"Kak Harry mau kemana?" tanya Suzanne seraya mengikuti langkah kaki kakak laki-lakinya itu keluar masuk kamar untuk mempersiapkan ini dan itu dalam rangka keberangkatannya ke Perbatasan Pakistan dan Indah beberapa jam lagi.
"Aku ada tugas negara ke daerah konflik. Tidak apa-apa 'kan aku tinggalkan kamu beberapa hari bersama Daniel Smith?" Suzanne langsung menatap pria yang dimaksud oleh kakaknya dengan bibir terangkat. Ia tidak suka pada pria itu.
"Tidak. Aku tidak mau."
"Kalau begitu kamu tinggal di Apartemen ini sendirian atau kamu balik ke New Zealand, bagaimana?" tanya Harry seraya menatap wajah adiknya yang nampak sangat kecewa
"Aku bisa pesankan tiket untukmu pada penerbangan berikutnya kalau kamu mau." lanjutnya seraya meraih handphonenya yang ia simpan di atas nakas. Pria itu kemudian menatap sang adik meminta jawaban secepatnya.
Suzanne tampak berpikir kemudian menjawab, "Apa kata Mommy dan Daddy kalau aku pulang secepat ini kak."
"Bisa-bisa aku ditertawai oleh mereka karena pulang tak membawa kesan yang baik kecuali dengan bertemu dengan orang yang cukup menyebalkan seperti temanmu ini, Hem." gadis itu memandang wajah Daniel Smith dengan bibir mencebik.
"Lagipula aku sudah mendapatkan izin untuk keluar Mansion sangat susah. Aaaaa kenapa sih sampai ada tugas darurat seperti ini?" kesal Suzanna seraya melemparkan tubuhnya ke atas tempat tidur kakaknya.
Harry tersenyum kemudian menghampiri adik semata wayangnya itu.
"Aku minta maaf. Tapi aku benar-benar tidak tahu akan jadi begini keadaannya. Lain kali aku pastikan aku akan menemanimu kemanapun engkau mau."
"Kamu tidak salah kak."
"Jadi apa keputusanmu?" Harry masih menuggu jawaban adiknya itu dengan sabar.
"Aku tinggal di sini dan akan menikmati liburan ini di Apartemenmu kak. Di sini menarik. Dan suasananya cukup bagus."
"Baiklah. Tapi kalau kamu merasa bosan dan ingin keluar kamu bisa meminta Daniel Smith untuk menemanimu."
"Tidak perlu. Aku bisa jalan sendiri. Bukankah ada Google Map yang akan memberi tahu tempat yang cocok untuk aku kunjungi selama di kota ini?"
Harry mengangguk kemudian tersenyum. Ia setuju dengan pendapat adiknya tetapi tetap saja ia tidak percaya begitu saja.
Bagaimanapun Daniel Smith harus berada di sampingnya untuk menemaninya di sini. Dan ia akan memohon pada sahabatnya itu meskipun ia tahu keduanya itu sangat tidak akur sejak pertama bertemu.
"Aku akan menghubungi Mommy dan Daddy nanti kalau aku sudah sampai di Markas." ujar Harry seraya meraih kopernya untuk berangkat.
Ia meraih adiknya kedalam pelukannya kemudian memberi kode pada Daniel Smith untuk menjaga adiknya ini selama ia tidak ada di Moskow.
"Aku khawatir padamu Suzanne. Sepertinya kamu lebih aman kalau berada di New Zealand." ujar Harry karena tiba-tiba ia teringat akan penyerangan bersenjata beberapa jam yang lalu setelah dari Bandara.
Ia tahu pasti ada sesuatu yang terjadi pada adiknya itu sampai beberapa orang berbahaya sedang mencarinya.
"Tidak kak. Biarkan aku merasakan malam di Moskow setelah itu aku akan pulang, bagaimana?" Harry mengangguk setuju kemudian pergi dari sana dengan banyak pesan dan petuah pada sang adik.
"Apa yang kamu lakukan disini?" tanya Suzanne saat Daniel Smith masih berada di Apartemen itu padahal Harry sudah berangkat.
"Aku ada pekerjaan yang harus aku kerjakan. Jadi anggap saja aku tidak ada, okey?" jawab pria itu seraya melangkah ke dalam sebuah kamar yang biasa ia tempati ketika ia melakukan satu pekerjaan penting bersama dengan Harry.
