Bab 5 Ada apa dengan perasaanku?

Di dalam mobil Revana memakan bekal yang dibawanya tadi dengan bergantian menyuapi dirinya sendiri dan menyuapi kakaknya.

"Ternyata mobil Kakak masih bagus ya," ucap Revandra sambil fokus mengendarai mobilnya.

"Gimana gak bagus, gak ada yang pakai mobil Kakak," ucap Revana di sela kunyahan makannya.

Revandra mengernyitkan dahinya mendengar perkataan dari adiknya. Dengan segera dia mengunyah makanannya dan menelannya. Kemudian dia berkata,

"Memangnya kamu gak pakai mobil Kakak? Oh iya, kenapa tidak ada mobil lain di garasi? Kamu belum beli mobil sendiri?" 

Seketika Revana menghentikan makannya. Bibirnya mengerucut setelah dia menelan makanannya. 

Merasa tidak ada jawaban dari adiknya, Revandra melihat sekilas ke arah Revana, kemudian dia kembali fokus pada jalanan dan kemudinya.

"Kenapa kok cemberut gitu?" tanya Revandra tanpa melihat ke arah adiknya.

"Aku gak dibolehin nyetir sendiri sama Mama dan Papa. Lalu buat apa aku beli mobil?" jawab Revana yang masih saja mengerucutkan bibirnya.

Revandra pun terkekeh mendengar celotehan kekesalan adiknya dengan ekspresi khasnya jika sedang kesal.

"Itu tandanya Mama dan Papa sayang sama kamu. Mereka gak mau terjadi apa-apa sama kamu," tutur Revandra sambil tangannya mengusap pipi Revana.

Tiba-tiba terdengar dering telepon dari ponsel Revandra. Ponsel yang tergeletak di dashboard mobil itu menyala dan memperlihatkan nama si penelepon.

"Kania? Siapa dia Kak?" tanya Revana ketika melihat nama Kania pada layar ponsel Revandra saat ponselnya berdering.

Seketika wajah Revandra tegang dan Revana merasa hatinya seperti tercubit. Bahkan melihat reaksi kakaknya itu membuat hatinya kini seperti tergores benda tajam.

"Biarkan saja. Bukan orang penting," ucap Revandra dengan ketus.

"Apa… apa dia pacar Kakak?" tanya Revana ragu dengan dadanya yang seketika menjadi sesak sehingga membuat air matanya mengumpul di pelupuk matanya.

"Dulu. Tapi kita sudah putus," jawab Revandra dengan ketus dan berwajah kesal.

Tiba-tiba bulir air mata Revana jatuh menetes di pipinya. Segera Revana menghadap ke arah jendela seolah sedang menatap jalanan dan dengan segera dia mengusap air matanya agar kakaknya tidak mengetahuinya.

Mereka berdua diam menyelami perasaan masing-masing. Revana yang sedih mendengar kenyataan bahwa kakaknya mempunyai mantan pacar dan Revandra yang emosi karena mendengar kembali nama Kirana.

Selang beberapa saat telepon tersebut kembali berbunyi. Revana pun melihat jelas nama Kirana tertera pada layar ponsel kakaknya.

"Sial! Aku lupa mengganti nomorku," ucap Revandra dengan sangat kesal.

Revana melihat kakaknya dengan wajah murung. Dia tidak menyangka jika perasaannya akan terluka hanya dengan melihat kakaknya dalam keadaan seperti itu.

"Apa kamu mau mengantar Kakak membeli nomor baru?" tanya Revandra dengan menatap sekilas pada Revana.

"Apa karena perempuan itu?" tanya Revana dengan suara yang bergetar.

"Tolong jangan sebut nama dia lagi. Aku sudah tidak ingat tentang dia sejak bertemu denganmu, Mama dan juga Papa," jawab Revandra dengan wajah kesalnya fokus pada jalanan.

"Kenapa kalian putus?" tanya Revana dengan suara yang sedikit tercekat.

Dia memang sakit hati dan enggan mendengar tentang perempuan itu, hanya saja dia juga tidak bisa menahan rasa ingin tahunya.

"Dia selingkuh," jawab Revandra singkat.

Sungguh dia sudah lupa akan Kania setelah berkumpul bersama dengan keluarganya. Terlebih setelah dia seharian bersama dengan Revana, adik tercintanya.

Namun, setelah dia mendengar kembali nama Kania membuatnya emosi karena teringat akan kejadian malam itu.

"Kak, Reva berangkat dulu," ucap Revana tanpa menoleh ke arah Kakaknya. 

Dengan segera Revana membuka pintu mobilnya seolah sedang tergesa-gesa keluar dari mobil.

"Sayang, nanti Kakak jemput ya. Hubungi Kakak kalau sudah waktunya pulang," seru Revandra dari dalam mobilnya dengan kaca jendela yang dibukanya.

