Part: 4 Papanya Bianca Kecewa

Papanya Bianca datang.

Pagi ini cuaca sangat cerah, secerah hati sang Papa, yang hendak bertemu dengan anaknya, dan akan memberikan sebuah Tas. Seminggu sudah sang Papa, meninggalkan rumah karena tugas urusan kantor. Rasa rindu terhadap anaknya, yang manja dan polos itu menyelimuti dalam diri Papanya itu

{"Mah, anak Papa sudah bangun belum?} tanya Papa, di sambungan teleponnya.

Mama, tertegun sejenak, dia seakan tidak bisa menjawab pertanyaan suaminya itu. Karena pasti sang Papa, menanyakan sekolah jam berapa, kenapa belum mandi, dan posisi anak itu sekarang sedang tidur badannya panas, mungkin ini terakhir dia tidak sekolah.

{"Sedang tidur Pah, jadi tidak sekolah. Badannya panas,"} ucap sang Mama.

{"Loh, Mama ini gimana sih, dari kapan dia sakit?" tanya Papa, dihinggapi rasa khawatir kepada anaknya itu.

{"Baru tadi subuh, Pah," jawab sang Mama, terdengar tidak semangat ketika berucap.

{"Mama kayaknya lagi sakit juga ya? dari suaranya seperti sedang flu atau batuk,"} tanya Papa, kembali.

Dalam hati Mama, berkata. {"Iya, aku sedang sakit, sakit hati oleh ulah anak kita yang terlihat polos dan manja,"} sang Mama meneteskan air mata.

{"Iya, Pah. Mama kurang enak badan. Makannya tidak berjualan ke pasar,"}

jawab Mama kembali.

{"Papa, sebentar lagi sampai rumah, ini masih di tol,"} ucap sang Papa.

Sambungan telepon pun, di tutup oleh Papanya Bianca itu.

*****

Mamanya Bianca, terlihat bingung. Nanti jika suaminya datang dia harus berkata apa. Apakah sang suami akan marah atau hanya menangis. Sang suami tidak tegas dalam mengambil keputusan, dan dia terlihat cengeng. Mengingat lagi obrolan Febry semalam ketika sebelum pamit pulang.

~~

Dia mengatakan bahwa Rama, yang menghamili anaknya itu, bulan depan akan menikah dengan wanita lain. Mungkinkah kedepannya anaknya itu akan di madu, atau akan hidup sendiri.

Dalam diri Mama, saat ini hanya ingin Rama, bertanggung jawab terlebih dahulu atas perbuatannya kepada anaknya itu dengan cara menikahi anaknya itu.

~~

Begitu tersayat hati sang Mama.

"Apakah aku harus menelepon Tyanca, Kakaknya Bianca yang dari Bandung? atau nanti saja biar Papanya saja yang menghubungi Tyanca," gumam hati Mama.

Tyanca wanita tegas beda dengan adiknya. Mungkin juga kalau dengar adiknya hamil diluar nikah, mungkin dia akan terkejut dan langsung datang ke Jakarta, dimana keberadaan Mamanya berada.

Ting..

Sebuah pesan masuk dari gawai Mama.

{"Mah, lusa aku sama Mas Hady akan datang kesana. Ini cucu Mama, yang cantik dan gemes, Aurel minta ketemu sama Mama."} tulis pesan dari Tyanca, kakak dari Bianca.

Sang Mama menghela napas panjang.

{"Iya, datang saja,"} jawabnya

{"Aku mau ngomong sama Bianca Mah, aku nanti sore mau beli sepatu buat sekolah dia, nanti dia ingin yang model gimana. Mana Bianca nya, Mah,"} sambung lagi Tyanca.

{"Tidur, dia sakit."} jawab sang Mama

Akhirnya sambungan telepon pun, di tutup oleh Tyanca.

Mama tertegun.

