Leo merasa tersindir. Tapi bagaimana bisa kekasihnya itu mengetahui kalau dirinya selingkuh? Apa kemaren dia datang ke apartemennya? Pertanyaan itu berputar di kepala Leo.
Sofia menuju ke mejanya setelah mengambil makanan. Leo ikut duduk di depannya. Dia ingin sekali meraih tangan lembut itu agar dapat digenggam tapi dia tahu Sofia tak akan mengizinkannya.
"Sofia," panggil Leo dengan lembut. Sofia mendongak tanpa bersuara. Mulutnya sedang mengunyah makanan. Hanya tatapan dingin yang dirasakan Leo. Selama mereka berpacaran tak sekalipun Sofia mengabaikan kehadirannya. Tapi sekarang garis itu mendadak bersikap dingin sehingga Leo menelan salivanya susah payah. Jantung Leo sedikit berdebar. Dia takut Sofia benar-benar mengetahui perselingkuhannya dengan wanita ****** yang dia sewa.
Sofia meletakkan sendoknya lalu berdiri. "Mas, aku masih ada praktek." Tanpa mengucapkan kata pergi, Leo sudah bisa menebak kalau Sofia mengusirnya. Tapi Leo tidak tinggal diam. Dia menarik lengan Sofia dengan lembut.
"Tolong jelaskan kesalahanku? Aku masih tidak mengerti perubahan sikapmu ini."
"Sebaiknya mulai saat ini kita berteman saja." Ucapan Sofia mengejutkan Leo.
"Kenapa?" tanya Leo.
"Aku kurang memperhatikanmu. Carilah wanita yang bisa meluangkan waktunya untukmu." Perlahan Sofia melepas tangan Leo yang memegang lengannya. "Aku bukan tipemu." Sofia melenggang pergi setelah memutuskan hubungan dengan Leo.
Leo meraup mukanya kasar. Dia pergi dari tempat itu dengan keadaan kacau. Tidak pernah terpikir di benak Leo untuk berpisah dari Sofia. Dia masih sangat mencintainya. Meskipun kenyataannya dia mudah tergoda oleh wanita lain.
Sofia memang tidak mengizinkan Leo untuk menyentuhnya. Memeluk pun tidak apalagi mencium. Sofia ingin batas yang jelas saat berhubungan. Itulah yang membuat Leo merasa bosan dengan Sofia akhirnya mencari pelampiasan hasratnya.
Sofia masuk ke dalam toilet. Dia menangis di depan cermin. Dadanya begitu sesak memutuskan hubungan dengan orang yang dicintai. Meskipun begitu dia harus rela. Untung saja waktu itu tidak ada orang sehingga dia bisa menangis sepuasnya. Lalu dia menyeka air matanya setelah selesai.
Saat baru keluar dari kamar mandi sebuah tangan memegang sapu tangan berada tepat di depan wajahnya. "Dokter," Sofia tidak menyangka kalau David menunggui dirinya di depan toilet. Dia menggoyangkan tangannya agar Sofia cepat mengambil sapu tangan tersebut.
"Terima kasih," ucap Sofia sambil meraih sapu tangan itu.
"Kenapa harus menangisi laki-laki yang telah menyakitimu?" Wajah David sengaja condong ke depan hingga membuat Sofia mundur.
Lantai depan toilet yang licin hampir saja membuat Sofia terjatuh jika saja David tidak menangkap tubuhnya. Namun, tanpa disengaja mulut Sofia bertabrakan dengan mulut David.
Sofia membelalakkan matanya. Tapi tidak dengan David hari ini dia merasa jadi orang paling beruntung sedunia karena mendapatkan ciuman cuma-cuma dari pujaan hatinya.
Sofia mendorong tubuh David. "Dokter Anda sengaja ya?" Tuduh Sofia.
"Bukan aku yang mengatur semua ini," jawabnya dengan santai.
