Bab 3

Hawa dingin dan harum membuatku membuka mata dan ingatanku sedikit normal kembali.

Oh ..., di mana aku berada?

Gaunku? Siapa yang menggantinya? Apa yang terjadi padaku?

Apakah kesucianku sudah terenggut?

Kusingkap selimut yang menutupi tubuhku, mataku sibuk mencari sesuatu di seprei, tetapi tak setitik noda pun kutemui.

Baju tipis yang aku kenakan serasa telanjang, aneh rasanya. Apa laki-laki itu sudah menikmati tubuhku? Ah ... Entahlah!

Aku menatap seluruh ruangan tertutup ini, kucoba buka pintu kokoh itu namun terkunci rapat. Ingin aku melompat dari jendela ini saja, tetapi terlalu tinggi untukku dan aku jelas tidak mau mati konyol.

Kuamati tubuhku melalui pantulan cermin, tubuhku hanya terbalut kain tipis bahkan lekuk tubuhku jelas terlihat.

Buah aprikotku menonjol jelas berwarna pink pada ujungnya kecil mencuat.

Mataku menatap risih dengan pemandangan pada diriku sendiri, kembali aku termenung sendiri di tempat asing ini, sejuta pikiran untuk kabur mengusik asaku.

Samar kudengar suara orang bersiul, aku melongok ke arah jendela, kucari darimana suara siulan itu berasal.

Brugh... Sreet, srett...

"Mau bunuh diri rupanya kamu heh?" Suara itu membuatku membalikkan badan pelan-pelan.

Kelu rasa lidah ini, ingin 'ku menjerit saja atau berlari mencari tempat untuk sembunyi.

Buru-buru kuraih selimut lalu menutupi tubuhku yang terbalut kain yang kurang bahan benang ini.

"Aaaahhkkk!" Teriakku.

"Pergi kamu! Dasar laki-laki mesum tidak tau sopan-santun. Pergi..., atau kudorong kamu ke dasar lantai itu." Aku tidak perduli dengan siapa lawan bicaraku, dalam benakku hanya terbesit untuk tidak lemah di depan siapapun.

Jantungku serasa mau lepas saat melihat sosok tinggi besar itu, begitu saja melenggang tanpa satu helai benangpun yang melekat pada tubuhnya, dengan rambut yang masih basah dan dada bidang serta perut bentuk six pack persis seperti iklan film India yang pernah kulihat di tv.

Serasa mataku ternoda ketika jelas kulihat sesuatu terjuntai mengikuti gerakan tubuhnya.

Kututupi mataku dengan selimut tebal dan sembunyi di baliknya.

Tidak kudapatkan jawaban sepatah katapun, aku beringsut menjauh dari laki-laki itu.

Sepi, tak ada suara.

Kemana dia?

Perlahan aku keluar dari balik selimut.

"Ganti bajumu dengan yang benar, dan jangan pernah coba-coba untuk melarikan diri dari tempat ini, kalau tidak ingin kupotong kakimu yang jelek itu."

"Tuan, saya ingin pulang! Saya akan mengembalikan uang yang telah ibuku terima dengan cara mencicil, saya mohon tuan," aku lupa dengan keadaanku, aku berjalan mendekat dan menautkan kedua tanganku memohon pada laki-laki bernama John Norman itu.

"Hmm ya, kamu akan bekerja padaku, dan itu sudah termasuk cicilan utang-utang kakak dan ibumu padaku." Aku terpana demi mendengar jawaban itu. Ibu dan kakakku mempunyai utang padanya.

"Baiklah tuan, saya mau bekerja sekarang saja. Biar segera lunas utang mereka dan saya bisa pulang berkumpul kembali dengan mereka." Semangatku memacu harapan untuk aku segera mendapatkan jalan dan mencoba keluar dari calon neraka ini.

John Norman menatapku tajam, perlahan dia berjalan mendekat ke arahku.

Tubuhku diangkat dan dilempar jatuh di atas tempat tidur king size. Tangan kekar itu mendorong tubuhku dan menatap nanar ke arahku.

"Tu..tuan, lepaskan saya! Apakah ada ucapan saya yang salah?" Aku coba meronta namun tenaga yang kumiliki tidak seberapa.

Tangan kekar itu merobek baju tipis yang kupakai tanpa menghiraukan jeritanku.

"Ini yang kamu mau kan, hmm! Kamu sudah menantangku untuk membayar semua utang-utang keluargamu itu."

Dia menarik dan merobek paksa baju yang kukenakan hingga terlepas semuanya. Diambilnya dasi dan menarik ke atas kedua tanganku, kemudian dia mengikatnya.

"Jangan tuan, jangan...! Ouh sakit tuan." Dia mere*mas dan menggigit tonjolan kecil buah aprikotku, gelenyar rasa aneh bercampur sakit jadi satu.

Tangan kuat itu tidak mampu kulawan dengan kekuatan yang kumiliki.

