Part: 5 Bianca belum siap berbicara dengan Papa

Papa masuk ke dalam kamar Bianca.

Papanya Bianca, tetap tidak percaya kalau anaknya itu sedang mengandung. Karena dia anak baik, polos dan lugu. Meskipun sang Mama, sudah memperlihatkan alat test pack yang sudah bergaris dua.

Papa kemudian berjalan ke arah kamar anaknya itu, perlahan pintu Papa buka, dan setelah pintu terbuka lalu Papa, menatap lekat anaknya, yang sedang tertidur pulas. Bianca memakai selimut yang menempel di tubuhnya, sangat lekat dia pegang, nampak terlihat Bianca kedinginan. kelopak dari matanya pun terlihat sembab karena sudah menangis.

Papa menghela napas panjang.

"Aku mau marah tapi tidak tega, kasihan sekali anakku ini," gumam hati Papa, dia pun meneteskan air mata.

Mama menatap Papa dari arah ruang tamu, Mama pun terlihat sedih melihat raut muka sang suami terlihat sedih.

Sang Mama kemudian berjalan ke arah Papa, dan menepuk pundak. "Pah, nanti saja bicaranya sama Bianca, badannya kedinginan dia sakit kasihan," Mama seakan memelas, agar suaminya itu tidak marah kepada sang suami. Papa pun menghempaskan badannya secara perlahan ke lantai, tepat di depan pintu anaknya itu. Rambutnya dia remas oleh kedua tangannya tersebut.

"Kita salah mendidik anak, Mah," Papa meneteskan air mata.

Mama mengusap-usap pundak Papa.

"Sudah Pah, nanti kalau Bianca bangun kita bicarakan. Dia tertekan karena semalam Mama marah kepada Bianca," ucap Mama.

Papa tertunduk, dia teringat masa kecil Bianca, jika Papanya datang dari luar kota karena urusan kerja, anak itu selalu minta di gendong dan membuka tasnya Papa, untuk membuka oleh-oleh yang Papanya bawa.

Baru kali ini kedatangan Papa, tidak di sambut oleh anaknya itu. Biasanya anak itu sudah menunggu di teras rumah dan bergelayut manja kepada Papanya tersebut.

Tatapan mata sang Papa terlihat kosong, masa-masa indah anaknya untuk bersekolah kembali, mungkin tidak akan terjadi, karena sang anak sedang hamil, semua sirna.

"Pah, ayo, jangan termangu disini tidak baik, ini pintu masuk," ucap Mama.

Mama pun hatinya terluka, tapi seakan air mata Mama, sudah terkuras semalam, hanya matanya yang sembab.

Akhirnya Papa pun bangkit, lalu dia kembali berjalan ke arah kursi sofa. Di ikuti oleh Mama.

*****

Bianca di dalam kamar.

Bianca badannya menggeliat.

Dia terbangun dari tidurnya, dia membuka matanya secara perlahan, dia menatap langit-langit kamarnya. Lalu kembali memejamkan matanya dengan sempurna.

Dia kembali mengingat-ingat kejadian semalam, Mamanya memarahinya karena ulahnya sendiri yang badanya sekarang tengah berbadan dua. Lalu dia memegang perutnya itu, di usapnya dengan pelan.

"Aku hamil, bagaimana dengan sekolahku, bagaimana dengan guruku dan temanku nanti, jika mengetahui aku hamil. Tidak..tidak, aku harus menjawab apa, jika semua bertanya tentang kehamilanku," Bianca, meremas kepalanya. Mulutnya dia tutup dengan bantal, agar tangisannya tidak terdengar oleh orang yang berada di rumah.

Sayup-sayup terdengar jelas suara batuk dari arah ruangan depan.

"Itu suara batuk Papa." Bianca menghentikan tangisannya. Dia di hinggapi rasa takut oleh Papanya dengan keadaan hamil.

