HAPPY READING!!!!!🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
"Apa yang kamu lakukan Rania?," Tanya Hanna terkejut melihat penampilan Rania.
"Rania tidak melakukan apa-apa. Rania sudah siap," ucap Rania tanpa rasa bersalah.
" Apa kamu pikir kita akan memalak ke sana?" Tanya Hanna. Bagaimana tidak penampilan Rania sudah seperti preman. Kaos, celana jins, dan jaket kulit. Sedangkan Galih tertawa melihat kelakuan Rania yang abstrak.
" Rania tidak bilang begitu," balas Rania.
" Sayang kita mau ke pondok kalau kamu lupa," ujar Galih.
" Terus apa salahnya Pa, yang penting aku masih memakai baju kan!," Ucap Rania.
" Ayo, ikuti Mama," ucap Hanna menarik tangan Rania dan koper yang Rania bawa.
" Mau kemana? Enggak jadi ke pondoknya? Rania udah siap ini!," Ucap Rania yang di seret Mamanya.
" Jangan banyak bicara," ucap Hanna sudah benar-benar kesal.
Hanna membawa Rania ke dalam kamarnya dan mengambil koper yang sudah dia siapkan untuk Rania.
"Buka koper kamu!" Pinta Hanna.
" Untuk apa sih Ma?" Tanya Rania tapi menuruti Mamanya.
" Astagfirullahaladzim, Rania. Kamu mau membuat Mama darah tinggi?" Tanya Hanna.
" Apa yang salah Ma?" Tanya Rania.
" Rania, kamu pikir kamu mau ke mana dengan baju-baju ini," ucap Hanna.
Hanna membuka koper yang sudah dia siapkan sendiri dan mengambil satu gamis untuk di pakai Rania.
" Pakai ini, jangan komplain turuti saja," ucap Hanna.
" Ayolah Ma, ini bukan fashion Rania," ucap Rania sangat mengambil sebuah gamis di tangan Mamanya.
" Pakai saja," ucap Hanna tegas.
Mau tidak mau Rania harus memakai baju yang diberikan oleh Mamanya dengan wajah keterpaksaan.
Hanna mengambil koper Rania dan mengembalikannya ke kamar Rania. Setelah meletakkan koper Hanna kembali lagi ke kamarnya untuk mengecek Rania. Tapi Rania belum juga keluar dari kamar mandi.
" Rania kenapa lama sekali," teriak Hanna di depan pintu kamar mandi.
" Ma, aku nggak mau keluar. Aku malu menggunakan baju ini," sahut Rania dari dalam.
" Keluar saja," balas Hanna.
Rania keluar dengan wajah cemberut karena pakaian yang dia pakai sekarang, dia merasa sangat risih dengan baju yang menjuntai panjang.
" Ma, yang benar saja aku harus memakai baju seperti ini, ini sangat norak," ucap Rania komplain.
" Kamu sangat cantik menggunakan baju ini sayang," ucap Hanna.
" Cantik dari mananya? Ini sangat aneh dan tidak nyaman." ucap Rania.
" Aneh karena kamu belum terbiasa sayang, lama kelamaan pasti kamu akan nyaman," ucap Hanna.
" Sini," pinta Hanna membawa Rania ke depan cermin dan memakaikan jilbab untuk Rania.
" Apa aku juga harus memakai ini?" Tanya Rania.
" Iya" jawab Hanna.
"Ma Syaa Allah, kamu sangat cantik menggunakan jilbab sayang," ucap Hanna kagum.
"Itu karena Rania memang cantik bukan karena jilbab ini," ucap Rania.
" Ayo, kita sarapan setelah itu Mama akan mengantar kamu," ucap Hanna menarik Rania serta koper yang berisi baju untuk Rania.
Rania sudah pasrah sekarang dia tidak tahu harus berbuat apalagi untuk mencegah Mamanya untuk membawanya ke pondok.
" Pa," panggil Hanna agar suaminya menoleh.
" Ma Syaa Allah, anak Papa cantik sekali," ucap Galih saat pertama kali melihat Rania dengan balutan baju muslimah.
" Lihat Papa kamu saja memuji kamu, " ucap Hanna.
" Tapi Rania tidak nyaman Ma, Pa," ucap Rania duduk di meja makan.
" Nanti juga nyaman, Papa suka melihat penampilan putri Papa yang sekarang, lebih cantik " ucap Galih.
" Tapi aku tidak menyukainya, Pa," ucap Rania.
" Sekarang kamu sarapan, jangan bicara lagi. Pusing Mama dengar kamu komplain dari tadi. " ucap Hanna.
Sambil makan Rania terus memainkan jilbabnya. Dia sangat tidak nyaman dengan penampilan barunya. Setelah selesai sarapan Hanna dan Galih bersiap-siap mengantar Rania ke pondok. Galih mengangkat koper Rania dan memasukkannya ke dalam mobil.
