Suami yang sangat dia cintai dan percaya kini tega mengkhianati dirinya. Serina lalu meraih foto pernikahan itu, amarahnya kembali menyelimuti dirinya. Dadanya semakin sesak, saat dirinya kembali mengingat kelakukan dua makhluk yang tidak tahu malu tersebut.
"Bara! Lihat saja aku akan membalas mu, apa salah ku padamu hingga kau tega mengkhianati aku, hah! Aku tidak akan membiarkan kamu bahagia di atas derita ku." Ucap Serina diiringi senyum sinis.
Serina bangun dari kursi kebesarannya lalu membuang bingkai foto pernikahan dirinya ke tempat sampah.
"Lihat saja, aku akan membalas perbuatan kalian berdua!" Ucap Serina dengan kedua tangan terkepal dengan kuat.
Hari sudah mulai sore, Bara dan Serina sudah tiba di rumah. Arum, wanita itu menyambut kedatangan sang majikan.
"Selamat datang Tuan, Nyonya." Ucap Arum sambil menatap bergantian sang majikan.
"Biar saya bantu bawakan tasnya, Tuan." Ujar Arum.
Bara tersenyum, ia lalu memberikan tas kerjanya pada Arum.
"Ehem......" Serina seketika berdehem.
"Arum, kamu tidak usah masak makan malam karena aku dan suamiku akan makan di luar!" Ujar Serina.
"B-baik, Nyonya!" Jawab Arum.
"Sekarang kamu siapkan air hangat untuk ku dan suamiku!" Perintah Serina.
"Baik, Nyonya!" Ucap Arum seraya berlalu dengan wajah tertunduk.
Dalam hati Arum merasa sangat kesal, ketika mendengar jika majikannya itu akan makan diluar malam ini.
"Serin, tumben sekali kamu ingin makan di luar, biasanya kamu tidak terlalu suka jika kita makan di luar."
"Aku hanya ingin, apa itu salah?" Jawab Serina ketus.
"Serina! Kenapa nada bicaramu begitu, aku bertanya baik-baik." Sentak Bara.
Tidak menghiraukan, Serina langsung berlalu begitu saja meninggalkan suaminya.
"Ini bukan Serina yang aku kenal!" Bara menghela nafas.
Selagi istrinya membersihkan diri, Bara diam-diam pergi ke bawah untuk menemui Arum.
"Tuan! Lepaskan!" Arum terkejut karena Bara tiba-tiba saja memeluknya dari belakang.
"Aku merindukanmu, sayang." Ucap Bara sambil menciumi leher Arum.
"Nanti kalau nyonya melihat, bagaimana?" Tanyanya.
"Aku tidak peduli!" Ucap Bara santai.
"Tuan-- Akhh..." Arum meringis geli saat Bara menggigit kecil telinganya.
"Kau nakal sayang! Sudah ku bilang jika kita sedang berduaan panggil aku sayang jangan tuan." Ucap Bara.
Bara menaikkan satu kaki Arum ke atas meja dengan di tumpu tangannya lalu pria itu memasukan satu jarinya ke dalam lembah yang sudah basah karena ulah nakal Bara.
"Sayang, kau sudah basah!" Bara tersenyum penuh nafsu ke arah Arum.
Bara dengan rakusnya melahap bibir dower milik Arum sambil di bawah tangannya terus memainkan lorong basah milik Arum.
"Kita olahraga sebentar, sayang." Ucap Bara dengan nafas memburu.
"Sayang, jangan disini! Nanti kalau ada nyonya turun bagaimana?"
"Lalu dimana sayang?"
"Di kamar."
"Tapi Tuan, bukankah tuan dan nyonya akan makan malam diluar?" Tanya Arum.
Bara menghentikan aktivitasnya.
"Sial! Aku hampir lupa. Arum kita tunda dulu bercintanya." Ucap Bara seraya pergi.
Tanpa disadari Arum dan Bara, Serina kini tengah menyaksikan permainan mereka dari kejauhan. Sakit hati, kecewa, amarah campur menjadi satu, entahlah Serina sendiri sulit mengekspresikan perasaannya.
"Kurang ajar! kalian berdua telah mengotori rumah ku dengan perbuatan menjijikan kalian." Ucap Serina dengan sorot mata berapi-api.
Rasanya ingin sekali Serina menangkap basah suami dan pembantunya itu, akan tetapi Serina mengurungkan niatnya. Karena dia tidak ingin cepat-cepat memberikan karma pada suami dan pembantunya.
"Untuk kali ini aku akan membiarkan kalian berenang di lautan dosa, maka bersenang-senanglah dulu kalian." Ucap Serina menyeringai.
