Sosok yang mengikutiku

Malam hari setelah kejadian itu aku merasa sedikit trauma, aku terus terbayang kejadian itu hingga membuatku merasa ketakutan sendiri padahal sebelumnya aku tidak merasa seperti itu.

Aku memilih tidur lebih awal agar aku tidak terus teringat  kejadian itu, namun nyatanya malah membuatku semakin teringat bahkan sampai terbawa mimpi.

Dalam mimpiku aku sedang berdiri di belakang rumah sambil memandangi aliran sungai, rasanya begitu tenang dan damai ditambah lagi tiupan angin yang begitu nyata terasa mengelus setiap helai rambut dan kulitku. Saat itu aku melihat seseorang entah dari mana datangnya, wujudnya tidak terlalu jelas bahkan aku ragu dia manusia atau hanya bayangan dalam mimpiku, dia menghampiriku lalu menarik tanganku dan mengajakku turun ke sungai tanpa pikir panjang aku mengikutinya hingga aku masuk ke dalam sungai.

Aneh memang, dalam mimpiku aku mengikutinya tanpa penolakan dan yang lebih membuatku heran aku merasa bisa bernafas di dalam air.

“Apa ini? Ini di dalam sungai kan? Kenapa bisa aku bernafas seperti biasa?” ucapku pada seseorang yang terus memegangi tanganku.

Dia tidak menjawab pertanyaanku, dia hanya diam. Entah apa yang terjadi dengan mataku hanya hitungan detik air sungai yang keruh berubah menjadi jernih saking jernihnya aku tidak bisa membedakan apakah aku berada di bawah sungai atau malah di daratan.

Aku terperangah ketika melihat aktifitas yang ada di sana, layaknya kami yang ada di daratan namun yang membedakan adalah suasana tempat itu layaknya sebuah kerajaan dengan istana megah berdiri kokoh berkilau seperti emas namun aku tidak terlalu peduli dengan hal itu.

Aku merasa seperti sedang berada di tempat pembuatan film kolosal, begitu nyata bahkan aku tidak lagi berenang melainkan berjalan ini sangat tidak masuk akal bagiku.

“Bu-buaya?” aku tersentak kaget melihat buaya dengan warna kekuningan berada di hadapanku.

“Tempat apa ini? Kenapa kamu membawaku ke sini?” tanyaku.

Lagi-lagi dia tidak menanggapi pertanyaanku, karena merasa takut aku berusaha melepaskan genggamannya dari tanganku dengan sekuat tenaga aku berontak hingga dia melepaskannya sendiri.

Aku berlari sekuat tenaga tanpa tahu harus ke mana, hingga aku melihat sebuah cahaya menyerupai titik kecil yang terang berwarna putih tanpa pikir panjang aku berlari menuju cahaya itu yang semakin aku dekati semakin membesar hingga aku sampai dan masuk ke dalamnya. 

Saat masuk ke cahaya itu aku kembali berada dalam air sungai yang keruh, aku berusaha berenang ke permukaan.

“Bangun! Aya bangun!” suara Nenek terdengar jelas.

“Maya Bangun!” 

Dengan cepat aku tersadar dan membuka mataku, bahkan aku mendapati kasurku telah basah.

“Hah? Basah!” ucapku kaget.

“Iya kalau tidak diguyur air kamu nggak bangun-bangun!” omel Nenek sambil menenteng sebuah gayung.

“Cepat bangun!” sambung Nenek.

“Ah ... Untung cuma mimpi aku kira aku beneran lagi di sungai.”

Aku beranjak dari tempat tidurku serta membereskan kasur dan bantal yang basah akibat ulah Nenek, setelahnya aku mandi dan bersiap untuk berangkat ke sekolah.

Saat di kelas aku terus teringat dengan apa yang aku alami di mimpiku aku juga berencana menceritakannya kepada Laras.

Jam pertama pelajaran dimulai, aku berusaha fokus pada pelajaranku hingga aku merasakan ada seseorang sedang berdiri di belakang bangkuku.

“Kok ada yang berdiri? Bukannya kita lagi belajar?” pikirku.

Aku menoleh ke belakang dan berniat menegurnya, namun saat aku menoleh tidak ada siapa-siapa di belakang bangku. Aku juga sempat berpikir bagaimana mungkin ada seseorang berdiri di belakangku sementara meja milik temanku yang ada di belakang sangat rapat.

“Ah mungkin cuma perasaanku aja,” gumamku.

“Kenapa Ya?” tanya Nia teman sebangkuku.

“Oh nggak apa-apa ada lalat tadi terbang-terbang,” sahutku.

“Oh ... Ya sudah. Kamu sudah selesai baca materinya?” tanya Nia.

“Iya sudah,” sahutku singkat.

“Eh Aya kamu sudah tahu belum di sekolah kita ini ada hantunya!” bisik Nia pelan.

“Hantu? Bukannya memang setiap tempat itu ada penunggunya,” sahutku pelan.

“Iya sih, eh ... Tapi kemarin kata ibu kantin dia sering lihat ada anak duduk di dalam kelas sendirian padahal semuanya sudah pada pulang dan pintu semua kelas juga sudah dikunci,” tutut Nia.

“Nia sudah selesai?” suara Ibu Guru membuat Nia terdiam.

“I-Iya sudah Bu,” sahut Nia.

“Kalau begitu maju dan jawab salah satu soal yang ada di papan tulis beserta rumusnya,” perintah Ibi Guru.

“Arrgh ... Semoga saat aku maju bel sekolah berbunyi!” ucapnya.

Benar saja denting bel berbunyi, jam pertama pelajaran telah usai dan akan berganti mata pelajaran lain.

“Yes! Kali ini semesta berpihak padaku,” ucap Nia girang.

“Kerjakan soal yang ada di papan tulis, besok akan kita koreksi bersama,” perintah Ibu Guru.

Nia kembali ke tempat duduknya, sembari menunggu guru selanjutnya datang Nia menyambung ceritanya yang terputus tadi.

“Aya kita sambung lagi ceritanya tadi,” ucap Nia sambil duduk di kursinya.

“Terus gimana sama Ibu Kantin?” tanyaku.

“Katanya sih Ibu Kantin sempat negur anak yang di kelas itu dan di suruh cepet pulang tapi dia cuma diam, terus tiba-tiba hilang,” tutur Nia.

“Ya mungkin aja kan memang ada penghuni di setiap kelas,” ucapku sembari mengangkat kedua bahuku.

“Ya ... Bener juga sih. Duh aku jadi merinding,” Nia bergidik.

Tidak lama kemudian pelajaran kedua dimulai, saat aku ingin mengambil buku pelajaran di dalam tasku aku merasakan sesuatu menyentuh tanganku.

Rasanya begitu dingin dan aneh seperti ada yang menyentuh kulit lapisan terluarku, aku mencoba mengusap-usap tanganku berharap rasa dingin itu menghilang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!