Terlihat olehnya pintu terbuka sedikit. Bianca menghela napas secara perlahan, dia berpikir pasti Papanya, atau Mamanya sudah memasuki kamarnya, tapi tidak mau membangunkan anaknya yang sedang tertidur lelap.

Bianca kembali menyalahkan dirinya sendiri, pikirannya kalut. Tiba-tiba gawai miliknya yang tersimpan di atas nakas bergetar, terlihat panggilan masuk muncul dari layar telepon, dan yang menelepon tersebut adalah Merry, sahabatnya itu yang kemarin datang bersama Febry kakaknya. Lalu Bianca mengangkat gawai tersebut.

{"Halo, Mer.."} ucap Bianca.

{"Bagaimana keadaanmu sehat? Bu guru tadi nanyain kamu loh. Katanya, kenapa Bianca, nggak masuk sekolah!"} Merry menanyakan kabar sahabatnya itu, dan memberikan kabar bahwa gurunya menanyakan Bianca, kenapa tidak sekolah.

{"Terus kamu jawab apa?"} Bianca, berharap sahabatnya itu jangan bercerita kepada guru di sekolah kalau dia sedang hamil.

{"Aku jawab sakit, muntah-muntah,"} ucap Merry.

{"Shitttt, bocor deh,,"} decak Bianca.

{Apa yang bocor?"} tanya, Merry.

{"Kamu ngomong sama guru, aku hamil kan?"} ucap Bianca.

Begitu polos kedua anak tersebut ketika mengobrol, karena mereka sama-sama anak SMP yang pemikirannya belum sepenuhnya dewasa.

"Gila kamu, ya nggak lah. Aku takut kalau cerita yang sejujurnya,"} ucap Merry.

{"Takut apa?"} tanya Bianca.

{"Takut nggak di terakhir lagi, di kantin sama kamu,"} Merry, begitu polos ketika berucap, di selingi suara manjanya dan tertawa terkekeh.

Bianca terdiam, tidak lagi membalas omongan dari sahabatnya itu.

Dia berpikir Merry takut tidak di teraktir lagi di kantin sekolah, memangnya Bianca, akan kembali lagi bersekolah, apakah bisa ke sekolah dalam keadaan hamil, apakah guru dan teman-teman nanti tidak akan mencemooh dirinya?

Berbagai pertanyaan muncul di benaknya. Apakah Mama dan Papanya, akan memberhentikan dia sekolah, atau dia di berhentikan di sekolah?

Bianca membuang napas kasar.

{"Halo, Bianca. Kamu masih hidup?"} tanya Merry, sambil tertawa terkekeh.

{"Mati di telan laut!"} jawabnya terdengar kesel. {"Udah ya, aku capek, nanti kalau lama-lama aku menerima telepon dari kamu, Papa dan Mamaku, bisa dengar. Akhirnya aku di interogasi sama mereka."} ucap Bianca.

Akhirnya Bianca, menutup sambungan teleponnya.

\*\*\*\*\*

Kreekkkk...

Tiba-tiba pintu ada yang membuka lebar, Bianca terperanjat, jantungnya dag-dig-dug tidak karuan.

Bianca seakan tidak mau menoleh ke arah pintu. Lalu suara langkah kaki mendekatnya, posisi dari Bianca membelakangi pintu otomatis yang sedang berjalan kehadapan nya itu, dia tidak mengenalinya.

Tiba-tiba pundaknya di usap halus.

"Bianca.." nampak terdengar suara Mama, begitu jelas terdengar di kupingnya.

Secara perlahan Bianca menoleh ke arah Mamanya, yang memanggilnya.

Setelah membalikkan badannya, akhirnya kedua mata mereka saling memandang, terlihat sorot mata sang Mama, sangat tajam dan di dalam mata tersebut, seperti terlihat genangan air yang akan menetes.

"Mah..." ucap anak yang polos itu, sambil menundukkan pandangannya dari Mama. Dia seakan takut untuk menatap dalam sorot mata sang Mama.