"Tolong! Siapapun yang mendengar tolong aku, keluarkan aku dari sini."

"Diam..! Atau kurobek mulutmu." John menjambak kuat rambutku hingga kepalaku mendongak ke atas, perih aku rasakan kembali pada leherku dengan gigitan dan isapan menyakitkan itu.

"Jangan menangis, aku tidak suka wanita cengeng!"

Air mataku berderai, aku meronta sekuat tenaga kupejamkan mataku, Ibu..., tolong aku.

John menyentuh seluruh tubuhku, gelenyar aneh memberikan sensasi menakutkan bagiku. Menggigit dan meremas apapun yang ia sentuh pada bagian tubuhku.

Sakit...

Kuremas jari-jari tanganku yang terikat kuat, kupejamkan mataku serasa ingin mati saja.

Tangannya perlahan mengarah pada area imoet. "Tuan..., jangan..., jangan lakukan itu tuan, oh..., sakiiit, tuan."

Dengan tangan dan kaki terikat tidak banyak yang bisa aku lakukan, selain menangis dan menjerit hingga kerongkongan ini serasa terbakar.

Belalai gajah Afrika itu bermain di area imoet, dan tiba-tiba hentakan kuat membuatku hampir pingsan dan rasa sakit di area imoetku. Kembali kurasakan gigitan bersama erangan mungkin itu yang dinamakan kenikmatannya, tapi bukan padaku.

Tekanan yang ia berikan sangat sakit dan ngilu, aku meronta kembali.

"Tuan, jangan! Ampuni saya tuan jangan."

Akhirnya aku pingsan.

Senyap...

Kubuka mataku, dan aku melihat John melangkah tergesa menuju pada sebuah ruangan, kuduga itu adalah kamar mandi.

Samar aku mendengar suara erangan dan umpatan, yang tidak aku pahami.

Sekian puluh menit telah berlalu, dan aku masih dalam posisi pasrah, apalagi yang bisa aku lakukan dengan tubuh terikat begini.

John sudah memakai pakaian lengkap dengan aroma parfum menyeruak dalam indera penciumanku.

"Sebentar lagi Liana akan datang, menurutlah padanya dan jangan pernah sekalipun kamu berusaha kabur dariku! Karena aku akan membunuhmu bila aku menemukanmu kembali." Kurasakan sebuah kecupan mendarat di pucuk kepalaku, lalu ia berlalu meninggalkan ruangan.

Tidak lama muncul seorang perempuan paruh baya masuk dan menghampiriku.

"Mohon maaf saya akan membantu nona, membersihkan tubuh dan sebentar lagi Liana akan datang."

Wanita itu Perlahan membuka ikatan tangan ku.

Aku tidak peduli siapa dia, kupeluk dia dan menangis sepuasnya dalam pelukannya.

Kurasakan nyeri di bagian bawah perutku.

"Sabar non, tuan Norman tidak akan berbuat kejam kalau nona menurut apa yang dia inginkan."

"Panggil saya Merry, saya pengasuh tuan Norman sejak kecil." Senyum Merry membawaku pada sebuah semangat untuk kembali merajut mimpi esok hari.

"Sebentar lagi Liana akan datang dan membantu nona ."

"Membantuku? Apakah dia akan membantuku untuk kabur dari sini Merry?"

"Kenapa harus kabur Nona? Tuan Norman bertahun-tahun mencari jejak nona, tidak mungkin nona akan mudah lepas darinya."

"Sudah jangan pernah punya mimpi untuk itu nona, semua akan sia-sia." Merry menekankan kata-katanya dengan berkacak pinggang dan tersenyum menatapku.

Air hangat yang telah Merry siapkan, menguyur tubuhku segar dan sejuk, Perih rasa bekas gigitan John membuatku meringis menahan sakit.

"Pelan Merry! Sakit. Sampai kapan aku harus mengalami seperti ini Merry, apa aku akan mati setelah tuan John menikmati tubuhku seperti tadi?"

Merry hanya tersenyum lembut, lalu membimbingku berbaring lagi pada spring bed king size ynag sudah rapi saja, entah kapan dan siapa yang telah merapikannya.

Yang jelas aku hanya bisa pasrah dan menyusun siasat sendiri untuk kabur dan selamat dari neraka kecil ini.

Pof Palupi end

...****************...

To be continued

Satu pintaku pada mu 🤭

like, rate ⭐🖐️ and then komen 👍

Terpopuler

Comments

🌸nofa🌸

🌸nofa🌸

baru mampir kakak

2023-05-04

0

☠ᵏᵋᶜᶟ尺მȶɦἶ_𝐙⃝🦜

☠ᵏᵋᶜᶟ尺მȶɦἶ_𝐙⃝🦜

mampir lagi 🤭

2023-03-15

0

ALoNa💜

ALoNa💜

bang jhon langsung main kasar.. kasian lupi.. awas aja entar bucin 😒

2023-02-22

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!