💌HAPPY READING💌
Ting......Ting.......
Terdengar suara bel rumah berbunyi berulang kali. Kebetulan Bara dan Serina baru saja menuruni anak tangga.
"Siapa itu pagi-pagi kemari?" Tanya Serina.
Bara mengangkat kedua bahunya. "Entahlah,"
"Biar saya bukakan pintunya, nyonya!" Ucap Arum tiba-tiba.
"Baiklah!"
Arum lalu melangkah menuju ke arah pintu utama. Ia membuka pintu, dan terlihat ada seorang wanita paruh baya berusia empat puluh lima tahun yang sedang berdiri.
"Nyonya....." Sapa Arum.
Mayang, ibu mertua dari Serina, tak berkata sepatah kata pun ia langsung saja melangkah masuk ke dalam rumah.
"Mamah......" Ucap Bara dan Serina serentak. Mereka berdua langsung saja mencium punggung tangan Mayang.
"Kamu gak kerja hari ini?" Tanya Mayang pada Bara.
"Gak mah, libur dulu!" Jawab Bara.
"Mamah tumben kesini, ada apa memangnya?" Tanya Bara.
"Gak papa kok, mamah cuma ingin mampir saja sebentar!"
"Arum......." Panggil Serina.
"Iya nyonya, ada apa?"
"Cepat buatkan minuman!" Titah Serina.
"Baik nyonya!" Arum berlalu menuju ke dapur.
Huft....
"Arum....."
"Iya ibu, ada apa?"
"Apa kamu belum hamil juga?" Tanya Mayang.
Serina sejenak terdiam mendengar pertanyaan dari ibu mertuanya.
"Mah, kalau Serina hamil pasti Serina akan langsung kasih tahu mamah kok." Ucap Serina.
Mayang menghembuskan nafasnya kasar. "Kapan sih, mamah juga pengen seperti teman mamah yang lain, mereka udah pada gendong cucu aja, sementara mamah?"
Bara melirik ke arah istrinya yang seketika tertunduk diam.
"Mah, mungkin kami---" Belum habis berbicara, Mayang langsung memotongnya.
"Bara, Bara, memang pada dasarnya istrimu saja yang mandul. Makanya gak hamil-hamil selama ini!" Hardik Mayang.
Serina menegakkan pandanganya dan menatap ibu mertuanya dengan tatapan nanar.
"Mamah, jangan bicara seperti itu!" Pinta Bara.
"Kan emang kenyataan Bara, selama ini istri kamu saja yang mandul yang gak bisa ngasih keturunan."
Serina memejamkan matanya, menghela nafasnya dengan pelan. Dia mencoba meredam emosi yang ada didalam dirinya, sebab bukan kali pertama ibu mertuanya mengatakan itu kepadanya.
"Permisi.....ini minuman nya!" Arum yang datang langsung saja menaruh gelas diatas meja. Setelah itu ia kembali lagi kedapur.
"Heran mamah itu sama kamu, Bara. Kenapa sampai saat ini kamu masih saja bertahan dengan wanita mandul!" Hina Mayang dengan tatapan sinis ke arah Serina.
Bara sungguh tak enak hati mendengar mamahnya sendiri menghina Istrinya.
"Dokter sudah bilang kok mah, kalau Serina ini gak mandul. Kandungan Serina juga subur kok!" Sanggah Serina.
"Alah....alah, kalau mandul ya mandul saja! kamu itu gak bakal punya anak sampai kapanpun!" Ucap Mayang.
Ucapan ibu mertuanya begitu menusuk dan menyakiti hati Serina. Walaupun sudah berulang kali bahkan ratusan kali ibu mertuanya mengucapkan seperti itu, akan tetapi tetap saja setiap kata yang diucapkan, dan keluar dari mulutnya membuat hati Serina bagai disayat silet.
"Sudahlah mah, tidak usah dibahas. Lagian selama ini kami berdua juga hidup bahagia walaupun tanpa seorang anak." Ujar Bara berusaha membela sang istri. Bara sangat tahu bahwa istrinya pasti sangat kesal terhadap ibunya.
"Tapi tetap saja, pasangan menikah harus mempunyai anak! rumah tangga itu nggak akan lengkap tanpa anak."
"Bisakah mamah berhenti? tidak adakah topik selain itu?" Tanya Serina yang sudah hilang kesabaran.
Wajah Mayang memerah saat mendengar ucapan Serina.
"Iya maafin mamah, Serina."
Ternyata sejak tadi Arum diam-diam menguping perbincangan mereka dari balik dinding. Arum tersenyum puas saat mendengar Serina di hina oleh mertuanya sendiri.
