Mama baru pulang.
Hujan turun cukup deras sekali, jam menunjukkan pukul lima sore. Nampak Bianca sedang berselimut di kursi sofa. Sedangkan Febry dan Merry sedang asik memainkan gawainya.
"Mama kamu, kira-kira datang jam berapa ya?" tanya Merry, seakan gelisah. Dia nampak ingin segera pulang ke rumah karena sudah terlalu lama tinggal di rumahnya Bianca.
"Biasanya jam segini sudah pulang ko," jawabnya sambil melihat ke arah kaca jendela, yang tertutup percikan air hujan.
Sang Kakak Febry memandangi adiknya, dia mengedipkan matanya, seakan memberi tanda bahwa adiknya, jangan banyak bertanya.
Merry pun, menundukkan kepalanya.
*****
Tokk...
Tokk...
Tokk...
Terdengar pintu depan di ketuk beberapa kali, yang berada di dalam rumah, otomatis pandangannya, semua menengok ke arah pintu.
"Nah, mungkin itu Mama kamu," ucap Merry.
"Biar aku saja, yang membuka pintunya" Febry dengan cepat berjalan ke arah pintu untuk membukanya.
Kreekkkk..
Suara pintu terdengar sangat pelan, karena tertutup dengan suara hujan lebat dari arah luar.
"Tante..." Febry terlihat meringis, ketika melihat Mamanya dari Bianca, bajunya basah kuyup dan badannya terlihat menggigil, kedua tangannya direngkuhkan ke dadanya.
"Febry, sudah lama datang, Nak?" tanya Mamanya Bianca, dia tersenyum lebar, walaupun keadaan dingin menghinggapinya.
"Sudah, Tante." jawabnya tersenyum.
"Tante, ganti baju dulu ya, dingin," jawab Mamanya Bianca, dia pun berlalu dari hadapan Febry.
Ketika berjalan melewati anaknya yaitu Bianca, Mama Astri melirik ke arah Bianca.
"Masih sakit Nak?" tanya Mamanya, Astri penuh perhatian.
Bianca menganggukkan kepalanya.
"Mama, ganti baju dulu ya," ucapnya.
****
Melihat Mamanya Bianca, dalam keadaan capek dan terlihat lelah. Febry seakan mengurungkan niatnya untuk bicara masalah kehamilan dari Bianca.
"Aku kasihan melihat Mama Astri, kalau bicara masalah kehamilannya," gumam hati Febry..
Febry tahu keadaan kondisi keluarga Bianca. Orang tua Bianca, sangat memanjakan anaknya itu, dan segala sesuatu yang di inginkan oleh anaknya pasti akan di turuti atau di kabulkan oleh Mamanya.
Nanti jika Febry berbicara kepada Mamanya Bianca, takut dia terluka dan sedih. Apalagi Rama, yang menghamili anaknya itu, bulan depan akan menikah dengan wanita lain, ini akan menyayat hati Mamanya itu.
*****
"Ayo, kita makan." Mamanya Bianca, setelah beres mandi ternyata sudah menyiapkan makan di meja makan.
Merry bersama Bianca kemudian melangkahkan kakinya ke tempat meja makan, di ikuti oleh Febry.
"Silahkan makan," Mama Astri, membuka tudung saji, terlihat ada sayur asem, ayam goreng dan sambel. Dan ada beberapa mangga yang terlihat rasanya asam.
Febry bersama Merry, terlihat makan dengan lahapnya, sedangkan Bianca terlihat sedang memotong buah mangga.yang terlihat rasanya asam.
Mama Astri, terlihat heran dengan anaknya itu, karena dari raut mukanya, dia tidak meringis menahan rasa asam.
"Nak, ini mangga asam loh, rasanya," ucap Mama Astri.
Tapi Bianca seakan tidak merasakan rasa yang asam, dari buah mangga tersebut. Dia begitu menikmati rasa asam buah mangga tersebut.
"Nanti kamu sakit perut Nak, apalagi cuaca di luar sedang hujan lebat," sambung Mama lagi.
Bianca hanya tersenyum tipis.
*****
Febry hanya menatap Bianca, dalam hatinya dia berkata. "Anak, Mama, lagi hamil. Jadi tidak merasakan asam dari rasa mangga tersebut,"
Febry kemudian, menghampiri Mama Astri, yang sedang berlalu ke dapur. Sedangkan Bianca dan Merry, berlalu ke ruang depan.
