John Norman, termenung dengan senyum kemenangan mengembang di bibir dengan kumis tipisnya itu.
Bertahun sudah ia menyelidiki kasus tenggelamnya putri Anthony, segala upaya sudah ditempuh untuk menelusuri keberadaannya. Bahkan hasil result DNA dan autopsi, satu persenpun tidak ada kesamaan.
Rasa penasaran atas hasil penelitian itu semakin membuat John bersemangat menyelidiki di mana putri tunggal pengusaha tekstil ternama itu berada.
Tidak menutup kemungkinan sebuah opini pernah mencuat, penculikan Palupi adalah karena pergerakan bisnis yang saling menjegal demi sebuah kesuksesan.
Flashback
Satu Minggu yang lalu.
Hingga akhirnya terbitlah secercah harapan. Saat di malam hari dalam sebuah bar, tempat John bersama Ray bersantai untuk sekedar melepaskan lelah, karena sudah hampir sampai pada titik keputusasaan dalam mengemban tugas yang mereka jalani sebagai detektif.
John Norman adalah detektif swasta terlatih yang disewa Anthony semasa hidupnya, setahun sebelum terjadinya kecelakaan pesawat terbang yang merenggut nyawanya.
Sebagsi detektif yang mumpuni, telinga John tidak sengaja mendengar celoteh berseloroh, tentang penjualan kesucian dengan nominal fantastik.
"Gila emak loe Ris, mau jual adek angkat loe seratus juta? Okelah gua promosikan, tapi bagi gua komisinya ya, mayan buat biaya suntik botox ha..ha..ha.."
Suara itu jelas menyita perhatian dan pendengaran John dan Ray.
"Palupi, sudah pantas tuh balas jasa pada ibu gua yang udah, merawat dan membesarkan dia."
"Pokoknya seratus juta ada yang mau, ambil dah itu anak kami ikhlas menerima uang segitu."
Riris dengan santai mengucapkan semua kata, sambil santai menikmati minuman pesanannya.
John Norman dan Ray saling pandang, lalu menyimak dan mendengarkan cerita gadis yang ternyata bernama Riris itu berlanjut. Hingga akhirnya mereka beranjak pergi bersama pasangan cinta semalam mereka.
Tak lama kemudian...
"Sir, sendirian, hemm, boleh aku temani?" suara manja itu jelas terdengar di balik telinga John.
"Apa yang mau kamu berikan padaku, tubuhmu menjijikan, menjauhlah dariku! Atau mau kupanggil security untuk membuangmu ke tengah jalan."
Sorot bengis mata John tidak membuat nyali wanita malam itu menciut.
"Apa yang membuatmu menjadi seganas ini, sir? Mungkin bisa saya bantu?" Sungguh suatu upaya yang gigih dari seorang wanita malam demi mendapatkan mangsa cinta semalam, walaupun di bawah cacian yang menyakitkan.
"Apakah tuan membutuhkan bunga yang masih kuncup? Aku akan membantumu tuan, asal dengan imbalan yang setimpal." Kembali wanita seksi dengan kain kurang bahan itu kembali menggoda, bahkan kali ini dengan genit mera*ba dada bidang John.
"Katakan di mana bisa kudapatkan gadis itu? Jangan berani berdusta padaku, kalau tidak ingin menjadi mangsa belatung di dasar jurang sana!" Ucapan John berakhir dengan datangnya minuman yang ia pesan.
"Kita bicara di lain tempat, jangan di sini." Ajak wanita malam itu sambil melangkah menuju rooftop cafe itu.
Mereka berdua menuju rooftop dan di ikuti Ray, yang dari tadi mengamati gerakan wanita yang bersama Riris.
*****
Tiba di rooftop.
Wanita malam itu mengatakan,
"Gadis itu bernama Palupi, dia gadis pungut yang di besarkan seorang ibu dari temanku, dan mereka akan menyerahkan kepada pria yang berani memberi imbalan seratus juta." Wanita itu memberikan ciri-ciri Palupi yang mirip dengan putri tuan Anthony yang selama ini dicarinya. Wanita itu melirik sambil mencibir ke arah John.
Pucuk di cinta ulam pun tiba, apa yang di cari John Norman selama ini ternyata jawabannya ada di depan mata.
"Tapi perlu tuan ketahui, yang sudah bolong sering dipakai pun tidak kalah legit. Tuan bisa mencoba dan menikmati tubuhku, aku tidak akan menolaknya, tuan."