" Sudah siap, kita berangkat sekarang?" Tanya Galih sudah masuk ke dalam mobi di ikuti Rania dan Hanna.
" Sudah" jawab Rania lesu.
"Enggak usah manyun seperti itu, Mama tidak akan berubah pikiran," ucap Hanna.
" Mama memang tidak menyayangi aku," ucap Rania.
Mereka sudah siap untuk mengantar Rania ke pondok pesantren yang ada di kawasan Bogor.
Sepanjang perjalanan Rania terus saja memainkan jilbabnya, entah itu meniupnya, memainkan dengan jarinya atau membukanya lalu memakainya lagi.
" Ma, Pa" panggil Rania.
" Iya," jawab keduanya.
" Apa Mama dan Papa tidak akan merindukan Rania kalau Rania di masukkan ke pesantren?" Tanya Rania.
" Tidak"
" Iya"
Jawab Hanna dan Galih.
" Mama memang tidak menyayangi Rania seperti Papa," ucap Rania.
" Sudah terima saja" ucap Hanna.
Rania tidak bisa memikirkan cara agar bisa kabur dari pondok setelah sampai di sana, dia sedang mengatur siasatnya.
" Masih jauh Ma, Pa?" Tanya Rania.
"Sebentar lagi juga sampai," jawab Galih.
" Tapi ini sudah satu jam lebih, kalian mau membuang Rania ya!" Ucap Rania.
" Iya," ucap Hanna.
" Mama jahat banget sih sama anak sendiri," balas Rania manyun.
" Pa," panggil Rania.
" Iya, sayang," sahut Galih.
" Papa sayang nggak sama Rania?" Tanya Rania.
" Tentu saja Papa sayang sama kamu" jawab Galih.
" Kalau Papa sayang sama Rania, kenapa Papa setuju kalau Rania di masukkan ke pesantren seperti ini?,"Tanya Rania.
" Papa tidak punya pilihan lain sayang kalau tidak menuruti kemauan Mama kamu Papa yang akan di usir oleh Mama kamu dari kamar," kalau saja Galih bisa bilang begitu kepada Rania tapi itu hanya suara hatinya.
" Karena Papa juga menginginkan yang terbaik untuk putri Papa satu satunya," jawab Galih akhirnya.
" Bilang saja Papa takut sama Mama," gumam Rania.
" Kamu sangat benar sayang" batin Galih.
Rania dan orang tuanya sudah sampai di tempat tujuan mereka yaitu pondok pesantren yang berada di daerah Bogor.
" Pa, Ma, apa kalian tidak salah mengirim Rania ke tempat seperti ini?" Tanya Rania tidak percaya dengan apa yang dia lihat di depannya.
" Tidak ada yang salah, turun saja" ucap Hanna.
" Pa, Rania nggak mau," rengek Rania.
" Turun Mama bilang" ucap Hanna tapi Rania tidak peduli.
Hanna dan Galih turun terlebih dahulu dari dalam mobil tapi Rania belum juga turun.
" Rania," panggil Hanna lagi.
" Apa Mama harus menyeret kamu supaya mau turun," sambung Hanna lagi.
" Sayang sudah jangan teriak-teriak di sini," ucap Galih.
" Kalau begitu, Mas saja yang urus anak itu supaya mau turun," ucap Hanna.
Galih menghampiri pintu mobil dan membukanya untuk membujuk Rania yang sedang merajuk.
" Sayang turun ya!" Ucap Galih.
" Pa, Rania nggak mau tinggal di tempat kayak gini," ucap Rania.
" Dengarkan Papa baik-baik sayang, semua yang Mama lakukan ini untuk kebaikan kamu sendiri nantinya, jadi Papa mohon kali ini dengarkan Papa." ucap Galih.
" Tapi, Pa," rengek Rania.
" Kali ini turuti kemauan Papa boleh ya! Tolong jangan membantah, bukannya selama ini Papa selalu menuruti kemauan kamu sekarang tolong turuti kemauan Papa," ucap Galih.
" Iya," balas Rania akhirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Husenhasnahasan UmiH3
kak mau tanya aq baca novel ton kok tiba2 g ada iklan ya, padahal kemarin banyak iklan itu gi mana ya kak, takut q nanti d tagih bayar karena bebas iklan,
2023-10-01
0
Puji Lestari
hemmm jadi anak yg manis dan penurut ya Rania..
ada jodohmu yg sholeh sudah menantimu di dalam pesantren ...
semangaatt Rania kamu pasti akan suka tinggal di pesantren dan akan berterima kasih kepada sang mama 🥰🥰🥰
2022-12-04
4
Rais Rais
lanjut penasaran sama ceritanya
2022-12-03
1