"MAMA KEIRA"

"hah, ibu.  Bukan saya bukan mamanya Abel."

Keira ingin menjelaskan tapi ibu dan anak itu malah sudah pergi.  Arga terdiam, dia mencoba menahan tawa melihat ekspresi Keira. 

"Papa, yuk."

Abel yang tadinya bergandengan tangan dengan Keira langsung melepasnya.  Abel merasa sakit hati, Keira tak mau jadi mamanya?  Dia sadar sekarang, Keira bukan mamanya.   Mereka ke kasir untuk membayar.  Keira memisahkan belanjaan milik dia dan milik Abel. 

"Ini yang punya Abel, pak."

Keira memberikannya kepada Abel.  Arga mengangguk.  Keira mau menggandeng Abel.  Tapi Abel jalan lebih dulu.  Dia menarik papanya pergi.   Arga membantu membukakan pintu supermarket untuk Abel.   Keira bingung, Abel kenapa? Mungkin hanya ingin buru-buru sampai ke rumah dan melihat keadaan neneknya.   Mereka kembali masuk ke mobil.  Abel duduk di depan, Keira duduk di belakang.   Kalau sejak dari kampus ke supermarket Abel terus mengoceh dan banyak cerita ke Keira.  Ini, dia daim tak bersuara.   Keira mau mengajak ngobrol Abel tapi tak enak.  Dia juga memilih diam.   Tak lama mereka sampai di depan kostan Keira. 

"Makasih ya pak, Abel.  Belanjaannya juga."

Keira turun dari mobil Arga.  Arga sengaja menurunkan kaca mobil disisi Abel.  Arga kira Abel mau mengatakan sesuatu kepada Keira.  Tapi ternyata Abel diam saja. 

"Iya sama-sama ya Keira.  Besok jangan telat masuk kelas saya." Kata Arga kepada Keira. 

Keira tersenyum dan mengangguk.  "Tapi gak janji ya pak.  Diusahakan saja."

"Kamu itu." Arga geleng kepala karena respon Keira. 

"Ayo pa jalan, pulang." Abel dengan ketusnya berbicara kepada sang papa.  Dia bahkan sama sekali tak senyum dan tak menoleh kepada Keira. 

"Kei, duluan ya."

"Iya pak.  Hati-hati."

Akhirnya Arga yang pamitan.  Keira masih bingung Abel kenapa.  Arga menaikan kembali kaca mobilnya.  Mereka pergi dari halaman kostan Keira.

"Abel kenapa?" Tanya Arga di jalan menuju rumah. 

"Gak apa-apa." Abel menggeleng.

Arga pun percaya saja.  Dia mengangguk.  Arga sama sekali tak curiga.  Mereka sampai di rumah.  Arga turun duluan dan membukakan pintu kepada Abel.  Abel turun dan langsung lari masuk ke rumah. 

"Abel kenapa?"

Belanjaannya Abel ada di belakang.  Arga menutup pintu mobil depan dan membuka pintu mobil belakang.  Arga mengambil belanjaannya dan masuk ke rumah. 

"Nenek."

Abel masuk dan lari.  Dia mencari sang nenek.  Neneknya sedang di dapur.  Abel langsung memeluknya begitu saja dan menangis. 

"Abel kenapa sayang? Dimarahi papa lagi?"

Arga memberikan barang belanjaannya kepada bibi yang ada di dapur.  Arga heran melihat Abel menangis.  Tadi bukannya senang dengan keira. 

"Kenapa Abel ma?"  Tanya Arga kepada mamanya. 

"Justru mama yang mau tanya ke kamu.  Kamu apa kan Abel sampai dia pulang nangis.  Kamu marahi Abel di kampus ya tadi?"

"Enggak ma.  Serius, ya sempat dikit tapi tadi gak apa-apa kok.  Gak nangis.  Tadi malah ke supermarket belanja sama Keira kelihatan bahagia banget. Abel kenapa sayang?"

Arga mendekati Abel dan mengusap kepala Abel yang masih memeluk mamanya. Abel berbalik dan menatap papanya.  Dia langsung berhambur memeluk sang papa. 

"Tadi, di supermarket, kakak keiranya gak mau jadi mamanya Abel papa.  Abel sedih.  Disini sakit papa."

Abel melepas pelukannya kepada sang papa.  Dia menunjuk dadanya.  Arga mendingan menatap sang mama. 

