Sesampainya di kamar, Suzanne membuka kopernya dan mengambil pakaian panjang yang biasa ia gunakan untuk sholat.
Karena waktu sudah menunjukkan sholat Ashar. Ia pun melaksanakan kewajibannya sebagai seorang Muslim dan Musafir.
Setelah sholat ia keluar dari kamarnya dan menyalakan televisi. Ia tidak tahu apalagi yang harus dikerjakan jadi ia memilih untuk menonton apa saja yang menarik di layar elektronik berbentuk datar itu.
Matanya membola dengan tubuh gemetar takut ketika menyaksikan sendiri sebuah kasus pembunuhan yang sangat ramai di beritakan dihampir semua saluran Televisi di negara itu.
Seorang senator Rusia ditemukan sudah tidak bernyawa di sebuah tempat pembuangan sampah Bandara Internasional Alexander S.Pushin Moskow beberapa jam yang lalu.
Dan ia yakin pria tua yang terbunuh itu adalah orang yang ia saksikan dengan mata kepalanya sendiri. Ia langsung menutup wajahnya seraya memeluk lututnya sendiri. Tubuhnya gemetar dengan tangis dan rasa takut.
Apalagi di dalam pemberitaan itu, dikatakan kalau pembunuh sadis tidak berperasaan itu belum diketahui keberadaannya dan diharapkan jika ada yang menyaksikan kejadian biadab itu maka bisa segera melaporkannya ke pihak yang berwajib.
Danil Smith yang berada di sana sudah bisa menebak apa yang sebenarnya terjadi. Apalagi dengan melihat gadis itu semakin menangis dengan meracau tidak jelas.
Ada rasa kasihan yang muncul dari dalam hatinya ketika melihat hal itu. Ia pun melangkah mendekati gadis itu yang nampak sangat ketakutan.
"Suzanne, apakah kamu melihat kejadian itu?" tanyanya ingin memastikan. Gadis itu tidak menjawab tetapi malah memeluknya dengan sangat erat. Ia sepertinya lupa kalau pria itu bukanlah kakaknya Harry.
"Aku melihat orang-orang itu membunuhnya. Mereka adalah orang-orang jahat." ujarnya dengan tubuh yang masih merasakan rasa takut yang sangat besar.
Ingatannya tentang penyerangan bersenjata yang dilakukan beberapa orang setelah keluar dari Bandara semakin memperkuat perasaan takutnya. Ia yakin nyawanya sekarang terancam.
Tangannya semakin ia lingkarkan ke pinggang kuat Daniel Smith hingga membuat pria itu merasakan dadanya berdebar sempurna.
"Aku ingin pulang huaaa. Aku takut berada disini. Tolong bawa aku pulang." Danil Smith terdiam. Entah kenapa hatinya sangat terganggu dengan posisi mereka saat ini.
Pria itu tahu perasaan Suzanne sekarang tetapi bukan itu yang membuatnya merasa tidak nyaman.
Sampai usianya 27 tahun seperti sekarang ini. Ia belum pernah berada sangat dekat dengan perempuan selain Nikita dan Ibunya.
Dan sekarang Suzanne memeluknya dengan sangat posesif seperti ini membuat otaknya tiba-tiba blank tak bisa berpikir.
"Bawa aku pulang malam ini juga ke New Zealand. Aku takut." cicit Susanne dengan tangis yang sepertinya sudah agak reda. Gemetar ditubuhnya sudah tidak dirasakan oleh Danil Smith.
"Kamu tenangkan dirimu ya? kamu akan pulang tetapi tidak sekarang. Kamu tidur dulu." ujar pria itu seraya berusaha melepaskan pelukan gadis manja dan sangat menyebalkan ini.
"Tidak! aku ingin pulang. Aku ingin bertemu Mommy dan Daddy. Aku tidak suka berada disini huaaaa." Kembali ia berteriak histeris karena keinginannya tidak dipenuhi oleh pria itu.
Ia pun melepaskan pelukannya pada Danil Smith dan segera memasuki kamarnya dengan langkah cepat. Ia mencari handphonenya dan langsung menghubungi seseorang.
"Bawa aku ke Bandara sekarang juga!" teriaknya dengan tangis tertahan. Danil Smith merebut benda pipih itu dengan kesal karena perkataannya tidak diikuti oleh gadis itu.
"Siapa yang kamu hubungi Hah?"
"Aku meminta Javier, teman baruku untuk membawaku pergi dari kota berbahaya ini. Aku ingin pulang dan kamu tidak membiarkanku pergi!" Suzanne meraih kopernya dan memasukkan beberapa potong pakaiannya yang sudah sempat ia keluarkan.