"Dia sudah tidak sekolah," gumam hati Mama. Mama merasa sedih kembali, orang-orang di sekitar Bianca sangat peduli untuk kebutuhan sekolahnya, namun Bianca, seakan tidak peduli dengan itu semua.

Dia telah menghancurkan masa depannya, dengan hal yang tidak baik dan merugikan dirinya sendiri.

Masa depan dia kini hancur, dia baru menginjak sekolah bangku SMP, itu pun baru satu tahun dia lalu. Mama ingin anaknya punya masa depan, sekolah sampai perguruan tinggi dan punya cita-cita.

Teringat waktu dulu.

Mama teringat masa Bianca, ketika menginjak sekolah TK. Bianca merengek ingin di belikan mainan alat-alat dokter yaitu stetoskop dan jarum suntik.

"Mah, kalau sudah besar Bianca ingin jadi dokter, jadi kalau Mama sakit tidak perlu ke dokter biar Bianca, saja yang obati Mama," ucap gadis polos itu.

Sang anak di lehernya, nampak memakai alat stetoskop dan memegang alat suntik yang di tempelkan ke badan Mamanya itu. Jika Mama sakit, selalu di pegang-pegang olehnya.

Mengingat masa kecil Bianca, yang indah sungguh membuat Mama, tidak percaya jika kenyataan sekarang anaknya terhempas masa bahagia itu.

"Terasa indah masa kecil Bianca,"gumam hati Mama, membuang napas kasar.

*****

Sang Papa datang.

Mama di kagetkan dengan ketukan pintu dari arah depan rumah. Karena Mama sedang melamun dan pikirannya tidak karuan. Lalu Mama berjalan ke arah depan rumah untuk membuka pintu.

Setelah pintu terbuka nampak sosok suaminya, tersenyum lebar terhadap istrinya tersebut. Dari raut muka sang suami seakan dihinggapi rasa capek, mungkin dia sudah melakukan kegiatan kerja diluar kota, jadi badannya terasa lemah dan kurang tidur.

Papa memasuki rumah dan dia duduk di meja makan, sambil membuka tudung saji. Nampak Papa lapar dan ingin mengisi perutnya yang sudah keroncongan.

"Anak, Papa masih tidur Mah?" tanya Papa.

Mama menganggukkan kepalanya.

Terlihat lahap sang Papa, ketika menyantap makanan tersebut.

*****

Setelah selesai makan, lalu sang Papa merebahkan badannya ke kursi Sofa, kemudian, Papa mengeluarkan Tas untuk dipakai sekolah sama anaknya nanti.

"Bagus, tidak Mah?" tanya Papa, kepada Mamanya yang sedang melamun. Sang Mama hanya menganggukkan kepalanya.

Dia mencoba mengatur napasnya, dan menghela napas secara perlahan.

"Pah, ini..," sang Mama memperlihatkan alat test pack, yang sudah bergaris dua.

"Mama, hamil lagi!" Nampak muka sang Papa, berseri lalu dia mencium sang istri.

"Bianca, akan punya adik dong," sambung Papa lagi.

"Bukan punya Mama, alat test pack ini," Mama berkaca-kaca matanya.

"Lalu..!" tanya Papa, seperti terlihat penasaran.

Mama menatap lekat wajah Papa, yang terlihat capek dan sudah mulai keriput.

"Ini...ini, alat test pack, Bianca." Mama terdengar bergetar ketika berucap, dan bulir putih akhirnya lolos seleksi di ujung matanya.

"Maksud Mama apa, Papa nggak mengerti," jawab sang Papa, semakin heran dengan ucap sang Mama.

"Bia..Bianca, anak kita hamil!" ucap Mama, terbata-bata.

Sontak mata sang Papa terbelalak, Papa sangat terkejut dengan ucapan sang Mama.

"Mama tidak sedang becanda kan?" sang Papa mengatur napasnya.

"Nggak Pah, anak kita hamil." air mata Mama, berderai seakan sudah tak sanggup menceritakan semuanya.