"Papa mau bicara, kamu sudah siap!" ucap Mama. Nampak sang Mama menahan amarah dan rasa kecewa yang teramat kepada anaknya itu

"Tap...tapi, mah," ucap anak polos itu.

"Tapi kamu belum siap?" tapi mengapa kamu melakukan hal bodoh itu, dan kamu mau merelakan tubuhmu terhadap lelaki itu!" Mama mencecar pertanyaan, hal ini membuat sang anak terpojikkan dan terluka hatinya.

Bianca meneteskan air mata, dalam batin Mama, sebenarnya tidak mau mencecar pertanyaan demi pertanyaan tetapi sepertinya Mama belum puas, untuk kembali menyerang anaknya itu.

Mama berpikir apa yang di lakukan okeh anaknya itu kesalahan yang besar, yang harus diberi hukuman dengan cara yang pantas agar ada sifat jera. Tapi kenyataannya sudah terjadi tidak bisa mengembalikan semuanya ke seperti semula atau sedia kala.

\_\_\_\_\_\_\_\_\_

\*Maaf kalau ada yang typo\* 🙏🥰

Terpopuler

Comments

manda_

manda_

lanjut lagi

2022-12-19

0

lihat semua
Episodes
1 Part 1: Bianca Hatinya Hancur
2 Part: 2 Mamanya Bianca Terpuruk
3 Part : 3 Sang Mama Pilu
4 Part: 4 Papanya Bianca Kecewa
5 Part: 5 Bianca belum siap berbicara dengan Papa
6 Bab 6 Gurunya Bianca khawatir
7 Bab 7 Papa kembali mengenang masa indah bersama Bianca
8 Bab:8 Mama khawatir
9 Bab: 9 Kuncir Rambut
10 Bab: 10 Di dokter kandungan
11 Bab: 11 Papa mencecar pertanyaan
12 Bab:12 Kedatangan Tyanca
13 Bab: 13 Tyanca Marah
14 Bab : 14 Tyanca Kecewa
15 Bab: 15 guru Bianca datang
16 Bab: 16 Bu Guru Termenung
17 Bab: 17 Keluarga Bianca berkunjung ke rumah Rama
18 Bab 18 Tyanca Marah
19 Bab: 19 Rama terkejut dengan kedatangan keluarga Bianca.
20 Bab 20 Rama di desak untuk menikahi Bianca
21 Bab 21 keluarga Bianca pulang
22 Bab: 22 Amal Larasati
23 Bab:23 Tyanca geram kepada Rama
24 Bab: 24 Sang Mama Bianca Malu
25 Bab: 25 Bianca khawatir
26 Bab: 26 Bianca Menikah
27 Bab: 27 Bianca mau dibawa sang Tante
28 Bab:28 Bianca dibawa Tante Astrid
29 Bab 29 Hati Mama Astri tidak karuan
30 Bab: 30 Rama menikah
31 Bab : 31 Tyanca Kecewa
32 Bab: 32 Papanya Bianca, Terkejut
33 Bab 33 Papa Kesal
34 Bab 34 Mama Merasa Bersalah.
35 Bab 35 Mama Terluka
36 Bab: 36 Amel melahirkan
37 Bab: 37 Rama Lemah Lunglai
38 Bab: 38 Rama Di Usir
39 Bab 39: Kandungan Bianca Lemah
40 Bab: 40 Bianca Melahirkan
41 Bab 41 Bianca Teringat Rama
42 Bab 42 Amel Sedih.
43 Bab 43 Pertengkaran Keluarga Rama
44 Bab: 44 Ibunya Rama Terpuruk.
45 Bab 45 Bianca Merasa Jemu.
46 Bab 46. Pertemuan Gerry dan Angga.
47 Bab 47 Amel panik.
48 Bab: 48 kedatangan Ibunya Rama ke rumah Amel.
49 Bab: 49 Bianca ikut ke Bandung.
50 Bab: 50 Angga Teringat Bayi Amel.
51 Bab: 51 Angga terlihat suka sama Bianca.