"Diluar berbahaya gadis manja! jangan kemana-mana sebelum engkau mendapatkan perlindungan."
"Pokoknya aku harus pergi. Aku tidak tenang berada di sini. Aku ingin pergi Ke New Zealand sekarang juga!" sifat kerasa kepala gadis itu semakin membuat Danil kesal. Ia meraih bahu gadis itu agar mau menatapnya.
"Kamu tahu jam berapa sekarang? sudah tidak ada lagi pesawat yang akan berangkat ke New Zealand saat ini. Jadi, tunggulah sampai besok. Aku yang akan mengantarmu sendiri."
Suzanne menatap pria itu berusaha menemukan kebenaran didalam jawabannya. Sampai bel pada Apartemen itu berbunyi menandakan ada seseorang di depan sana.
"Itu pasti Javier. Ia pria baik pertama yang ada di negara ini. Dan ia pasti datang untuk menolongku."
"Aku yang akan membuka pintunya." ujar Suzanne seraya melangkahkan kakinya keluar dari kamar itu tetapi tangannya ditarik oleh Daniel Smith.
"Tunggu di sini dan jangan kemana-mana, okey?" Suzanne tidak menjawab. Hingga Daniel Smith berlalu dari hadapannya.
Sedang gadis itu mengikuti langkah pria itu dari belakang meskipun dilarang.
Sahabat kakaknya itu mengintip lewat kaca kecil di Pintu kemudian membukanya.
"Aku baru dihubungi oleh Suzanne, Tuan. Apakah ia ingin berangkat sekarang?" tanya tamu itu yang ternyata adalah Javier yang ia lihat di Restoran tadi.
"Tidak jadi. Anda bisa pulang sekarang." jawab Danil Smith dengan wajah datar. Entah kenapa ia sangat tidak menyukai pria ini akrab dengan Suzanne.
"Oh begitu ya? tetapi bisakah aku bertemu dengannya saat ini? aku ingin menyampaikan hal penting."
"Tidak. Anda bisa pulang sekarang." ujat Danil Smith dengan wajah datar. "Suzanne sekarang sedang ingin beristirahat." lanjutnya berusaha meminta pria itu untuk segera meninggalkan Apartemen itu.
"Hai Javier. Ternyata kamu cepat sekali datang. Masuklah." timpal Suzanne yang tiba-tiba muncul dari arah belakang Daniel Smith. Sehingga pria itu langsung tak nyaman karena telah berbohong.
"Terimakasih banyak Suzanne." Javier langsung melewati tubuh tinggi tegap Danil Smith dan melangkah menuju ruang tamu di tempat itu.
Danil Smith hanya bisa menarik nafas berusaha menahan kekesalannya.
"Apa benar jadwal penerbangan ke New Zealand sekarang sudah tidak ada lagi?" tanya gadis itu pada Javier yang baru saja duduk di hadapannya.
"Tunggu sebentar. Aku akan mengeceknya terlebih dahulu." jawab pria itu seraya mengambil handphonenya dan menghubungi seseorang tetapi karena belum tersambung, ia lantas bertanya kepada gadis cantik itu.
"Aku kira kamu baru saja sampai di negara ini kenapa kamu ingin kembali lagi ke negaramu?"
Suzanne tersenyum tipis kemudian menjawab, "Aku rindu dengan Mommy dan Daddy ku. Karena aku tidak pernah berpisah sejauh ini dengannya."
"Oh begitu ya, cepat sekali kamu rindu, padahal aku belum mengantarkanmu berkeliling kota Moskow." Suzanne hanya tersenyum dengan kata-kata Javier.
"Eh ternyata masih ada jadwal ke New Zealand, malam ini." ujar Javier tersenyum. Suzanne melirik Daniel Smith yang masih berdiri tegap di sekitar mereka. Gadis itu ingin menunjukkan kalau teman barunya ini pasti ingin menolongnya.
"Bagaimana? aku antar kamu sekarang?"
"Baiklah Javier, terimakasih banyak."
🍀
*Bersambung.
Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?
Nikmati alurnya dan happy reading 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Sita Sit
suzane duh kamu kok ngeyel dibilangin Daniel,Javier itu penjahat sesungguhnya
2024-09-09
0
Nurma sari Sari
semudah itu percaya dgn orang yg baru dikenal
2024-08-05
0
Sariahbb Sataihh
bego bngt Suzane ketemu tmn baru mau n lngsng percaya aja.gk mikir apa x ya barangx aja itu penjahat yg LG nyamar mau nyulik
2024-08-03
0