Pandangan sang Papa, lekat ke arah pintu kamar Bianca. Seakan ingin mengintrogasi anak tersebut.

"Sabar dulu Pah," ucap sang Mama lirih.

"Lelaki mana yang berani menghamili anakku!" Papa terlihat marah dan kesal.

"Namanya Rama, kata Febry, kakak dari Merry," ucap Mama.

"Jika benar anak kita hamil, memalukan sekali Mah, dia masih duduk di bangku SMP. Anaknya masih polos dan manja, pokoknya Papa tidak percaya!" ucap sang Papa sambil meremas rambutnya.

Dalam hati Papa, sebenarnya tidak menerima dan terkejut mendengar kabar tersebut, Papa sangat kecewa. Namun sang Papa, berusaha tenang walau tangan sudah mengepal.

"Ini buktinya pah! alat test pack, ini. yang jadi jawaban!" ucap Mama terlihat kesal, karena sang Papa tidak percaya padahal sudah ada bukti yaitu alat test pack, dan sang anak pun sudah mengakui kalau dia keperawanannya sudah ternodai oleh Rama.

Terpopuler

Comments

manda_

manda_

😭😭😭

2022-12-19

0

lihat semua
Episodes
1 Part 1: Bianca Hatinya Hancur
2 Part: 2 Mamanya Bianca Terpuruk
3 Part : 3 Sang Mama Pilu
4 Part: 4 Papanya Bianca Kecewa
5 Part: 5 Bianca belum siap berbicara dengan Papa
6 Bab 6 Gurunya Bianca khawatir
7 Bab 7 Papa kembali mengenang masa indah bersama Bianca
8 Bab:8 Mama khawatir
9 Bab: 9 Kuncir Rambut
10 Bab: 10 Di dokter kandungan
11 Bab: 11 Papa mencecar pertanyaan
12 Bab:12 Kedatangan Tyanca
13 Bab: 13 Tyanca Marah
14 Bab : 14 Tyanca Kecewa
15 Bab: 15 guru Bianca datang
16 Bab: 16 Bu Guru Termenung
17 Bab: 17 Keluarga Bianca berkunjung ke rumah Rama
18 Bab 18 Tyanca Marah
19 Bab: 19 Rama terkejut dengan kedatangan keluarga Bianca.
20 Bab 20 Rama di desak untuk menikahi Bianca
21 Bab 21 keluarga Bianca pulang
22 Bab: 22 Amal Larasati
23 Bab:23 Tyanca geram kepada Rama
24 Bab: 24 Sang Mama Bianca Malu
25 Bab: 25 Bianca khawatir
26 Bab: 26 Bianca Menikah
27 Bab: 27 Bianca mau dibawa sang Tante
28 Bab:28 Bianca dibawa Tante Astrid
29 Bab 29 Hati Mama Astri tidak karuan
30 Bab: 30 Rama menikah
31 Bab : 31 Tyanca Kecewa
32 Bab: 32 Papanya Bianca, Terkejut
33 Bab 33 Papa Kesal
34 Bab 34 Mama Merasa Bersalah.
35 Bab 35 Mama Terluka
36 Bab: 36 Amel melahirkan
37 Bab: 37 Rama Lemah Lunglai
38 Bab: 38 Rama Di Usir
39 Bab 39: Kandungan Bianca Lemah
40 Bab: 40 Bianca Melahirkan
41 Bab 41 Bianca Teringat Rama
42 Bab 42 Amel Sedih.
43 Bab 43 Pertengkaran Keluarga Rama
44 Bab: 44 Ibunya Rama Terpuruk.
45 Bab 45 Bianca Merasa Jemu.
46 Bab 46. Pertemuan Gerry dan Angga.
47 Bab 47 Amel panik.
48 Bab: 48 kedatangan Ibunya Rama ke rumah Amel.
49 Bab: 49 Bianca ikut ke Bandung.
50 Bab: 50 Angga Teringat Bayi Amel.
51 Bab: 51 Angga terlihat suka sama Bianca.
