Begitu sampai di tempat tujuan, Morgan semakin tidak terkendali karena pengaruh obat peranggsang itu, membuat sang bujang lapuk tidak dapat mengenali lawan jenis yang sedang dibawa oleh dirinya.
“Apa yang ingin An … da lakukan, Pak!” Citra, gadis yang ditarik paksa bujang lapuk itu, benar-benar tidak mengerti bahwa pria yang hendak ditolongnya, tengah dikendalikan oleh hasrat yang tidak dapat dibendung.
“Inikah yang kau inginkan dariku?”
Sedetik kemudian bujang lapuk itu pun menyambar kasar bibir ranum milik, seorang gadis yang tak lain Citra sendiri begitu terkejut dengan perlakuan dari pria tersebut.
Tidak ada perlawanan, bahkan gadis itu terbuai kenikmatan diberikan oleh bujang lapuk itu, sehingga membuatnya tersadar atas perbuatan dan tanpa disangka-sangka.
Citra pun menampar keras salah satu pipi dari bujang lapuk, tapi tetap saja tubuh mungilnya di bawah kungkungan dan dia pun tidak bisa berkutik.
Saat Morgan kembali mencium, menikmati setiap inci tubuh mungilnya, tanpa sadar baju yang dipakai gadis itu pun, terobek secara kasar dan membuat sang bujang lapuk tidak tahan dengan gejolak hasratnya.
Gadis itu pun, hanya bisa menangis ketika tubuhnya dinikmati oleh, seorang pria dan ternyata dia adalah salah rekan bisnis, tempat di mana dirinya bekerja sebagai sekretaris.
Kau yang merenggut benda berharga milikku! Tak akan pernah kuʼ maafkan atas perbuatan yang telah kau lakukan kepadaku! Maafkan Citra yang tidak berguna ini.
Setelah bujang lapuk tertidur pulas karena kelelahan, tapi tidak untuk Citra masih terus terjaga sambil menangis diam.
Tak berselang lama kemudian, dia pun teringat dengan seseorang, serta tidak lupa Citra meminta bantuan pada orang tersebut.
Sambil di dalam genggaman tangannya, terdapat sebuah benda pipih di mana saat ini, dia tengah menghubungi seseorang dari arah seberang ponsel.
Terdengar suara sapaan dari arah seberang, tapi Citra langsung mengutarakan keinginannya.
“Maaf aku mengganggu waktumu! Bisakah kamu menolongku sekarang?”
“Baiklah kirim lokasimu! Aku akan ke sana, setelah papaku memberi izin … tahu sendiri bukan beliau seperti apa?”
“Terima kasih dan maaf telah merepotkanmu.”
Panggilan itu pun terputus, dengan Citra memutuskan akan menjauhi pria tersebut, berjalan terseok-seok gadis itu pun terpaksa, memakai pakaian pria yang telah merenggut harta berharganya, tanpa menolehkan kepala ke belakang setelah dia berhasil keluar dari kamar tersebut.
Dua puluh menit berlalu, mobil yang menjemput Citra pun telah datang, tanpa menunggu lama gadis itu pun masuk ke dalam, tak lupa dia mendapat todongan dari sahabatnya mengapa bisa berada di hotel itu.
“Maafkan aku, Cit! Apa pertanyaanku melukai hatimu?”
“Tidak! Terima kasih sudah mau kuʼ repotkan, Von.”
“Aku tidak pernah merasakan direpotkan olehmu, Cit … hanya saja mengapa bisa terjadi kepadamu?” Ivone, sahabat Citra merasa terpukul atas kejadian menimpa sahabatnya.
“Aku sendiri pun tidak tahu, mungkin sudah menjadi garis takdir.”
“Tidak ingin meminta tanggung jawab, kepada dia yang telah merenggutmu?”
Citra menggeleng lemah, bukan karena tidak ingin memintanya, hanya saja gadis itu merasa tidak pantas meminta apa pun pada pria tersebut. “Daripada meminta pada-nya, lebih bantulah aku menyembunyikan keberadaanku, Von … maukah kamu mengabulkan permintaanku?”
“Baiklah aku akan membantumu, lalu untuk sementara waktu kamu bisa tinggal di apartemen milikku.”
Pada saat mereka berada di sebuah apartemen milik Ivone, sang sahabatnya tengah menghubungi seseorang di mana orang itulah, yang akan membantunya menghilang dari pandangan mata bahkan aroma tubuh sekaligus, sedangkan gadis itu hanya bisa bungkam ketika sahabatnya sedang mengobrol.
