Bab 2

Happy reading!!!!!!🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Tok tok.

"Rania, sayang buka pintunya, ini Papa," teriak Galih di depan pintu kamar Rania dengan membawa nampan di tangannya.

"Sayang," panggil Galih lagi.

"Kemana dia? Kenapa tidak menyahut saat aku panggil," gumam Galih mulai berpikir yang tidak- tidak.

" Atau jangan- jangan dia kabur, jangan sampai dia berbuat hal yang aneh-aneh" lirih Galih.

" Sayang," Teriak Galih memanggil istrinya.

" Sayang ke sini dulu, cepat" sambung Galih.

"Ada apa sih,Mas?," Tanya Hanna baru keluar dari kamarnya yang berada tidak jauh dari kamar Rania hanya berselang satu kamar kosong.

" Tolong ambil kunci cadangan!, Rania tidak menyahut saat aku memanggilnya dan dia juga mengunci pintu, takutnya dia malah kabur, atau berbuat nekat" jelas Galih.

"Tunggu sebentar aku ambil dulu," ujar Hanna ikut khawatir.

Hanna berlari untuk mengambil kunci cadangan yang berada di kamar bawah tepatnya di kamar Bibi.

"Semoga dia tidak senekat itu," gumam Hanna berjalan buru-buru.

"Ini Mas," ucap Hanna memberikan kunci kepada suaminya setelah capek berlarian.

Galih memberikan nampan yang ada di tangannya kepada Hanna dan langsung mengambil kunci dari tangan istrinya dan membuka pintu kamar Rania dengan buru- buru.

" Cepat, Mas! Lama banget sih!" Ucap Hanna.

" Ia,sabar," balas Galih.

Begitu pintu kamar terbuka Hanna segera masuk ke dalam kamar Rania.

"Rani..." ucap Hanna menghentikan ucapannya saat melihat Rania tertidur pulas di atas kasur.

"Ya Allah, Rania," Ucap Hanna.

" Kita udah cemas setengah mati, ini anak malah tidur," ucap Hanna kepada suaminya.

"Alhamdulillah kalau putri kita baik- baik saja." ucap Galih memegang bahu istrinya.

" Ini kelakuan anak kamu, udah mengunci pintu, tidak menyahut saat di panggil, bikin khawatir aja," ucap Hanna.

" Seharusnya kita senang tidak terjadi sesuatu padanya," ucap Galih.

Mendengar ada keributan di sampingnya Rania terbangun dari tidur nyenyak nya.

"Mama, Papa, kenapa kalian ada di kamar Rania? Dan kenapa kalian bisa masuk?" Tanya Rania sambil mengucek matanya.

" Ini anak benar-benar bikin emosi," gumam Hanna.

"Sabar sayang, jangan marah- marah terus" ucap Galih mengelus bahu Hanna agar istrinya tidak emosi.

" Gimana gak marah, kita udah khawatir sama dia, dia malah tidur. Sekarang dia tanya kenapa kita ada di kamarnya" cetus Hanna kesal.

"Mama kenapa sih, hobi banget marahin aku?,"Tanya Rania bangun dari tempat tidurnya.

" Kamu masih tanya kenapa Mama selalu marah-marah? Karena kamu tidak pernah mendengarkan ucapan Mama Rania," ucap Hanna.

" Sayang, sekarang kamu tidur ya, maaf Papa ganggu kamu, Papa bawa nasi untuk kamu di makan, kamu belum makan apa-apa" ucap Galih.

"Selamat malam putri Papa" ucap Galih mencium kening Rania.

" Ma! Kita ke kamar," sambung Galih menarik tangan Hanna pelan.

" Kenapa Mama selalu saja marah-marah sama aku, nggak capek apa," gumam Rania kesal kepada Mamanya.

" Sial," umpat Rania.

Rania mengambil ponselnya untuk menelpon teman-temannya siapa tahu mereka punya rencana supaya dia tidak jadi di masukkan ke pesantren.

" Mereka juga kemana sih! " umpat Rania karena teman-temannya tidak ada yang mengangkat panggilan darinya.

" Aku benar-benar sial hari ini," cetus Rania

"Apa aku pura-pura sakit aja ya, dengan begitu Mama akan menunda keberangkatanku besok setelah itu baru aku pikirkan cara untuk tidak pergi ke pondok," Rania menemukan sebuah ide.

" Tapi... apa Mama akan percaya sama aku, kalau Papa gampang," ujarnya lagi.