"Sabar calon mertua, sebentar lagi aku lah yang akan memberikanmu seorang cucu." Batin Arum. "Aku harap semoga kalian cepat bercerai!"
"Bara! Mamah minta uang dong sama kamu." Ujar Mayang tiba-tiba.
"Loh Mah, bukannya baru kemarin mas Bara ngasih mamah uang seratus juta, kenapa minta lagi?" Tanya Serina.
"Loh suka-suka mamah dong, lagi pula mamah gak minta sama kamu!" Jawab Mayang ketus.
"Saya mintanya sama anak saya, jadi kamu tidak ada hak melarang saya!"
"Tapi, Mah! Masa uang segitu udah habis aja." Ucap Serina.
"Serina! Kamu itu gak usah perhitungan sama mertua kamu sendiri, apa mungkin karena maman bukan mamah kandung mu jadi kamu perhitungan begini?" Tanya Mayang kesal.
"Aku tidak pernah perhitungan, Mah! Selama ini aku sama mas Bara selalu memberikan apapun keinginan mamah. Kenapa mamah bilang aku perhitungan?" Tanya Serina balik, matanya memandang lurus ke Mayang.
"Serin, hentikan! kamu jangan seperti itu sama mamah!" Bisik Bara.
"Aku hanya bertanya, Mas. Dan apa salahnya aku membela diri?" Ucap Serina tak mau kalah.
"Sudahlah, tinggal di kasih, bereskan?" Ujar Bara.
"Terserah kamu aja lah, Mas!" Ucap Serina berlalu pergi.
Beberapa saat kemudian, Mayang sudah pulang dari kediaman Bara dan Serina.
Serina beranjak menuju ke kamar, dengan di susul oleh Bara.
"Serina....."
"Apa?" Jawaban Serina begitu ketus saat Bara memanggilnya.
"Maafkan ucapan mamah, aku tahu pasti kamu sangat sakit hati kan?"
Serina berbalik badan, tatapan begitu sinis menatap Bara.
"Tentu saja, aku sangat sakit hati dengan ucapan mamah mu itu!"
"Kurang sabar apalagi aku mas, selama ini aku sudah berusaha menahannya. Tapi tetap saja, mamah mu hanya selalu menghina dan mencaci maki saja!" Keluh Serina dengan mata berkaca-kaca.
"Iya aku mengerti, tapi aku rasa apa yang di ucapkan mamah juga ada benarnya--"
"Jadi maksud kamu, aku memang wanita mandul?" Potong Serina, menatap tajam suaminya.
"Serina, bukan begitu maksudku. Kita sudah menikah selama sepuluh tahun, tapi belum juga dikaruniai anak, ya jelas dan wajar saja jika mamah ingin segara menggendong cucu." Ujar Bara.
"Jadi kamu menyalahkan aku, begitu?" Tanya Serina.
"Bukan begitu, Serin. Tapi--"
Serina menarik nafas panjang dan mencoba menahan emosi.
"Semua ini juga bukan kehendak aku, Mas."
"Aku seorang wanita sekaligus seorang istri. Tentulah keinginan mempunyai anak itu ada. Tapi mau bagaimana lagi, tuhan memang belum mau menakdirkan!" Jelas Serina.
Dadanya begitu sesak, mulut tak lagi dapat berkata. Serina membuang pandangannya, menyembunyikan mata yang mulai memerah.
"Maafkan aku, sayang!" Ucap Bara dengan segenap perasaan bersalah.
"Tak perlu!" Ujar Serina ketus.
"Pergilah, mas. Aku ingin sendiri!" Pinta Serina yang masih tak ingin menatap suaminya.
"Baiklah, jika kamu ingin sendiri, aku bisa memberi mu waktu." Ucap Bara seraya berlalu.
Saat hendak menuruni anak tangga, Bara melihat Arum sudah menunggunya di ujung tangga. Pria itu tersenyum lebar lalu bergegas menghampiri Arum.
"Kamu seperti orang putus asa, Mas?" Tanya Arum.
"Kita bicara di taman belakang." Ajak Bara dan Arum mengiyakan.
Di taman, Arum terus saja bergelayut manja di lengan Bara.
"Lepaskan, Arum!" Pinta Bara sambil melepaskan tangan Arum.
"Mas!" Arum setengah berteriak.
"Pelankan suara mu, bagaimana jika Serina nanti mendengar mu?" Ujar Bara dingin.
Arum memutar bola matanya sambil membuang nafas kasar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
💞DARRA💞💖
napa juga gak pasang cctv
2022-12-12
0
Dwisya12Aurizra
udah suami selingkuh mertua mulutnya pedas kayak bon cabe... weehh... ...
2022-12-07
1
Noor Sukabumi
next kk
2022-12-03
4