52 Bab: 52 Rama kecelakaan
53 Bab 53 Tante Fani Penasaran
54 Bab: 54 Tante Fani emosi
55 Bab: 55 Ibunya Rama Terpuruk
56 Bab: 56 Pertengkaran
57 Bab: 57 Amel bertemu Ibunya Bianca.
58 Bab: 58 Amel Terkejut
59 Bab: 59 Pertemuan
60 Bab 60 Bapaknya Amel dihinggapi rasa takut.
61 Bab 61 Pertengkaran
62 Bab: 62 Tante Fani Kesal
63 Bab: 63 Amel Ke Rumah Mamanya Bianca.
64 Bab: 64 Pertemuan Amel dan Bianca.
65 Bab: 65 Pertemuan kedua Anaknya Rama
66 Bab : 66 Terharu.
67 Bab 67 Pertemuan Amel dan Tyanca.
68 Bab 68 Tyanca dihinggapi rasa kesal
69 Bab: 69 Terluka
70 Bab: 70 Rama Bingung
71 Bab: 71 Rama Pilu
72 Bab: 72 Karma
73 Bab: 73 Terkejut
74 Bab: 74 Kenangan Lama
75 Bab : 75 Menguak Masa Lalu
76 Bab: 76 Hujan Air Mata
77 Bab: 77 Pertemuan Tidak Terduga
78 Bab: 78 Mengingat sosok Rama.
79 Bab: 79 Kecewa
80 Bab: 80 Rani kecewa
81 Bab: 81 Perkelahian
82 Bab: 82 Pertengkaran
83 Bab: 83 Masa Lalu
84 Bab 84 Pertemuan Tante Fani dan Tyanca
85 Bab: 85 Pertemuan Tante Fani dan Bianca
86 Bab: 86 Kenangan Lama
87 Bab:. 87 Pertemuan Tante Fani
88 Bab: 88 Kecewa
89 Bab: 89 Jatuh Hati
90 Bab: 90 Rasa Penasaran
91 Bab: 91 Terkuak Semua
92 bab: 92 Amel Kerja Di Bandung
93 Bab: 93 Rasa khawatir
94 Bab: 94
95 Bab:95 Jatuh Cinta
96 Bab 96 Kecewa
97 Bab 97 Mengenang Masa Lalu
98 Bab: 98 Teringat Masa Lalu
99 Bab: 99 Curiga
100 Bab: 100 Kedatangan Tante Fani
101 Bab:101 Rasa Terkejut
102 Bab: 102 Kedatangan Tamu
103 Bab: 103 Amarah
104 Bab: 104 Pulang Ke Jakarta
105 Bab: 105 Kesal Terpendam
106 Bab: 106 Cemburu
107 Bab: 107 Bianca Kesal
108 Bab: 108 Mendatangi Tempat Usaha
109 Bab: 109 Terpesona
110 Bab 110
111 Bab: 111 Rasa Penasaran
112 Bab: 112 Cemburu
113 Bab: 113 Cemburu
114 Bab: 114 Terjatuh
115 Bab: 115 Rasa Bersalah
116 Bab: 116 Rasa rindu terhadap Anak.
117 Bab: 117 Rasa Rindu
118 Bab: 118 Rasa gembira
119 Bab: 119 Kesalahan
120 Bab: 120 Pertengkaran
121 Bab:121 Emosi yang memuncak
122 Bab: 122 Rasa bersalah
123 Bab: 123 Sang Anak Rewel
124 Bab: 124 Kesal
125 Bab: 125 Rasa khawatir
126 Bab: 126 Penyesalan
127 Bab: 127 Depresi..
128 Bab: 128 Rasa terkejut
129 Bab: 129 Berusaha Ikhlas
130 Bab: 130 Dihinggapi rasa penasaran
131 Bab: 131 Rasa iba
132 Bab: 132 Ikhlas melepaskan
133 Bab: 133 Tyanca Kesal.
134 Bab: 134 Papanya Bianca gelisah
135 Bab: 135 Tyanca tersulut emosi
136 Bab:136 Dihinggapi rasa penasaran
137 Bab; 137 Bianca kecewa
138 Bab: 138 Bianca pilu
139 Bab; 139 Tyanca tersenyum puas
140 Bab: 140 Bianca kesal
141 Bab :141 Bianca Pergi
142 Bab: 142 Penuh sesak
143 Bab: 143 Mama Astri dihinggapi rasa sedih.
144 Bab: 145 Tersenyum Bahagia
Episodes