John Norman yang sudah tidak normal lagi karena di bawah pengaruh alkohol, panas juga mendengar iming-iming wanita ******* itu.
Tangan kekarnya mencekal pinggang wanita penggoda itu, lalu membawanya ke sebuah ruangan bagi member VIP.
Ray mengawasi ulah mereka berdua, sambil menggelengkan kepala melihat ulah teman sekaligus atasannya itu.
**********
"Ahkk..., pelan dong, sakit sayang!"
John tidak sabar membuka pintu, lalu mendorong wanita itu hingga terjerembab ke sofa yang ada di ruangan itu.
Mata nanar John menyapu pemandangan yang menjijikan di depannya itu.
"Kamu yang minta, dan kamu yang harus merasakan ini, huh...!" John merobek baju minim yang membungkus kurang sempurna tubuh wanita itu. Gerakan
John yang sudah panas terbakar rasa, tak dapat menahan gelora naf*su karena di bawah pengaruh alkohol.
John kemudian
Menel*anjangi dan mengikat tubuh wanita itu, dan dia sendiri melepas baju atasan yang ia kenakan.
"Tuan..., ampuni saya! Saya mohon tuan." Wanita bi*nal itu meronta dan menyesali perbuatannya.
"Katakan! Di mana gadis yang bernama Palupi itu?" John meremas payu*dara wanita itu dengan kedua tangannya.
Lalu Mere*mas dagu wanita itu, bersama nafasnya yang berat karena menahan desakan belalainya, untuk merasakan hawa lebih nyaman di tempat lain.
"Katakan! Atau aku akan berubah pikiran dengan melakukan hal yang lebih menyakitkan dari pada ini."
"Le..., lepaskan sa... saya tuan! Jangan sakiti saya, akan saya beritahukan di mana tempat dia berada. Tapi lepaskan saya."
John bangkit dan berlalu mengambil ponselnya dan menelepon Ray.
"Hallo!"
"Masuklah, selesaikan wanita ini!" John melempar ponselnya dan berlalu masuk ke dalam kamar mandi, ia menuntaskan di sana.
Ray yang mengetahui tentang peristiwa itu tertawa terbahak-bahak, kelakuan konyol seorang John Norman masih juga berpegang pada janjinya yang teguh.
Tidak akan menjerumuskan belalai gajah Afrika nya ke dalam lubang bekas, dan itu terbukti berkali-kali hingga berakhir di dalam kamar mandi dengan erangan kenik*matan sesaat seorang John Norman.
"Beri kami alamat dan arah menuju ke sana. Jangan pernah mempunyai rencana untuk mempermainkan kami, atau kamu akan aku kuliti dan lupakan tentang tu*buhmu yang sexy nan cantik ini!" Ray Memberikan belaian sekaligus ancaman kepada wanita itu.
Secara kemanusiaan, Ray juga tidak tega dengan berbuat kasar secara berlebihan, walaupun dia berada pada dasar kebenciannya.
Ray membantu pelan melepas ikatan tangan wanita bi*nal nan malang itu, lalu melepaskan jas yang ia kenakan dan ia ulurkan ke wanita itu.
"Pakailah, lalu duduklah! Beri kami sebuah jawaban dan kami akan memberikan imbalan yang pantas untukmu." Ucap ray sambil mengulurkan minuman kepada wanita itu.
John keluar dari toilet dengan balutan handuk yang ia kenakan. Menatap wanita itu dengan senyum sedikit bersahabat dengannya.
"Tuan, ini alamat Riris, dia anak dari nyonya juleha. Gadis bernama Palupi itu hidup bersama dengan mereka. Dengan memberi mahar seratus juta, tuan bisa membawa gadis itu bersama tuan." Wanita itu menghela nafas sedikit lega.
"Ini nomor telepon saya, tuan bisa menghubungi saya bila memerlukan bantuan dari saya,"
Ray mengulurkan sebuah cek kepada wanita itu dan menyuruhnya segera keluar dari ruangan.
"Ray..., besok kita menuju ke tempat itu, semoga kali ini keberuntungan berada di pihak kita."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Semoga menghibur 🤗
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
🦈Bung𝖆ᵇᵃˢᵉ
ehemmm si jon menang banyak
2023-03-08
0
𝖳íηα📴
oalah ternyata bang John beralih profesi🤭
2023-03-03
0
Nia
serem kaya mafia
2023-03-03
0