Tentu saja hati Revana sangat bahagia mendapat panggilan sayang dari kakaknya. Panggilan sayang itu sedari dulu memang diberikan oleh Revandra padanya.

Hanya saja rasanya berbeda dengan kali ini. Dia merasa jantungnya berdebar dengan cepat saat kakaknya memanggilnya dengan sebutan sayang.

Revana menghentikan langkahnya, kemudian dia menganggukkan kepalanya untuk menanggapi perkataan kakaknya tanpa menoleh padanya.

Setelah itu dia berlari kecil masuk ke dalam kelasnya. Hatinya sangat gembira karena panggilan sayang dari kakaknya selalu terngiang di telinganya.

Namun, beberapa saat kemudian dia kembali teringat akan nama Kania. Seketika rasa sakit hatinya itu kembali lagi.

"Sial! Aku akan mengganti nomorku agar dia tidak bisa menghubungiku lagi," ucap Revandra dengan kesalnya memaki Kania yang berkali-kali menghubunginya.

Tangannya segera menyentuh tombol blokir pada nomor ponsel Kania. Dan dia segera melajukan mobilnya menuju counter untuk membeli nomor baru ponselnya.

Setelah mendapatkan nomor baru untuk ponselnya, Revandra segera mengirim pesan pada Revana untuk memberitahu nomor baru miliknya.

Revana melihat layar ponselnya ketika terdengar ada suara notifikasi pesan masuk. Bibirnya melengkung ke atas saat membaca pesan tersebut.

Ternyata Kak Revan benar-benar mengganti nomornya, Revana berkata dalam hatinya.

Kemudian dia membalas pesan kakaknya itu dengan senyum yang tidak pernah pudar dari bibirnya.

"Reva, jalan yuk," ucap Reno sambil duduk di sebelah kanan Revana.

Seketika Revana memasukkan ponselnya ke dalam tasnya. Kemudian dia berkata,

"Eh Ren, jalan ke mana?"

Bukan berarti Revana mau untuk diajak jalan oleh Reno, hanya saja dia tidak tega, sehingga dia tidak bisa menolak secara terang-terangan Reno yang sangat baik padanya.

"Ke mana saja. Kita bisa jalan ke tempat yang kamu inginkan. Terserah kamu," jawab Reno sambil tersenyum manis pada Revana.

Aku hanya ingin bersamamu Reva, Reno berkata dalam hatinya.

"Ehmmm… sepertinya aku-"

"Reva, ayo kita pulang!" 

Tiba-tiba terdengar suara laki-laki yang sepertinya terdengar kesal sedang memanggil Reva.

Reva dan Reno pun menoleh ke arah sumber suara. Betapa terkejutnya Revana melihat kakak tercintanya itu sedang berdiri tidak jauh dari tempatnya berada dengan menatap tajam pada Reno.

"Kak Revan?!" celetuk Revana yang kaget melihat Revandra.

"Siapa dia?" tanya Reno pada Revana.

"Dia Kakakku," jawab Revana tanpa menoleh ke arah Reno, matanya hanya menatap ke satu arah, yaitu menatap kakaknya, Revandra.

Revandra berjalan mendekati Revana, kemudian dia melingkarkan tangannya pada pinggang adiknya itu dengan posesif.

"Pulang yuk Sayang," ucap Revandra sambil tersenyum memandang adiknya.

Sontak saja Revana sadar dari lamunannya ketika mendengar kata Sayang yang ditujukan oleh kakaknya padanya.

"Hah?! Eh i-iya. Ayo Kak," ucap Revana gugup.

"Reva! Bukannya kita akan pergi?" tanya Reno sambil memegang tangan Revana untuk menghentikan langkahnya.

Revandra menatap tajam pada Reno dan dia menghempaskan tangan Reno yang memegang tangan Revana.

"Kita akan pulang sekarang!" ucap Revandra dengan menatap kesal pada Reno.

Revana pun tidak berkata apa-apa. Dia berjalan ketika Revandra mengajaknya untuk berjalan.

Reno menatap nanar punggung Revana yang pinggangnya dipeluk mesra oleh Revandra. Tangannya mengepal dan tatapannya bengis dengan nafas yang tidak beraturan menahan emosinya.

"Tidak akan aku biarkan siapapun menjauhkanku dari Revana, tak terkecuali Kakaknya," ucap Reno dengan mengeratkan gigi-giginya menahan amarahnya.

Revana melihat tangan kakaknya yang melingkar di pinggangnya, kemudian dia memandang wajah kakaknya yang lebih tinggi darinya. Dalam hati dia berkata,

Kenapa aku sangat bahagia diperlakukan seperti ini oleh Kakakku sendiri. Ada apa denganku? Ada apa dengan perasaanku?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!