Tidak hanya itu, sang ayah tercinta diam-diam telah mengetahui perbuatan yang dilakukan oleh bujang lapuk, sehingga ayahnya pun juga dibuat geram.
“Apa Anda tidak apa-apa, Tuan Besar?“
“Jangan pedulikan aku … berarti anak nakal itu mengetahui, tingkah laku om-nya?“ Enggan menjawab, tapi sebaliknya seorang pria senja membalik pertanyaan.
“Benar, Tuan Besar … cucu Anda mengetahuinya, dari beberapa mata-mata yang mengawasi tuan muda!“
“Apa kau menyimpan salin rekaman itu?“
“Sudah saya simpan baik-baik, Tuan Besar.“
“Kalian tetap awasi putra bungsuku, untuk masalah mereka kita tidak perlu mencampuri urusannya … aku sangat yakin anak nakal itu, sudah memberi hukuman yang pantas untuk bujang lapuk itu!“
Oleh karena itu, semua masalah yang menimpa Morgan, telah diserahkan sepenuhnya pada cucu tercinta, bahkan Gunawan begitu sangat yakin.
Jika putra bungsunya itu, mampu mengambil sebuah keputusan, setelah apa yang dia lakukan itu salah.
*
*
*
Beberapa minggu setelah kejadian itu, di sebuah kantor perusahaan, terdapat seorang wanita yang berjalan melenggak-lenggok, ia datang atas kemauannya sendiri setelah, mendengarkan semua laporan dari beberapa anak buah yang ditugaskan.
Wanita itu merasa percaya diri, sebab pria yang diincarnya tak akan berkutik, setelah ia akan memberikan sebuah ancaman mematikan.
“Kenapa kau membiarkannya masuk ke dalam ruanganku, hah!“ Bujang lapuk yang baru saja kembali dari ruang rapat itu pun, begitu terkejut melihat kedatangannya yang tiba-tiba sudah berada di dalam ruangan tersebut.
“Jangan marah-marah begitu, sayang … aku datang kemari karena ini,” ujarnya sembari menunjuk ke arah perut datar yang dielus-elus.
“Apa maksudmu, hah?“
“Wah-wah … sepertinya kau melupakan sesuatu ya, sayang … bukankah beberapa minggu lalu, kau dan aku telah me ….“
“Sialan kau, Li … kau pikir aku akan percaya dengan bualanmu itu, hah!“ geram Morgan dengan amarah di ubun-ubun.
Liora nama wanita yang tiba-tiba datang ke kantor Morgan, tidak akan tinggal diam begitu saja, bahkan dengan licik dia memberi ancaman untuk bujang lapuk.
Mau tidak mau Morgan meminta diberi waktu, untuk berpikir karena bujang lapuk itu yakin, bahwa dia sama sekali tidak pernah menyentuh wanita licik sepertinya.
“Aku akan menunggu kabar darimu, sayang … jika tidak! jangan salahkan aku menyebarkan foto-foto ini, di beberapa media … saat itu juga aku sangat yakin namamu tercemar dengan sendirinya."
Selesai mengatakan itu, Liora meninggalkan bujang lapuk dengan penuh tanda tanya, bahkan pria matang itu merasa tidak pernah mengejar-ngejar, seorang wanita yang jauh lebih licik dari Mayang sendiri.
Apa yang harus kulakukan Baby? Bahkan aku sama sekali tidak pernah mengejar-ngejar dia. Kamu sangat mengetahui perasaanku, bahkan aku tidak yakin jika sekarang jika om-mu ini, telah mengkhianati cinta untuk mendiang mamamu.
Bujang lapuk itu pun hanya bisa bercerita, melalui sebuah figura di mana terdapat sebuah foto, si bayi mungil-nya bersama dengan dirinya.
*
*
*
Di sisi lain, beberapa minggu setelah kejadian yang terjadi pada Citra, tiba-tiba saja tubuh mungilnya merasa ada yang berbeda, bahkan setiap malam pun dia selalu lapar melanda tubuhnya.
Berkat kemampuan dari adik angkat sahabatnya gadis itu telah berhasil, menghilang dari hadapan seorang pria merenggut harta berharga, bahkan Citra juga enggan memakai kartu pemberian dari teman se-kampusnya, sebab dia merasa tidak pantas menerima apa pun meskipun berat menerima takdir.