Suzanne mencebikkan bibirnya kemudian melangkahkan kakinya ke dapur. Ia ingat kalau belum makan apapun sejak sampai di Moskow. Dan sekarang ia sudah sangat lapar.
Lemari pendingin ia buka tapi tidak menemukan apapun untuk dimakan. Yang ada hanya macam-macam minuman khas kesukaan laki-laki.
Kabinet ia buka untuk mencari sesuatu tetapi sama sekali ia tidak menemukan makanan. Akhirnya ia mendatangi kamar yang dimasuki oleh Daniel dan memberi tahu pria itu kalau ia sedang lapar.
"Aku lapar." ujarnya dengan suara tak bersemangat. Ia memandang pria itu sedang menggambar sketsa yang tidak ia tahu apa itu.
"Hem."
"Kamu dengar tidak? aku lapar dan tolong belikan aku makanan."
"Kamu tidak lihat kalau aku sedang sibuk? lagipula ada banyak bahan makanan di dapur. Masak saja sendiri!" Danil sama sekali tidak ingin meninggalkan pekerjaannya yang sudah hampir selesai itu.
"Aku tidak mau. Aku hanya mau makanan yang sudah jadi."
"Kalau begitu belilah sendiri. Dan jangan menggangguku." Suzanne menghentakkan kakinya ke lantai karena kesal. Ia ingin makan tetapi untuk masak saja ia tidak bisa.
"Ih kamu benar-benar tuan Rumah yang sangat tidak ramah. Aku benci padamu." ujar Suzanne dengan perasaan marah yang menggunung.
Gadis itu pun pergi dari sana kemudian mengambil dompet dan juga handphonenya. Ia akan turun ke Restoran yang ada di gedung Apartemen ini.
🍀
Danil Smith merasa puas dengan gambar yang telah ia buat. Pria itu menyimpan maketnya dan bersiap untuk pulang. Tetapi tiba-tiba ia tersadar kalau ia sedang bertugas untuk menjaga si gadis manja adik dari sahabatnya, Harry Sean Kingston.
"Hey gadis manja?!" teriaknya ke sekeliling ruangan. Tak ada jawaban. Hingga ia jadi merasakan khawatir dan takut.
"Dimana gadis manja itu?" tanyanya pada dirinya sendiri. Pria itu begitu panik karena tidak menemukan gadis yang sangat menjengkelkan itu dimanapun.
Seketika ia teringat akan keluhan gadis itu kalau ia sedang lapar.
Ia pun berlari keluar dan menuju lift. Ia yakin Suzanne pasti mengunjungi Restoran karena gadis itu tadi mengaku sangat lapar.
"Alhamdulillah, kamu ternyata di sini." ujarnya dengan tarikan nafas lega. Ia memandang Suzanne sedang makan dengan seorang pria muda yang baru dikenalnya.
"Kalau kamu sudah makan kembali ke atas." titahnya dengan suara tegas. Ia sudah dibuat cukup panik karena ketiadaan gadis itu diluar jangkauannya.
Suzanne tidak menjawab. Ia hanya melanjutkan mengobrol santai dengan teman barunya.
"Terimakasih ya Javier. Lain kali aku akan meminta bantuanmu lagi untuk menikmati Kota Moskow." ujar Suzanne tersenyum manis.
"Sama-sama Suzanne. Kamu menyimpan nomornya handphone aku 'kan? Kamu bisa menghubungiku kapan saja kamu mau."
"Oh, kamu baik sekali. Tidak seperti orang Moskow lainnya." ujar gadis itu seraya melirik Danil Smith yang sedang berdiri di sampingnya.
Putra kedua Alexander Smith itu hanya memutar bola matanya malas dengan penilaian gadis itu padanya.
Suzanne pun berjalan ke arah kasir dan membayar makanan yang sudah ia makan. Setelah itu pergi dari sana dengan mengabaikan Daniel Smith yang sedang mengikutinya di belakang bagai seorang pengawal.
Sedangkan Javier menyeringai seraya menghubungi seseorang.
Aku sudah mendapatkannya!
🍀
*Bersambung.
Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?
Nikmati alurnya dan happy reading 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Sita Sit
Javier salah satu komplotan penjahat itu kayaknya,hati2 suzane
2024-09-09
0
Nurma sari Sari
Javier pasti anggota yg memburu suzanne
2024-08-05
0
RACHMAH PARAUDDIN
jgn katakan thor klu jazier adalah salah satu anggota yg memburu suzanne.../NosePick//NosePick/
2024-07-24
0