Febry menghela napas panjang, sebelum dia bercerita kepada Mamanya Bianca, tentang kehamilan anaknya itu.
"Tante, biar aku bantu, cuci piringnya," Febry terlihat ingin membantu.
"Sudah duduk saja sana, biar Tante yang ngerjain semua," terlihat Mama Astri, tidak mau di bantu.
Akhirnya Febry duduk di kursi yang ada di dapur.
"Aku mulai dari mana ya, mau memberi tahu masalah, Bianca kepada Mamanya," gumam hati Febry.
*****
"Akhhhh.., capek juga," Mamanya Bianca, terlihat sudah membereskan piring kotornya. Dia duduk di pinggir Febry, dari raut mukanya dia terlihat ngantuk dan ingin beristirahat.
Kemudian Febry menarik napas, dan membuangnya secara perlahan. Febry lalu menceritakan semuanya apa yang terjadi yang menimpa Bianca, anak dari Mamanya tersebut, Febri juga nampak mengelus-elus bahu Mama Astri.
*****
Air mata mengalir dengan deras, dari mata sang Mama, ketika mendengar kabar tersebut. Suara tangisan dari Mana Astri seakan tidak terdengar, karena bunyi hujan diluar yang cukup lebat.
Mama Astri menatap anaknya dari jauh, yang sedang tertawa lebar melihat tayangan televisi. Anak itu seakan tidak ada salah atau beban, padahal di dalam perutnya dia sedang mengandung di luar nikah.
Teringat baru kemarin, anaknya minta di buatkan susu, dan minta di suapin. Tapi faktanya nanti Bianca, juga akan berlaku demikian kepada anaknya karena sebentar lagi dia akan menjadi Mama, dari anaknya.
*****
Pikiran dari Mama Astri berkecamuk
Papa dari Bianca, sedang pergi keluar kota. Dia seakan tidak sanggup jika nanti berbicara kepada sang suami.
Suaminya takut marah besar, meskipun sosok suaminya, lelaki yang terlihat berani karena mempunyai badan yang tinggi, besar. Tapi hatinya dan sifatnya lemah seperti wanita tidak bisa tegas dan marah.
Mama Astri juga sangat memikirkan perasaan Tyanca, Kakak dari Bianca jika tahu hal ini seperti apa reaksinya. Apalagi keluarga besar dari Mama Astri dan sang suami Papa Hardian.
Mungkin mereka akan menyalahkan kedua orang tuanya, yang tidak bisa mendidik anaknya, sampai terjadi hamil diluar nikah.
Mungkin Mamanya Bianca lebih ke berani menghadapi masalah di banding sang suami. Dia pekerja keras, yang hidupnya di pasar, melayani pembeli dan jika datang barang yaitu sayuran untuk di jual dari mobil box, dia yang bantu mengangkutnya.
Hidupnya tidak pernah mengeluh, cenderung terhadap suami selalu berani menyampaikan pendapat, mungkin berbanding terbalik dengan sang suami.
*****
Febry mencoba menyabarkan hati Mamanya Bianca.
"Sabar, Tante," mungkin hanya kata sabar yang di ucapkan oleh Febry.
Dia tidak berhak mencampuri urusan keluarga dari Bianca, karena dia bukan siapa-siapa.
Febry hanya sahabat dari Kakaknya Bianca.
Dia pun tidak tahu, sang Kakak dari Bianca setelah tahu adiknya hamil diluar nikah. Apalagi Rama, bulan depan akan menikah dengan orang lain, pasti hati sang Kakak sangat terpukul.
Febry tahu, sifat dari Tyanca, dia sosok yang keras kepala, dan pemarah. Pasti jika tahu persoalan yang menimpa adiknya sekarang yang sangat rumit, dan pilu dia akan marah besar, pasti dia dari Bandung akan pergi ke Jakarta untuk melabrak Rama, yang sudah menodai adiknya itu.
******
"Tante, tidak tahu harus bicara apa sama Bianca," Mamanya Bianca terlihat ingin memarahi anaknya itu, mukanya pucat.
Muka Mamanya, yang terlihat capek karena seharian bekerja, berubah menjadi warna merah karena menahan kesal dan amarah yang terpendam.
Febry, hanya mengelus dada, dia pun tidak mau meninggalkan Bianca begitu saja, takut Mamanya tidak sadar dan kalap memarahinya, apalagi keadaan diluar sedang hujan deras.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
manda_
lanjut
2022-12-19
1