52 Bab: 52 Rama kecelakaan
53 Bab 53 Tante Fani Penasaran
54 Bab: 54 Tante Fani emosi
55 Bab: 55 Ibunya Rama Terpuruk
56 Bab: 56 Pertengkaran
57 Bab: 57 Amel bertemu Ibunya Bianca.
58 Bab: 58 Amel Terkejut
59 Bab: 59 Pertemuan
60 Bab 60 Bapaknya Amel dihinggapi rasa takut.
61 Bab 61 Pertengkaran
62 Bab: 62 Tante Fani Kesal
63 Bab: 63 Amel Ke Rumah Mamanya Bianca.
64 Bab: 64 Pertemuan Amel dan Bianca.
65 Bab: 65 Pertemuan kedua Anaknya Rama
66 Bab : 66 Terharu.
67 Bab 67 Pertemuan Amel dan Tyanca.
68 Bab 68 Tyanca dihinggapi rasa kesal
69 Bab: 69 Terluka
70 Bab: 70 Rama Bingung
71 Bab: 71 Rama Pilu
72 Bab: 72 Karma
73 Bab: 73 Terkejut
74 Bab: 74 Kenangan Lama
75 Bab : 75 Menguak Masa Lalu
76 Bab: 76 Hujan Air Mata
77 Bab: 77 Pertemuan Tidak Terduga
78 Bab: 78 Mengingat sosok Rama.
79 Bab: 79 Kecewa
80 Bab: 80 Rani kecewa
81 Bab: 81 Perkelahian
82 Bab: 82 Pertengkaran
83 Bab: 83 Masa Lalu
84 Bab 84 Pertemuan Tante Fani dan Tyanca
85 Bab: 85 Pertemuan Tante Fani dan Bianca
86 Bab: 86 Kenangan Lama
87 Bab:. 87 Pertemuan Tante Fani
88 Bab: 88 Kecewa
89 Bab: 89 Jatuh Hati
90 Bab: 90 Rasa Penasaran
91 Bab: 91 Terkuak Semua
92 bab: 92 Amel Kerja Di Bandung
93 Bab: 93 Rasa khawatir
94 Bab: 94
95 Bab:95 Jatuh Cinta
96 Bab 96 Kecewa
97 Bab 97 Mengenang Masa Lalu
98 Bab: 98 Teringat Masa Lalu
99 Bab: 99 Curiga
100 Bab: 100 Kedatangan Tante Fani
101 Bab:101 Rasa Terkejut
102 Bab: 102 Kedatangan Tamu
103 Bab: 103 Amarah
104 Bab: 104 Pulang Ke Jakarta
105 Bab: 105 Kesal Terpendam
106 Bab: 106 Cemburu
107 Bab: 107 Bianca Kesal
108 Bab: 108 Mendatangi Tempat Usaha
109 Bab: 109 Terpesona
110 Bab 110
111 Bab: 111 Rasa Penasaran
112 Bab: 112 Cemburu
113 Bab: 113 Cemburu
114 Bab: 114 Terjatuh
115 Bab: 115 Rasa Bersalah
116 Bab: 116 Rasa rindu terhadap Anak.
117 Bab: 117 Rasa Rindu
118 Bab: 118 Rasa gembira
119 Bab: 119 Kesalahan
120 Bab: 120 Pertengkaran
121 Bab:121 Emosi yang memuncak
122 Bab: 122 Rasa bersalah
123 Bab: 123 Sang Anak Rewel
124 Bab: 124 Kesal
125 Bab: 125 Rasa khawatir
126 Bab: 126 Penyesalan
127 Bab: 127 Depresi..
128 Bab: 128 Rasa terkejut
129 Bab: 129 Berusaha Ikhlas
130 Bab: 130 Dihinggapi rasa penasaran
131 Bab: 131 Rasa iba
132 Bab: 132 Ikhlas melepaskan
133 Bab: 133 Tyanca Kesal.
134 Bab: 134 Papanya Bianca gelisah
135 Bab: 135 Tyanca tersulut emosi
136 Bab:136 Dihinggapi rasa penasaran
137 Bab; 137 Bianca kecewa
138 Bab: 138 Bianca pilu
139 Bab; 139 Tyanca tersenyum puas
140 Bab: 140 Bianca kesal
141 Bab :141 Bianca Pergi
142 Bab: 142 Penuh sesak
143 Bab: 143 Mama Astri dihinggapi rasa sedih.
144 Bab: 145 Tersenyum Bahagia
Episodes