Updated 144 Episodes

1
Part 1: Bianca Hatinya Hancur
2
Part: 2 Mamanya Bianca Terpuruk
3
Part : 3 Sang Mama Pilu
4
Part: 4 Papanya Bianca Kecewa
5
Part: 5 Bianca belum siap berbicara dengan Papa
6
Bab 6 Gurunya Bianca khawatir
7
Bab 7 Papa kembali mengenang masa indah bersama Bianca
8
Bab:8 Mama khawatir
9
Bab: 9 Kuncir Rambut
10
Bab: 10 Di dokter kandungan
11
Bab: 11 Papa mencecar pertanyaan
12
Bab:12 Kedatangan Tyanca
13
Bab: 13 Tyanca Marah
14
Bab : 14 Tyanca Kecewa
15
Bab: 15 guru Bianca datang
16
Bab: 16 Bu Guru Termenung
17
Bab: 17 Keluarga Bianca berkunjung ke rumah Rama
18
Bab 18 Tyanca Marah
19
Bab: 19 Rama terkejut dengan kedatangan keluarga Bianca.
20
Bab 20 Rama di desak untuk menikahi Bianca
21
Bab 21 keluarga Bianca pulang
22
Bab: 22 Amal Larasati
23
Bab:23 Tyanca geram kepada Rama
24
Bab: 24 Sang Mama Bianca Malu
25
Bab: 25 Bianca khawatir
26
Bab: 26 Bianca Menikah
27
Bab: 27 Bianca mau dibawa sang Tante
28
Bab:28 Bianca dibawa Tante Astrid
29
Bab 29 Hati Mama Astri tidak karuan
30
Bab: 30 Rama menikah
31
Bab : 31 Tyanca Kecewa
32
Bab: 32 Papanya Bianca, Terkejut
33
Bab 33 Papa Kesal
34
Bab 34 Mama Merasa Bersalah.
35
Bab 35 Mama Terluka
36
Bab: 36 Amel melahirkan
37
Bab: 37 Rama Lemah Lunglai
38
Bab: 38 Rama Di Usir
39
Bab 39: Kandungan Bianca Lemah
40
Bab: 40 Bianca Melahirkan
41
Bab 41 Bianca Teringat Rama
42
Bab 42 Amel Sedih.
43
Bab 43 Pertengkaran Keluarga Rama
44
Bab: 44 Ibunya Rama Terpuruk.
45
Bab 45 Bianca Merasa Jemu.
46
Bab 46. Pertemuan Gerry dan Angga.
47
Bab 47 Amel panik.
48
Bab: 48 kedatangan Ibunya Rama ke rumah Amel.
49
Bab: 49 Bianca ikut ke Bandung.
50
Bab: 50 Angga Teringat Bayi Amel.
51
Bab: 51 Angga terlihat suka sama Bianca.
52
Bab: 52 Rama kecelakaan
53
Bab 53 Tante Fani Penasaran
54
Bab: 54 Tante Fani emosi
55
Bab: 55 Ibunya Rama Terpuruk
56
Bab: 56 Pertengkaran
57
Bab: 57 Amel bertemu Ibunya Bianca.
58
Bab: 58 Amel Terkejut
59
Bab: 59 Pertemuan
60
Bab 60 Bapaknya Amel dihinggapi rasa takut.
61
Bab 61 Pertengkaran
62
Bab: 62 Tante Fani Kesal
63
Bab: 63 Amel Ke Rumah Mamanya Bianca.
64
Bab: 64 Pertemuan Amel dan Bianca.
65
Bab: 65 Pertemuan kedua Anaknya Rama
66
Bab : 66 Terharu.
