggal ketika melahirkan Abel.  Namanya Keira. 

Arga baru saja selesai makan.  Dia makan dengan cepat karena dia tahu Abel akan seperti ini, hampir setiap pagi.   Tapi dia terlambat.  Abel sudah bangun dan lari ke ruang makan. Abel masih berusia lima tahu, menginjak enam. 

"Emm," Arga bingung mau menjawab apa.  Kalau tak dibolehkan, anak ini bisa menangis hampir seharian.  Nanti ujungnya sakit.  Arga tak tega. 

"Kan Abel belum mandi.  Baru bangun.  Nanti kalau ikut papa, mahasiswa yang diajar papa bau, gimana? Gak kasihan sama kakak-kakaknya?"

Arga menghela nafas lega.  Untung ada ibunya, neneknya Abel yang sangat membantu Arga untuk menjaga Abel.  Kalau tidak, dia tak tahu harus bagaimana.  Arga hanya tinggal dengan ibunya, ayahnya sudah lama meninggal.  Kakek dan nenek Abel dari istrinya ada di luar kota.  Kadang mereka sayang untuk menjenguk.  Arga juga mempekerjakan satu babysister untuk membantu ibunya mengurus Abel. 

"Iya tuh bener kata nenek.  Gimana hayo?" Arga menunduk dan mengusap pipi anaknya yang cantik itu. 

"Mandi dulu gimana?" Tanya Arga menatap mamanya.  Dia sedang merencanakan sesuatu dengan sang mama.

"Iya.  Yuk mandi sebentar." Kata mamanya Arga kepada sang cucu.

"Tapi jangan ditinggal ya abelnya papa.  Awas saja kalau papa tinggalin Abel.  Abel marah sama papa.  Abel gak mau jadi anak papa."

"Ok.  Gak akan ditinggal."

Arga sudah janji kepada Abel.  Tapi dia harus segera ke kampus.  Arga pergi dengan mobilnya.  Dia meninggalkan Abel yang sedang mandi. 

***

"Ayo nenek, cepat."

Abel sedang mandi bantu neneknya.  Dia sudah meminta kepada neneknya untuk cepat.  Neneknya sedang memakaikan baju untuk Abel. 

"Iya sayang, sebentar.  Pelan-pelan.  Papa pasti nunggu kok nanti."

Neneknya mencoba menenangkan Abel.  Sampai selesai, bahkan rambut Abel yang biasanya suka minta dia ikat dua pun kali ini tak sempat.  Abel langsung lari ke depan. 

"Papa Abel sudah siap."

Tadi Arga bilang dia akan menunggu di ruang tamu.  Abel lari ke ruang tamu.  Tapi begitu dia sampai, Abel tak melihat papanya disana. 

"Papa, papa ninggalin Abel ya?"

Abel menangis mencari papanya.  Dia sampai ke luar rumah, membuka pintu rumah, mendorongnya dengan susah payah.  Sang nenek pun menyusul Abel.

"Mobil papa sudah tidak ada. Papa bohong, papa ninggalin Abel.  Katanya mau nungguin Abel."

Abel tak henti menangis mencari mobil papanya. Nenek Abel keluar, dia mendekati Abel dan mencoba menenangkannya. 

"Sayang, kata papa, papanya sudah terlambat.  Disuruh nyusul sama nenek abelnya ke kampus.  Jangan menangis ya.  Yuk susul papa."

"Bener nenek?"

Abel senang sekali mendengar ucapan neneknya.  Neneknya mengangguk.  Dia memanggil supir untuk memanaskan mobilnya. Neneknya ke dalam rumah dulu untuk mengambil tasnya.  Abel menunggu di depan. 

"Mau diikat tidak rambutnya Abel?"

"Tidak usah nenek.  Papa pasti sudah nunggu Abel disana."

Abel menolak.  Neneknya pun mengangguk.  Mereka masuk ke dalam mobil.  Duduk di belakang.  Supir menjalankan mobilnya ke kampus Arga.

"Ke kampus yang dulu, nek?"

"Bukan.  Pak supir gak tahu?"

Supirnya tak tahu alamat kampus baru tempat Arga mengajar.  Nenek juga tak tahu.  Nenek mencoba menelpon Arya berkali-kali. 

***

Arga sudah sampai di kampus.  Dia memarkirkan mobilnya di depan kampus, tempat parkir mobil dan motor yang lain juga. Arga masuk ke ruang dekan dulu, baru dia diberitahu ruang kelas tempat dia mengajar juga diberikan. Jadwalnya. 

