🌺HAPPY READING🌺
Bara menarikan kursi untuk istrinya, lalu mempersilahkan Serina untuk duduk.
"Duduklah!" Titah Bara sambil menatap Serina dengan penuh cinta.
"Kalau bukan karena sandiwara, aku jijik di perlakukan dengan manis oleh mu, mas." Batin Serina.
Pria itu tidak sadar jika perlakuannya itu membuat Arum cemburu.
"Arum.....kenapa malah diam? ayo duduk!" Tegur Serina pada Arum yang berdiri mematung.
"Ah....iya nyonya!" Arum lalu duduk.
-
Mereka bertiga pun menikmati makan malamnya masing-masing.
Ade pemandangan yang membuat hati Arum begitu panas, bagaimana tidak? Ia melihat majikannya saling menyuapi satu sama lain dengan penuh mesra.
Arum tampak diam mematung, di balik meja tangannya terkepal kuat menahan amarah dan cemburu.
Semua itu pun tak luput dari perhatian Serina.
Serina dan Bara tampak berbincang asyik hingga tidak sadar disitu juga ada Arum.
Serina berbicara sambil sengaja bergelayut manja di lengan suaminya, menatapnya dengan penuh cinta.
Karena merasa jengah berada di tengah-tengah dua orang itu, Arum memutuskan untuk kembali dan menungggu di mobil.
Arum meletakan kasar sendok dan garpu yang ia pegang, hingga membuat perhatian Bara dan Serina.
"Ada apa, Arum? kamu sudah selesai makannya?" Tanya Bara.
Arum tersenyum tipis sambil mengangguk pelan. "Iya tuan, saya sudah selesai, saya sudah kenyang!" Jawab Arum. Yang padahal dia sudah kenyang melihat kecemburuan majikannya.
"Kalau begitu saya pergi dulu, saya akan menunggu di mobil saja." Ucap Arum bangkit dari duduknya. Ia kemudian berlalu begitu saja.
Serina tersenyum puas melihat Arum yang seperti itu. Dia sudah menduga jika Arum pasti akan merasa jengah.
Dengan perasaan kesal sepanjang perjalan ke mobil, Arum terus mengumpat majikannya.
"Apakah dia sengaja mengajakku hanya untuk memamerkan kemesraannya dihadapan ku?" Tanya pada diri sendiri.
Arum masuk ke dalam mobil, menutup pintu dengan kasar hingga mengagetkan pak Kubis yang juga menunggu di mobil.
"Arum, kenapa wajah mu jelek begitu?" Tanya pak Kubis pada Arum.
Tidak menghiraukan, Arum lebih memilih memainkan ponselnya.
Selang beberapa saat, dari kejauhan Arum terlihat memperhatikan majikannya yang berjalan menuju ke arah mobil dengan bergandengan tangan. Hal itu lagi-lagi membuat Arum panas.
Selama perjalanan pulang, lagi-lagi suasana hening tercipta, tidak ada pembicaraan. Serina tenggelam dalam pikirannya memikirkan bagaimana langkah selanjutnya.
Sedangkan Arum hatinya merasa dongkol, wajahnya terlihat begitu marah dan Bara dapat melihat semua itu.
Lima belas menit kemudian akhirnya mereka sudah sampai di rumah. Rupanya selama perjalan, Serina merasa ngantuk dan akhirnya tertidur. Bara tak sampai hati membangunkan istirnya. Di satu sisi dia merasa tidak enak hati karena Arum terus memperhatikan dirinya tapi di satu sisi tidak mungkin Bara menyuruh pak Kubis menggendong istrinya.
Bara menghembuskan nafasnya pelan, akhirnya tanpa banyak cingcong, Bara langsung saja mengangkat tubuh istrinya dan memboyongnya menuju ke kamar.
Arum menghembuskan nafasnya dengan kasar ketika Melihat adegan yang lagi-lagi membuatnya terbakar. Dengan perasaan murka, ia pun berlalu begitu saja.
Setelah sampai kamar, pria itu merebahkan tubuh istrinya di atas tempat tidur. Bara menatap istrinya yang sudah terlelap, lalu ia menyelimuti istrinya.
Melihat istrinya sudah benar-benar terlelap tidur, dengan pelan Bara pun langsung beranjak pergi dari kamar.
Serina langsung membuka kedua matanya, ia tersenyum sinis ketika melihat suaminya keluar dari kamar. Serina sangat yakin pasti suaminya menemui Arum.
Dengan waspada Bara masuk kedalam kamar Arum, di dapatinnya Arum sedang berdiri sambil melipat tangannya di dada.
"Ternyata kamu masih ingat juga denganku!" Ucap Arum dengan wajah tak bersahabat.
"Maafkan aku, Arum!" Ucap Bara ingin memeluk tubuh Arum Namum sedetik kemudian Arum menghindarinya.
"Kamu kenapa?" Tanya Bara.