"Kan papa sudah bilang, papa keras ke Abel itu supaya Abel gak lebih sakit kayak gini.  Gak apa-apa ya, Abel kan punya papa dan nenek, nenek dan kakeknya dari mama juga kan.  Kak Keira itu bukan siapa-siapa."

"Iya papa.  Tapi sakit papa, Abel mau menangis boleh ya papa?"

Arga mengangguk.  Dia memeluk erat sang anak, membantu Abel mengusap punggung Abel.

"Sabar ya sayang. Gak apa-apa kalau Abel masih mau menangis." Arga mencoba menenangkan Abel.

"Kasihan Abel, ga." Kata mama Arga menatap Arga dan cucunya itu. Dia berkata selirih mungkin supaya Abel tak dengar.

"Mandi dulu yuk, mau makan dulu gak sayang? Kan belum makan dari siang atau mau main ke mall? Naik kereta-keretaan atau kuda-kudaan. Apa mau beli Barbie yang baru?"

"Iya papa mau."

Arga mencoba membujuk Abel. Abel melepaskan pelukannya. Dia mengangguk dengan sumringah kepada Arga. Arga lega mendengar itu. Dia pun mengajak Abel ke kamarnya, dia membantu Abel untuk mandi dan memilih bajunya. Setelah makan di rumah keduanya langsung pergi.

"Mama ikut ya?" Mama Arga masih khawatir dengan Abel.

"Gak usah ma. Mama saja kan tadi kecapean. Mama di rumah saja. Abel aman kok ma sama aku."

"Iya nenek. Abel gak mau nenek kecapean kayak tadi. Nenek di rumah aja ya."

"Ya sudah."

Mama Arga mengantar sampai keluar rumah. Arga menyiapkan mobilnya. Abel mencium tangan dan juga pipi neneknya. Dia masuk ke dalam mobil.

"Dada nenek."

Abel masuk ke mobil dan melambai tangan. Arga juga mencium tangan mamanya, pamit pada sang mama. Arga dan Abel berangkat ke mall. Mereka bermain-main sepanjang hari di mall. Sampai sorenya baru pulang, menjelang malam. Abel tidur di mobil.

"Kasihan, anak papa kecapean sampai tidur."

Arga mengangkat dan menggendong Abel masuk ke rumah. Mamanya membukakan pintu dan juga menatap kamar Abel. Arga menurunkan Abel secara perlahan.

"Sampai tidur ga?"

"Iya ma. Main gak berhenti. Aku ambil boneka Barbie Abel dulu ya ma di mobil. Tolong lepasin sepatunya ma."

"Iya."

Arga kembali ke mobil. Dia memasukkan mobilnya ke garasi dan mengambil Barbie yang Abel beli. Setelah itu Arga mandi, ganti baju, biasanya mereka makan malam bertiga. Tapi kali ini hanya berdua.

"Mau tidur dimana malam ini ga? Kamar kamu sendiri atau temenin Abel?"

"Kayaknya temenin Abel deh ma. Kasihan tadi nangis. Tadi di kampus itu Abel kaget dengar namanya keisya sama kayak nama mamanya, mana udah ketemu kan, dijajanin juga. Bisa langsung deket gitu ma Abel. Kan tumben ya."

"Kei anak baik kok. Kamu gak suka sama kei?"

"Ma jangan mulai deh."

Arga selesai makan malam. Dia pamit kepada mamanya. Baru saja Arga masuk, Arga mendengar Abel merintih memanggil mamanya.

"Mama Keira. Abel kangen. Mama, jangan tinggalin Abel. Mama."

Abel sampai menangis. Arga panik melihatnya. Dia mencoba untuk membangunkan Abel. Tapi ketika tangannya menyentuh badan Abel, Abel sakit. Demam.

"Sayang, kamu demam."

Arga cepat-cepat menggendong Abel keluar kamar. Mamanya yang sedang membereskan meja makan panik melihat keduanya.

"Apa apa ga? Abel kenapa?"

"Demam ma. Minta supir keluarin mobil tolong ma."

"Iya iya."

Semua panik. Mama Arga berteriak memanggil Abel. Abel dibawa ke rumah sakit. Abel demam dan harus di rawat disana. Bahkan harus diinfus.

Terpopuler

Comments

RINAWATI AZZA

RINAWATI AZZA

ada typo Thor...

2023-05-07

0

Cornelia Pujiastuti

Cornelia Pujiastuti

Duh kasian Abel ,panggilkn Keira aja ,, Keira pasti kau , hanya belom siap aja ,, pd dasarmya Keira baik

2022-12-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!