"Baik pak.  Terima kasih.  Saya bisa sendiri."

"Maaf ya pak.  Saya ada rapat dengan kepala yayasan diluar atau tanya ke mahasiswa yang lain saja.  Minta tolong mereka."

Tadinya dekan mau mengantar Arga sampai ke kelas tempat dia mengajar.  Tapi dia lupa ada meeting.  Akhirnya tak jadi.  Arga pun tak masalah dengan itu.  Dia jalan sambil melihat-lihat.  Di kampus itu juga ada denah.  Arga memotretnya untuk jaga-jaga. 

"Desain komunikasi visual, ruang dua."

Arga melihat denahnya lagi.  Dia menelusuri apa yang ada di denah. Naik tangga sampai ke ruang ujung. 

Bruk!

Sampai ada mahasiswi yang lari.  Arga baru mau masuk kelas.  Dia tak sengaja bertabrakan dengan mahasiswi itu.  Namanya Keira. 

"Kalau jalan pakai mata dong."

Keira malah marah-marah kepada Arga. Keira tak tahu kalau Arga adalah dosen tamu yang menggantikan dosen desain komunikasi visual. Sebenarnya juga bukan salah Arga. Dia sudah sampai di depan kelas duluan. Mau masuk ke kelas lebih dulu. Keira yang takut telat lari, dia main serobot, mau masuk dan menabrak Arga.

"Tidak sopan sekali untuk seorang mahasiswi. Pasti mahasiswi yang bandel."

Arga geleng kepala melihat Keira memarahi dia. Dia tak memperdulikannya. Dia tak mau kesan pertama masuk terlihat galak. Apa lagi bertengkar dengan mahasiswi seperti Keira.

Keira duduk di kursinya. Arga pun berjalan masuk setelah Keira masuk tadi. Arga berdiri di depan kelas dan memperkenalkan dirinya.

"Selamat siang semuanya."

Hari sudah jam sembilan. Jadi pantaskan disebut siang. Semua mahasiswa yang ada di dalam kelas pun membalas sapaan Arga. Termasuk Keira.

"Kok suara pak Hardi beda?"

Keira bingung. Pak Hardi itu dosennya yang galak. Keira yang sedang mengambil laporan di tasnya mendongak melihat ke depan. Dia melihat Arga yang tadi dia maki berdiri di depan.

"Ngapain tuh orang disana? Kurang kerjaan mahasiswa baru apa? Gak tahu saja kalau pak Hardi galak."

"Saya argantara, dosen pengganti pak Hardi karena beliau sedang sakit. Semoga kalian bisa menerima saya sebagai dosen sementara disini dan kita bisa bekerja sama juga belajar bersama dengan baik."

"Hah?"

Keira kaget. Dia dosen. Mampus Keira tadi. Sudah dia harus mengumpulkan tugas, ke pak Hardi yang diabaikan di depan saja susah. Apalagi ini, dia maki tadi.

Keira mencoba menutupi wajahnya sepanjang kelas. Sampai selesai kelas. Kelas hampir bubar.

"Maaf sebelumnya, siapa disini yang bernama Keira putri?"

"Dia pak."

Mereka menunjuk ke belakang. Tempat Keira duduk. Keira mengangkat tangannya sambil menutupi mukanya dengan map.

"Saya diminta pak Hardi untuk mengecek laporan kamu? Mana?"

"Yang lainnya, silakan kalau mau istirahat."

Semua mahasiswa yang tak berkepentingan pun pergi. Kecuali keira. Keira turun dan menemui Arga. Dia menggeleng.

"Apa?"

"Pak, maaf. Laporannya belum selesai."

Arga tak paham apa yang dimaksud keira. Keira berbohong, padahal laporan yang dia pegang dan dia gunakan untuk menutupi wajahnya itu tak lain laporan tugasnya.

"Tunggu, itu apa?"

Salahnya Keira, dia menghadapkan judulnya ke depan dan Arga melihatnya.

"Sini. Kamu?"

Arga mengambil laporan Keira dengan paksa. Dia kaget melihat wajah Keira. Keira cengengesan di depan Arga.

Terpopuler

Comments

💞🅒🅗🅐🅝🅣🅘🅚༊⃝𖥯

💞🅒🅗🅐🅝🅣🅘🅚༊⃝𖥯

aku mampir thor

2022-12-14

0

Cornelia Pujiastuti

Cornelia Pujiastuti

Kayaknya seruuu nie ,, sayang br up

2022-12-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!