"Jangan sentuh aku, aku gak mau di sentuh oleh tangan mu yang bekas memegang wanita lain selain diriku!"
Bara membalikan tubuhnya, melangkah ke arah pintu dan langsung mengunci rapat pintu kamar Arum.
"Mau apa kamu?" Tanya Arum.
"Arum, aku minta maaf." Ucap Bara lagi dengan wajah melasnya, berharap Arum akan memaafkannya.
"Kamu sengaja kan mengajakku tadi? karena kamu hanya ingin memamerkan kemesraan mu saja di depanku, iyakan?" Tanya Arum.
"Bukan begitu maksudku, Arum." Sanggah Bara.
"Lalu apa? kamu sama sekali gak mikirin perasaanku tadi!" Arum membuang nafas kasar.
"Sudahlah, tidak usah dibahas lagi. Yang penting sekarang aku sudah bersamamu, Arum." Ucap Bara.
"Tapi tetap saj---" Belum selesai Arum berbicara, Bara langsung menutup mulut Arum.
"Shut......aku tidak mau bertengkar denganmu sekarang. Lebih baik kita lanjutkan yang tadi sore tertunda!" Kata Bara tersenyum penuh gairah menatap Arum.
Bara perlahan menempelkan bibirnya ke leher Arum, sambil melingkarkan kedua tangannya di pinggang ramping Arum.
"Aku tidak mau, Bara!" Tolak Arum.
Tapi Bara sama sekali tak mengindahkannya. Dia sudah tidak kuat lagi menahan hasratnya.
Bibir tipis Bara pun mulai berpindah ke bibir Arum dan Bara langsung saja memagut rakus bibir Arum. Matanya sayup-sayup menikmati setiap pagutan yang menghisap habis bibir Arum, Arum pun yang sudah tak tahan lagi karena terangsa*Ng , tanpa sadar ia membalas pagutan dari Bara. Nafas keduanya pun semakin memburu dan menyatu.
Benar-benar tidak tahan, akhirnya Bara menjatuhkan tubuh Arum ke atas ranjang. Mereka pun kembali melakukan olahraga malam, seperti malam-malam sebelumnya.
Lagi-lagi, tanpa mereka sadari ternyata sejak tadi Serina sedang menguping dari luar.
Hatinya Serina bagaikan dihantam benda tumpul, saat ia mendengar suara lenguhan-lenguhan dari suami dan pembantunya sendiri.
Ingin sekali rasanya Serina menendang pintu, lalu memergoki kedua binatang yang sedang berbuat dosa. Akan tetapi Serina kembali mengurungkan niatnya karena ia pikir ini bukanlah waktu yang pas.
"Sabar Serina, jangan gegabah dulu. Ini bukanlah waktu yang pas." Batin Serina.
"Awas kalian berdua, lihat saja, aku akan memberikan pelajaran bagi kalian!"Serina tersenyum kecut.
Dengan mata yang sudah berkaca-kaca, Serina akhirnya memilih untuk pergi kembali ke kamarnya.
Huft......
Beberapa saat kemudian, tubuh keduanya pun sudah dibanjiri oleh keringat dosa. Bara kelelahan, ia sungguh merasa puas malam ini, meski lembah milik Arum sering ia pakai, akan tetapi entah kenapa rasanya masih sempit saja.
Sementara Arum, wanita itu merasakan kelelahan yang luar biasa akibat terus dihantam oleh benda pusaka Bara yang ukurannya terbilang cukup besar.
"Aku sangat puas malam ini, Arum. Kalau kamu bagaimana?" Tanya Bara.
Arum hanya tersenyum sambil mengangguk.
"Kamu malam ini tidur disini saja. Menemaniku!" Ucap Arum seketika.
"Aku tidak bisa, Arum." Tolak Bara. "Bagaimana jika Serina tahu nanti? semua bisa kacau!"
Arum menghela nafas panjang.
"Tidak apa, tidak mungkin ketahuan. Ayolah hanya sekali ini saja!" Pinta Arum.
Bara menggeleng, pria itu lalu bangun dari ranjang.
"Tidak Rum, itu bisa menjadi masalah besar jika ketahuan." Ucap Bara, lalu ia memungut pakaiannya yang berserakan di lantai.
Arum kesal mendengarnya, ia lalu bangun dari ranjang.
"Oh jadi kamu gak cinta sama aku?" Tanya Arum.
"Mengertilah dulu, Rum." Ujar Bara, kemudian beranjak pergi dari kamar Arum.
Arum diam, ada sedikit perasaan kecewa terhadap Bara yang tak ingin menemaninya tidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
arniya
knp gk d rekam jd bukti??!
2024-02-19
0
Dwisya12Aurizra
lah koq gitu... katanya mau menangkap basah, itu malah di biarin
2022-12-07
2
Imas Maela
apa mereka sudah saling kenal sebelum y...
2022-12-03
1