"pak, saya kebelet. Saya mau buang air kecil, saya ke toilet ya pak. Nanti saya buang air kecil disini kan gak lucu pak."
Keira hanya beralasan saja untuk kabur dari Arga. Dia lari keluar dari ruangan. Arga tak henti geleng kepala melihat tingkah keira. Bahkan namanya sama dengan mendiang mantan istrinya. Tapi perilakunya sangat beda. Keiranya sangat manis dan pintar. Mahasiswi yang baik dulu. Arga membawa filenya. Dia ke ruang dosen. Ada meja yang disiapkan untuk Arga. Arga akan memeriksanya disana.
***
Keira tak ke toilet. Dia malah pergi ke kantin. Perutnya keroncongan. Dia lapar, tadi pagi tak sempat makan. Karena kabur dari Arga dia tak lihat jalanan yang dia lewati tak lihat kanan dan kiri.
Abel juga baru sampai disana. Dia lari-larian mencari papanya. Neneknya yang dibelakang yang kewalahan mengejar Abel.
"Sayang, Abel. Jangan lari-larian. Nanti kalau jatuh bagaimana? Nenek tidak bisa lari."
Nenek Abel menyerah. Dia berhenti. Nafasnya sesak. Dug! Abel malah bertabrakan dengan keira. Untung Keira cepat tanggap. Dia menunduk dan menahan tangan abelnya yang mau jatuh.
"Aduh, sayang kamu gak apa-apa? Maaf ya tadi kakak dikejar dosen galak."
Keira berlutut dan memeriksa seluruh badan Abel. Abel mengangguk kepada Keira. Neneknya menyusul di belakang.
"Maaf ya kakak. Abelnya nabrak kakak."
Neneknya abel yang minta maaf. Keira mengangguk, namanya Abel. Nenek Abel terlihat sesak nafas. Keira yang melihat itu jadi khawatir.
"Ibu, ibu gak apa-apa. Duduk istirahat dulu. Ibu sesak nafas ya?"
Keira membantu nenek Abel untuk duduk. Dia juga mengandeng Abel agar tidak hilang di kampus yang luas ini.
"Saya kejar cucu saya. Dia mau cari papanya yang ngajar disini. Jadi saya sedikit sesak nafas."
"Ibu duduk disini, saya belikan minum dulu ya. Cucunya biar sama saya, nanti saya antar ke sini. Sekalian nanti cari papanya. Gimana ibu? Atau mau ke ruang rawat di kampus saja?"
Nenek Abel tak mau. Keira bertukar nomor telepon dengan neneknya Abel agar lebih mudah berkomunikasi nanti. Dia mengajak Abel ke kantin.
"Yuk sayang, belikan nenek kamu minum dulu. Besok-besok, gak boleh gitu. Kasihan kan neneknya jadi capek kejar kamu dan sesak nafas. Kamu gak sayang sama nenek kamu?"
"Maaf ya nenek. Abel kan mau cari papa."
Abel meminta maaf kepada neneknya. Neneknya mengangguk saja. Keira dan Abel ke kantin bersama. Abel digandeng Keira. Abel menggoyang-goyangkan tangan Keira. Abel seperti senang sekali. Keira yang melihat Abel yang cantik dan menggemaskan pun akhirnya ikut senang.
Mereka ke kantin dan membeli minuman. Juga cemilan untuk dirinya sendiri dan Abel.
"Abel mau minum atau mau makan apa? Mau jajan apa?"
Abel yang pendek tak sampai ke atas. Melihat ke atas. Keira pun menggendong Abel. Abel menunjuk banyak ciki. Setelah itu Keira membayar semuanya. Mereka kembali ke nenek mereka.
"Ibu ini minum dulu."
Keira memberikan air mineral kepada nenek Abel. Nenek Abel istirahat sambil minum. Abel juga minum susu kotak dan juga cikinya. Keira ikut istirahat disana dan makan disana juga.
"Kei, siapa? Anak sama ibu mertua Lo?"
Salah satu teman keira tak sengaja lewat didepan keira. Mereka memang suka bercanda. Keira hanya menggeleng.
"Gak masuk ke kelas, Ra?"
Oh iya sampai lupa. Keira masih ada kelas, mana kelasnya desain komunikasi visual dan yang ngajar Arga lagi.
"Aduh, gimana ini ya. Ibu, ini saya harus masuk kelas. Mau saya temani cari papanya Abel, tapi dosen saya galak."