Dibantu sang sahabat gadis itu, benar-benar pergi jauh tanpa sempat mengucap maaf pada kedua orang tuanya, berbekal kemampuan saat menjadi sekretaris sementara di kantor sebelumnya, gadis itu pun telah memulai kehidupan baru dan saat ini, dia merasa lapar kembali padahal Citra baru saja makan siangnya di kantor baru.
Sebenarnya apa yang terjadi dengan tubuh ini? Sudah beberapa hari ini selalu ingin makan melulu, bahkan aku begitu menginginkan serabi petulo. Namun, itu tidak mungkin ada di luar negeri seperti ini, lalu aku harus mencari ke mana lagi? Meminta Ivone juga tidak mungkin, sudah banyak yang dia korbankan untukku!
Bahkan gadis itu tidak menyadari jika dia telah sampai di depan ruangan sang atasan, di mana terdapat seorang pria yang sedari tadi menatap datar, bahkan pria muda itu terlihat tidak menyukai cara kerja sekretaris baru atas saran dari Ivone, tapi ia tidak bisa berbuat banyak karena salah satu adik kembarnya akan memarahi dirinya.
"Kau terlambat sepuluh menit dari biasanya! Mau kerja atau tidak, hah?"
Nada dingin membuat Citra terkejut, saat dia mengetahui jika dirinya, telah sampai di ruangan kerja di mana ada, sang atasan yang telah menegurnya.
“Ma … afkan saya, Pak!" Menunduk sembari meremat rok itulah, yang bisa dilakukan oleh Citra.
“Aku tidak mau tahu! Sekarang kau kerjakan tugasmu seperti biasa yang kau lakukan! Jangan ada kesalahan apa pun, atau kau akan menambah masa lemburmu!" Titah dingin yang diucapkan oleh pria itu, membuat Citra tidak mau menambah masalah.
Meskipun dalam keadaan lapar gadis itu, melakukan pekerjaan seperti biasanya, tanpa dia sadari sang atasan diam-diam mengintip, melalui kamera CCTV di dalam laptop pria tersebut.
Von, dia yang kau bawa itu siapa? Meskipun kau lebih dekat dengan Alexa, tapi aku merasa ada maksud lain yang membuatmu, mengemis dan meminta bantuanku untuk menerimanya bekerja di sini.
Tiba-tiba pria muda itu dikejutkan dengan keadaan, sang sekretaris yang tiba-tiba pingsan tanpa berpikir panjang ia pun, langsung menghubungi Andra dan meminta sang asisten meneruskan pekerjaan, yang sedang dikerjakan sedangkan dirinya, membawa tubuh mungil itu ke rumah sakit terdekat.
Sesampainya di rumah sakit, pria muda itu harus menunggu keadaan seorang gadis yang dibawa, tidak lupa ia juga menghubungi Ivone untuk segera datang.
Biar bagaimanapun juga, sang sahabatnya yang membawa gadis itu tinggal di tempat asing, belum sempat memberitahukan kabar tentang adik kembarnya.
Pria muda itu mendapat semburan halus, dari sahabatnya yang lebih memilih tinggal, bersama salah satu adik kembarnya Alexa.
“Datanglah ke rumah sakit sekarang!"
“Mengapa kau menyuruh ke sana? Ada apa? Kau sakit?"
“Datanglah ke sini … maka kau akan mengetahuinya sendiri, Von!"
Tidak ingin mendengar omelan, pria muda itu mematikan panggilan secara sepihak, sambil menunggu kedatangan Ivone dan bersamaan itu, terdengar derit pintu dibuka yang membuatnya menanyakan keadaan pasien.
“Kita bicarakan di ruangan saya ya, Pak." Ajakan dari dokter tersebut, membuat pria muda itu mengikutinya.
Tanpa berbasa-basi, pria muda itu langsung menodong pertanyaan, tentang keadaan pasien tersebut.
“Kondisi pasien mengalami kelelahan, tidak ada yang perlu Anda cemaskan, Pak … ngomong apa Anda suaminya?"
“Bukan!"
“Saya pikir Anda suaminya, Pak."
“Katakan dengan jelas, Dok!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
top markotop 😍
2023-09-02
2
nisa
mungkin citra hamil ank bujang lapuk😑
2022-12-23
0
Dedeh Nurhayati
aaah kenapa c bujang lapuk mau mikir dulu kan bukan dia yg tdr dgn bujang lapuk tapi citra lanjut thor
2022-12-05
5