Updated 144 Episodes

1
Part 1: Bianca Hatinya Hancur
2
Part: 2 Mamanya Bianca Terpuruk
3
Part : 3 Sang Mama Pilu
4
Part: 4 Papanya Bianca Kecewa
5
Part: 5 Bianca belum siap berbicara dengan Papa
6
Bab 6 Gurunya Bianca khawatir
7
Bab 7 Papa kembali mengenang masa indah bersama Bianca
8
Bab:8 Mama khawatir
9
Bab: 9 Kuncir Rambut
10
Bab: 10 Di dokter kandungan
11
Bab: 11 Papa mencecar pertanyaan
12
Bab:12 Kedatangan Tyanca
13
Bab: 13 Tyanca Marah
14
Bab : 14 Tyanca Kecewa
15
Bab: 15 guru Bianca datang
16
Bab: 16 Bu Guru Termenung
17
Bab: 17 Keluarga Bianca berkunjung ke rumah Rama
18
Bab 18 Tyanca Marah
19
Bab: 19 Rama terkejut dengan kedatangan keluarga Bianca.
20
Bab 20 Rama di desak untuk menikahi Bianca
21
Bab 21 keluarga Bianca pulang
22
Bab: 22 Amal Larasati
23
Bab:23 Tyanca geram kepada Rama
24
Bab: 24 Sang Mama Bianca Malu
25
Bab: 25 Bianca khawatir
26
Bab: 26 Bianca Menikah
27
Bab: 27 Bianca mau dibawa sang Tante
28
Bab:28 Bianca dibawa Tante Astrid
29
Bab 29 Hati Mama Astri tidak karuan
30
Bab: 30 Rama menikah
31
Bab : 31 Tyanca Kecewa
32
Bab: 32 Papanya Bianca, Terkejut
33
Bab 33 Papa Kesal
34
Bab 34 Mama Merasa Bersalah.
35
Bab 35 Mama Terluka
36
Bab: 36 Amel melahirkan
37
Bab: 37 Rama Lemah Lunglai
38
Bab: 38 Rama Di Usir
39
Bab 39: Kandungan Bianca Lemah
40
Bab: 40 Bianca Melahirkan
41
Bab 41 Bianca Teringat Rama
42
Bab 42 Amel Sedih.
43
Bab 43 Pertengkaran Keluarga Rama
44
Bab: 44 Ibunya Rama Terpuruk.
45
Bab 45 Bianca Merasa Jemu.
46
Bab 46. Pertemuan Gerry dan Angga.
47
Bab 47 Amel panik.
48
Bab: 48 kedatangan Ibunya Rama ke rumah Amel.
49
Bab: 49 Bianca ikut ke Bandung.
50
Bab: 50 Angga Teringat Bayi Amel.
51
Bab: 51 Angga terlihat suka sama Bianca.
52
Bab: 52 Rama kecelakaan
53
Bab 53 Tante Fani Penasaran
54
Bab: 54 Tante Fani emosi
55
Bab: 55 Ibunya Rama Terpuruk
56
Bab: 56 Pertengkaran
57
Bab: 57 Amel bertemu Ibunya Bianca.
58
Bab: 58 Amel Terkejut
59
Bab: 59 Pertemuan
60
Bab 60 Bapaknya Amel dihinggapi rasa takut.
61
Bab 61 Pertengkaran
62
Bab: 62 Tante Fani Kesal
63
Bab: 63 Amel Ke Rumah Mamanya Bianca.
64
Bab: 64 Pertemuan Amel dan Bianca.
65
Bab: 65 Pertemuan kedua Anaknya Rama
66
Bab : 66 Terharu.