"Gak apa-apa. Nanti kita cari sendiri saja. Saya telepon papanya Abel supaya jemput ke sini."
"Oh ya sudah. Sayang, sorry ya."
Keira langsung bisa akrab dengan Abel. Dia tos dengan Abel. Keira melambaikan tangan dan lari ke kelasnya. Abel dan neneknya bertanya kepada beberapa mahasiswa yang lewat. Ruang dekannya untuk bertanya dimana Arga mengajat mungkin.
"Itu Bu. Lurus saja. Ujung ruang dekan."
Nenek dan Abel pun kesana. Kali ini Abel berjalan menggandeng neneknya. Dia ingat ucapan Keira. Mereka ke ruang dekan dan tanya dimana Arga. Dekan pun mengantar keduanya ke ruangan Arga.
"Tapi nanti Abel tidak boleh ya ganggu papa yang sedang mengajar. Kalau sudah besar, Abel mau kuliah disini tidak?"
Dekannya malah menggandeng Abel dan mengajak Abel bercanda. Abel mengangguk.
***
"Sudah paling telat mengumpulkan laporan. Sekarang masuk ke kelas saya juga telat. Kamu kebiasaan ya telat?"
Keira baru saja masuk. Padahal dia sudah lari secepat yang dia bisa. Tapi teranyata Arga sudah ada di kelas lebih dulu. Dia langsung kena omel Arga.
"Maaf pak. Tadi kebelet, gak tahan pak panggilan alam. Dari pada saya buang disini panggilan alamnya. Lebih baik Saya buang di toilet kan pak."
"Kamu itu, jorok sekali. Cepat duduk ke tempat kamu."
"Baik pak."
Keira duduk di tempatnya. Dia menaruh tasnya dan membuka materinya, membuka bukunya dan mencatat materi yang diberikan Arga.
Tok
Tok
Sampai suasana mengajar terhenti karena ada yang mengetuk pintunya. Arga menoleh. Itu dekan, dekan datang dengan mamanya dan juga Abel.
"Papa."
Abel berlari dan memeluk papanya. Semua mahasiswa malah jadi berteriak histeris, manis sekali interaksi anak itu dengan dosennya.
"Maaf pak."
Arga meminta maaf kepada dekan. Dekan hanya bilang agar tak mengganggu saja. Arga meminta abel untuk pulang. Tapi dia tak mau pulang.
"Abel kan mau belajar juga papa."
"Tapi kasihan nanti neneknya kecapean kalau nunggu Abel disini sama papa."
Arga mengajak keduanya keluar. Mereka berbicara keluar. Tapi Abel tak mau pulang. Kasihan melihat ibunya capek, hari ini juga babysister Abel libur. Jadi harus ibunya yang berjaga. Dia sedang pulang kampung sebentar.
"Ibu pulang saja deh. Gak apa-apa Abel disini. Tunggu, aku suruh supir kesini."
Arga khawatir kalau ibunya jalan sendiri. Dia menelpon supirnya. Tak lama supirnya sampai. Ibunya Arga pulang, tapi Abel tetap disini. Dia ikut masuk ke ruang kelas.
"Maaf ya mengganggu. Kita mulai lagi kelasnya."
Arga meminta maaf kepada semua mahasiswa. Dia meminta Abel untuk duduk di kursinya. Keira sibuk melihat ponsel. Dia tak tahu kalau Abel itu anaknya Arga.
"Pak, maaf mau tanya. Ibunya dimana?"
"Ibunya, sudah tidak ada. Dia meninggal setelah melahirkan Abel."
"ahh, maaf pak. Kita tidak tahu."
"Gak apa-apa. Kita mulai lagi ya."
Arga kembali mengisi materinya. Semua mahasiswa juga mendengarkan dengan baik. Abel main di meja arga. Dia melirik sekeliling. Abel melihat Keira.
"Kakak."
Abel menunjuk ke arah Keira. Dia kelepasan memanggil keira dengan keras. Keira tahu suara itu. Dia menoleh dan melambaikan tangan kepada Abel.
"Hai sayang."
Semua malah menatap Keira. Arga juga. Bagaimana Abel bisa kenal mahasiswi nakal seperti Keira.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Cornelia Pujiastuti
Kayaknya seru ini ada si Abel ,,kurang deeh bacanya , tungguu up up uo banyak aja bacanya .. ,,
2022-12-02
1