"Bara, Arum. Kalian harus merasakan apa yang ku rasakan saat ini. Tunggu saja pembalasan ku!" Ucap Serina seraya berlalu.
Huft......
"Darimana saja kamu, mas?" Tanya Serina.
"Ah.. aku habis dari luar mencari udara segar." Jawab Bara.
"Benarkah?" Tanya Serina sambil menatap lekat wajah suaminya hingga membuat Bara gugup.
"Tentu saja! Sudahlah aku mau mandi, bukankan kita akan makan malam di luar." Bara berlalu pergi tanpa mendengarkan jawaban dari Serina.
Serina, wanita itu melipat tangannya di dada lalu tersenyum miring.
Kini Bara dan Serina sudah bersiap untuk pergi makan malam.
"Serina, apa sebaiknya kita mengajak Arum juga?" Tanya Bara.
Serina mengerutkan dahinya. "Untuk apa?" Tanyanya.
"Kasihan jika sendiri dirumah sebesar ini." Jawab Bara.
"Sepertinya kamu tidak betah berjauhan dengan selingkuhan mu itu, Mas." Batin Serina.
"Tapi baiklah, aku akan mengikuti permainan kalian!"
"Terserah kamu aja lah, Mas!" Ucap Serina lalu pergi meninggalkan suaminya.
Bara tersenyum lebar, pria itu lalu menuju ke dapur untuk menyuruh Arum bersiap-siap.
"Tuan, apa nyonya tidak marah jika Arum ikut?"
"Sudahlah, Arum. Kamu jangan banyak tanya."
"Cepatlah ganti pakaian mu atau apa perlu aku yang menggantikannya." Goda Bara.
"Mas....." Arum mencubit kecil lengan Bara.
"Daripada cubit ini mending yang itu." Ucap Bara sambil menunjuk benda pusaka miliknya.
Tidak menjawab, Arum bergegas pergi ke kamarnya untuk berganti pakaian.
Di mobil, Serina menunggu suaminya. Pandangannya dia layangkan ke arah jendela mobil.
"Nyonya, ada apa?" Tanya pak Kubis yang sedari tadi memperhatikan Nyonya nya dari kaca spio.
"Kenapa, Pak?" Tanya Serina balik.
"Nyonya sedari tadi hanya melamun lalu mengeluarkan air mata. Apa nyonya sedang tidak enak badan?" Tanya pak Kubis yang rupanya sedari tadi sudah memperhatikan Nyonya nya.
"Ah.. tidak apa-apa, pak. Mungkin aku hanya kelelahan." Ucap Serina seraya menghapus air matanya yang tanpa sadar keluar begitu saja.
Pak Kubis tak lagi menyahut.
Setibanya di mobil, Bara membukakan pintu untuk Arum.
Serina yang melihat perlakuan manis sang suami menatap sinis ke arah Arum yang sedari tadi menundukkan kepalnya.
Sepanjang perjalanan, suasana di dalam mobil begitu hening. Serina sekilas melihat Arum yang duduk dibelakang hanya membuang muka ke arah jendela.
"Sayang......sudah lama ya rasanya kita tidak pergi makan malam bersama." Serina tiba-tiba bergelayut manja di lengan suaminya.
Bara terlihat gugup, ia hanya memberikan setengah senyuman saja pada Serina tapi dengan mata yang sekilas melihat ke arah Arum.
Arum, wanita itu hanya bisa membuang muka kembali ketika melihat majikannya seperti itu. Jauh di lubuk hatinya dia merasa dongkol melihat kemesraan tersebut.
"Lihat saja, aku akan membuat Mas Bara menceraikan kamu!" Gerutu Arum dalam hati.
Beberapa saat kemudian, mobil yang dikendarai pun telah sampai di salah satu restoran ternama.
Pak Kubis langsung saja turun membukakan pintu mobil untuk majikannya. Lalu setelah itu Bara dan Serina pun melangkah terlebih dahulu masuk ke dalam restoran.
"Arum, kenapa kamu menatap majikan kita seperti itu?" Tanya pak Kubis mengagetkan Arum.
"Jangan-jangan kamu naksir sama Tuan Bara, ya?" Pak kubis menatap lekat wajah Arum.
"Pak Kubis gak usah aneh-aneh. Udah ya, pak. Arum mau menyusul nyonya sama tuan dulu." Ucap Arum seraya berlalu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
arniya
awal baca bikin geregetan
2024-02-19
0
Dwisya12Aurizra
dasar babu gak tauk diri
2022-12-07
2
Imas Maela
arum lebih dari naksir pak kubis
2022-12-03
1