67
Bab 67 Pertemuan Amel dan Tyanca.
68
Bab 68 Tyanca dihinggapi rasa kesal
69
Bab: 69 Terluka
70
Bab: 70 Rama Bingung
71
Bab: 71 Rama Pilu
72
Bab: 72 Karma
73
Bab: 73 Terkejut
74
Bab: 74 Kenangan Lama
75
Bab : 75 Menguak Masa Lalu
76
Bab: 76 Hujan Air Mata
77
Bab: 77 Pertemuan Tidak Terduga
78
Bab: 78 Mengingat sosok Rama.
79
Bab: 79 Kecewa
80
Bab: 80 Rani kecewa
81
Bab: 81 Perkelahian
82
Bab: 82 Pertengkaran
83
Bab: 83 Masa Lalu
84
Bab 84 Pertemuan Tante Fani dan Tyanca
85
Bab: 85 Pertemuan Tante Fani dan Bianca
86
Bab: 86 Kenangan Lama
87
Bab:. 87 Pertemuan Tante Fani
88
Bab: 88 Kecewa
89
Bab: 89 Jatuh Hati
90
Bab: 90 Rasa Penasaran
91
Bab: 91 Terkuak Semua
92
bab: 92 Amel Kerja Di Bandung
93
Bab: 93 Rasa khawatir
94
Bab: 94
95
Bab:95 Jatuh Cinta
96
Bab 96 Kecewa
97
Bab 97 Mengenang Masa Lalu
98
Bab: 98 Teringat Masa Lalu
99
Bab: 99 Curiga
100
Bab: 100 Kedatangan Tante Fani
101
Bab:101 Rasa Terkejut
102
Bab: 102 Kedatangan Tamu
103
Bab: 103 Amarah
104
Bab: 104 Pulang Ke Jakarta
105
Bab: 105 Kesal Terpendam
106
Bab: 106 Cemburu
107
Bab: 107 Bianca Kesal
108
Bab: 108 Mendatangi Tempat Usaha
109
Bab: 109 Terpesona
110
Bab 110
111
Bab: 111 Rasa Penasaran
112
Bab: 112 Cemburu
113
Bab: 113 Cemburu
114
Bab: 114 Terjatuh
115
Bab: 115 Rasa Bersalah
116
Bab: 116 Rasa rindu terhadap Anak.
117
Bab: 117 Rasa Rindu
118
Bab: 118 Rasa gembira
119
Bab: 119 Kesalahan
120
Bab: 120 Pertengkaran
121
Bab:121 Emosi yang memuncak
122
Bab: 122 Rasa bersalah
123
Bab: 123 Sang Anak Rewel
124
Bab: 124 Kesal
125
Bab: 125 Rasa khawatir
126
Bab: 126 Penyesalan
127
Bab: 127 Depresi..
128
Bab: 128 Rasa terkejut
129
Bab: 129 Berusaha Ikhlas
130
Bab: 130 Dihinggapi rasa penasaran
131
Bab: 131 Rasa iba
132
Bab: 132 Ikhlas melepaskan
133
Bab: 133 Tyanca Kesal.
134
Bab: 134 Papanya Bianca gelisah
135
Bab: 135 Tyanca tersulut emosi
136
Bab:136 Dihinggapi rasa penasaran
137
Bab; 137 Bianca kecewa
138
Bab: 138 Bianca pilu
139
Bab; 139 Tyanca tersenyum puas
140
Bab: 140 Bianca kesal
141
Bab :141 Bianca Pergi
142
Bab: 142 Penuh sesak
143
Bab: 143 Mama Astri dihinggapi rasa sedih.
144
Bab: 145 Tersenyum Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!