“Lalu ada di mana Araxi sekarang, Sa?”
Terdengar dengkusan kesal, Ivone sang sahabat seperti kesal pada seseorang. Namun, dia sendiri pun tidak bisa ikut mencampuri urusan pribadi sahabatnya.
“Katakan kepada Araxi, untuk datang ke apartemenku. Bisakah kau menyampaikannya, Sa?”
Sekitar lima belas menit kemudian, panggilan itu pun terputus dengan Ivone yang terlihat begitu senang, Araxi akan membantunya kali ini dan itu atas permintaan dari gadis itu sendiri.
“Apa yang membuatmu senang, Von?” tanya Citra.
“Adik angkatku!”
“Ada apa dan kenapa dengan dia?”
“Mau membantuku menyembunyikan keberadaanmu, Cit.”
Pernyataan dari Ivone, membuat Citra begitu terkejut mendengarnya, “apa tidak masalah, Von?”
“Jangan risau, dia tidak seburuk yang kamu bayangkan dan maaf, aku tidak bisa lama-lama berada disini. Tidak masalah bukan?”
Setelah dirasa tidak ada yang diobrolkan, Ivone berpamitan pada sang sahabat, sambil memberi semangat untuk tidak terlalu memikirkan keadaan apa pun.
Bahkan sang sahabat memintanya, untuk tetap percaya diri meskipun keadaan sekarang telah mengubahnya, ditambah kebencian Citra pada bujang lapuk itu begitu kuat.
*
*
*
Sinar mentari menari di atas awan, sang bujang lapuk itu pun mulai membuka mata, alangkah terkejutnya mendapati tubuh tegap dalam keadaan polos, tanpa selehai benang melekat dan terdapat noda darah di atas sprei.
Membuatnya mengumpat diri sendiri karena telah merenggut harta benda seorang gadis, bahkan bujang lapuk itu sama sekali tidak mengingat apa pun.
“Sial! Apa yang sudah kuʼ lakukan dan kenapa aku, tidak bisa mengingat apa pun yang menimpaku!”
Bermonolog sambil berusaha mengingat sesuatu, tapi tetap saja bujang lapuk itu tidak dapat menemukan petunjuk diingatannya.
Hanya satu nama yang dia ingat, Liora juga dibalik kejadian menimpa Morgan Gayatri Smith, tak berselang lama kemudian bujang lapuk itu menghubungi anak buah dan meminta menyelidiki kejadian malam itu.
“Kau yakin tidak mengetahui apa pun, tentang kejadian yang menimpaku?”
“Benar, Tuan Muda.”
“Bawakan aku ganti, lalu kau jangan lupa untuk menyimpan barang ini di dalam kamar pribadiku! Jangan sampai nona mudamu mengetahuinya. Kau dengar tidak?”
“Baik, Tuan Muda.”
Tak berselang lama kemudian, anak buah Morgan menjalankan perintah dari tuan mudanya, dengan dirinya meminta untuk merahasiakan perbuatan yang telah dilakukan oleh pria matang itu.
*
*
*
Akan tetapi, sang bayi mungil bujang lapuk itu, merasa tidak terima atas perbuatan yang dilakukan oleh, pria yang telah membesarkan sedari bayi merah.
“Apa laporanmu itu akurat?”
“Semua laporan yang Anda baca memang benar adanya, Nona.”
“Lalu mengapa kau membiarkannya masuk ke tempat terkutuk itu? Kalian semua sendiri mengetahuinya bukan?” Araela, sang bayi mungilnya bujang lapuk, begitu geram dengan tingkah laku Morgan.
“Maafkan kami, Nona Muda … semua itu atas permintaan tuan muda sendiri.”
“Baiklah urusan dia, nanti aku yang mengurus. Tugas kalian sekarang, mencari tahu keberadaan gadis direnggut oleh tuan muda kalian!”
Bahkan tanpa memberitahu pun, gadis itu telah lebih dulu mengetahui keberadaan, rekan sekampusnya yang saat ini tengah berada di sebuah apartemen, sedangkan dia sendiri akan memberi perhitungan untuk bujang lapuk, yang telah membuat hati gadis itu kecewa karena tingkah laku Morgan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
awal yang sangat seru 😍
2023-09-02
2
Siti Jamila
mampir thor... lanjut upnya
2022-12-31
0
nisa
lanjuttt...
2022-12-03
1