67
Bab 67 Pertemuan Amel dan Tyanca.
68
Bab 68 Tyanca dihinggapi rasa kesal
69
Bab: 69 Terluka
70
Bab: 70 Rama Bingung
71
Bab: 71 Rama Pilu
72
Bab: 72 Karma
73
Bab: 73 Terkejut
74
Bab: 74 Kenangan Lama
75
Bab : 75 Menguak Masa Lalu
76
Bab: 76 Hujan Air Mata
77
Bab: 77 Pertemuan Tidak Terduga
78
Bab: 78 Mengingat sosok Rama.
79
Bab: 79 Kecewa
80
Bab: 80 Rani kecewa
81
Bab: 81 Perkelahian
82
Bab: 82 Pertengkaran
83
Bab: 83 Masa Lalu
84
Bab 84 Pertemuan Tante Fani dan Tyanca
85
Bab: 85 Pertemuan Tante Fani dan Bianca
86
Bab: 86 Kenangan Lama
87
Bab:. 87 Pertemuan Tante Fani
88
Bab: 88 Kecewa
89
Bab: 89 Jatuh Hati
90
Bab: 90 Rasa Penasaran
91
Bab: 91 Terkuak Semua
92
bab: 92 Amel Kerja Di Bandung
93
Bab: 93 Rasa khawatir
94
Bab: 94
95
Bab:95 Jatuh Cinta
96
Bab 96 Kecewa
97
Bab 97 Mengenang Masa Lalu
98
Bab: 98 Teringat Masa Lalu
99
Bab: 99 Curiga
100
Bab: 100 Kedatangan Tante Fani
101
Bab:101 Rasa Terkejut
102
Bab: 102 Kedatangan Tamu
103
Bab: 103 Amarah
104
Bab: 104 Pulang Ke Jakarta
105
Bab: 105 Kesal Terpendam
106
Bab: 106 Cemburu
107
Bab: 107 Bianca Kesal
108
Bab: 108 Mendatangi Tempat Usaha
109
Bab: 109 Terpesona
110
Bab 110
111
Bab: 111 Rasa Penasaran
112
Bab: 112 Cemburu
113
Bab: 113 Cemburu
114
Bab: 114 Terjatuh
115
Bab: 115 Rasa Bersalah
116
Bab: 116 Rasa rindu terhadap Anak.
117
Bab: 117 Rasa Rindu
118
Bab: 118 Rasa gembira
119
Bab: 119 Kesalahan
120
Bab: 120 Pertengkaran
121
Bab:121 Emosi yang memuncak
122
Bab: 122 Rasa bersalah
123
Bab: 123 Sang Anak Rewel
124
Bab: 124 Kesal
125
Bab: 125 Rasa khawatir
126
Bab: 126 Penyesalan
127
Bab: 127 Depresi..
128
Bab: 128 Rasa terkejut
129
Bab: 129 Berusaha Ikhlas
130
Bab: 130 Dihinggapi rasa penasaran
131
Bab: 131 Rasa iba
132
Bab: 132 Ikhlas melepaskan
133
Bab: 133 Tyanca Kesal.
134
Bab: 134 Papanya Bianca gelisah
135
Bab: 135 Tyanca tersulut emosi
136
Bab:136 Dihinggapi rasa penasaran
137
Bab; 137 Bianca kecewa
138
Bab: 138 Bianca pilu
139
Bab; 139 Tyanca tersenyum puas
140
Bab: 140 Bianca kesal
141
Bab :141 Bianca Pergi
142
Bab: 142 Penuh sesak
143
Bab: 143 Mama Astri dihinggapi rasa sedih.
144
Bab: 145 Tersenyum Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!