"Gimana ini? Aku nggak mau masuk pondok, pasti di sana pakai jilbab terus bajunya norak-norak banget," gumam Rania membayangkan kalau dia memakai baju muslimah dan juga jilbab.

" Enggak- enggak aku nggak akan mau," lirih Rania.

" Membayangkan saja sudah membuatku malu," sambungnya lagi.

Rania terus saja berbicara dengan dirinya sendiri dan mencari cara supaya Mamanya tidak jadi memasukkan dia ke pesantren.

Rania tertidur dengan perut kosong malam itu, dia tidak berselera makan lantaran ingin di masukkan ke sebuah pesantren.

Pagi hari Rania terbangun karena suara ketukan pintu kamarnya.

" Siapa sih pagi-pagi, ganggu orang tidur aja," umpat Rania kesal karena terganggu.

" Ia, tunggu!," Ucap Rania terpaksa bangun.

Ceklek.

" Ada apa sih Bi, pagi-pagi," ucap Rania masih mengantuk.

" Buka mata kamu," cetus Hanna.

" Mama," ucap Rania terkejut langsung membuka matanya.

" Sekarang siap-siap setelah sarapan kita berangkat," ucap Hanna tanpa basa-basi.

" Ma, aku nggak mau dimasukkan ke pesantren. Mama nggak kasian sama aku? Mama nggak sayang sama aku?" Tanya Rania bergelayutan di tangan Mamanya.

"Karena Mama sayang sama kamu makanya Mama buat seperti ini," jawab Hanna.

" Kalau Mama sayang sama Rania, Mama nggak akan tega masukin aku ke pesantren seperti ini," ucap Rania.

" Mama hanya ingin kamu lebih baik sayang," balas Hanna.

" Tapi Ma aku nggak mau ke pesantren," ucap Rania lagi.

" Sayang! Kali ini saja dengarkan Mama, Mama hanya ingin yang terbaik untuk kamu. Kamu nggak kasian lihat Mama, kamu selalu saja membuat masalah, Mama udah capek sayang " balas Rania.

" Ma, aku minta maaf. Rania akan berubah, Rania janji," ucap Rania memohon.

" Kalau kamu sayang sama Mama, turuti kemauan Mama yang ini, Mam tidak meminta apapun lagi sama kamu," ucap Hanna.

" Pilihannya ada sama kamu, kalau kamu sayang sama Mama. Sekarang kamu mandi lalu siap-siap" ucap Hanna meninggalkan kamar Rania.

" Sial! Aku akan turuti Mama kali ini. Aku akan mencari cara supaya di keluarkan dari pondok itu," gumam Rania memiliki ide baru.

Rania menutup pintu kamarnya, mengambil handuk lalu masuk ke dalam kamar mandi. Sekarang wajahnya terlihat bahagia, karena dia sudah mempunyai ide gila di dalam otaknya.

" Baiklah, ayo kita pergi ke pesantren," gumam Rania masuk ke dalam kamar mandi sambil bernyanyi.

" Kamu memang pintar Rania," sambung Rania.

Sementara di meja makan Mama dan Papanya sedang membicarakan Rania.

"Gimana Rania udah bangun?," Tanya Galih.

" Udah Pa," jawab Hanna singkat.

" Apa dia mau ke pesantren?" Tanya Galih lagi.

" Aku nggak tau Pa, dia mau atau enggak tapi aku sudah mengeluarkan akting terbaikku," jawab Hanna.

" Kalian ini anak dan Mama sama saja," gumam Galih.

" Dia juga anak kamu mas, kamu yang selalu manjain dia selama ini. Gara-gara kamu dia harus berpisah sama aku sekarang!" Ucap Hanna.

" Kenapa aku yang salah, kamu juga ikut manjain dia selama ini," balas Galih tidak mau di salahkan.

" Pagi Mama...Pagi Papa." ucap Rania baru turun dengan membawa koper di tangannya.

" Pagi sa...ya...ng," balas keduanya.

"Kenapa bengong seperti itu, Rania udah siap," ucap Rania tersenyum.

Terpopuler

Comments

Totoy Suhaya

Totoy Suhaya

baru mampir udah menarik ceritanya

2023-05-27

1

Mommy QieS

Mommy QieS

sekuntum gift 🌹 dan vote untuk mu, Kak.😊😘

2023-02-27

1

Mommy QieS

Mommy QieS

aku pun bakal emosi, Kak.😁

2023-02-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!