Jantung Sofia berdegup kencang wajahnya pun merah merona. Tak mau David menyadarinya, Sofia segera berlalu. Sedangkan David mengusap bekas ciuman Sofia.
"Mood booster hari ini," ucapnya sambil mengulas senyum di wajah tampannya.
Sofia merasa kesal pada David. "Astaghfirullah, bagaimana bisa aku mencium laki-laki yang bukan mahrom?" Sofia kembali memegang dadanya yang berdegup kencang.
Usai menyelesaikan prakteknya, Sofia menyambar tas lalu keluar dari ruangan. Dia berjalan menuju ke tempat parkir. "Assalamualaikum ukhti," sapa David dari belakang.
Sofia terlonjak kaget. "Astaghfirullah, anda mengejutkan saya, Dok," protes Sofia seraya memegangi dadanya. David malah terkekeh.
"Apa anda mau pulang?" tanya David. Sofia berjalan lebih cepat. Dia ingin menghindari David tapi laki-laki itu terus saja menempel hingga membuat Sofia merasa tidak nyaman.
"Dokter, apa anda tidak ada praktek hari ini?" tanya Sofia mencoba mengusirnya dengan halus.
"Saya sudah selesai," jawab David dengan santainya.
"Oh, baiklah. Saya permisi mau langsung pulang. Assalamualaikum," pamit Sofia. Dia segera masuk ke dalam mobil.
"Aih, kenapa jantungku ini? Apa aku perlu periksa jantung?" Gumam Sofia lirih.
Setelah itu Sofia menjalankan mobilnya. Ketika berada di perjalanan pulang, mobilnya tiba-tiba mogok. "Eh, kenapa nih?"
Sofia keluar untuk mencari pertolongan. Jujur dia tidak mengerti soal mesin mobil. "Mobilnya kenapa?" Suara bariton itu membuat Sofia menoleh. Lagi-lagi David. Kenapa dia selalu muncul di mana-mana seperti lalat.
Sofia memutar bola matanya jengah tapi saat ini hanya David yang bisa menolongnya. "Tidak tahu, Dok. Tiba-tiba mogok," jawab Sofia. David mendekati Sofia tapi hanya berniat untuk melihat kerusakan mobilnya. Sofia memberi ruang laki-laki tampan itu untuk melihatnya.
"Apa anda tahu kenapa mobil saya mogok?" tanya Sofia. David terlihat sangat serius. Sesaat kemudian dia menjawab. "Tidak, saya tidak tahu."
"Hah yang benar saja, kenapa tadi pura-pura memperbaiki, apa dia ingin terlihat keren?" Batin Sofia sambil meluruhkan bahunya.
"Apa anda mau saya antar pulang?" David menawarkan tumpangan.
"Ah, tidak perlu, Dok. Saya bisa memesan taksi," tolak Sofia.
"Kenapa? Apa anda takut saya cium seperti anda mencium saya tadi?" Goda David. Jelas membuat wajah Sofia memerah.
"Maaf, tadi itu saya tidak sengaja." Antara kesal dan malu, kini Sofia rasanya ingin menghilang dari hadapan David.
"Tapi saya menyukainya," ucap David sambil mengulas senyum sejuta Wattnya. Sofia sejenak tertegun melihat senyum David yang begitu mempesona. Tak mau zina mata, dia segera memalingkan wajahnya.
Tanpa diduga hujan mendadak turun. Sofia bingung ingin berteduh di mana. Lalu David menarik tangan Sofia dan mengajaknya masuk ke dalam mobil.
Baju keduanya agak basah. Lalu David memberikan handuk kecil untuk Sofia. "Pakailah," perintah David.
Sofia ragu menerimanya. "Jangan khawatir, Dokter Sofia ini masih baru bukan bekas saya," terang David agar Sofia mau menerimanya.
David menjalankan mobilnya. "Lho kita mau ke mana, Dok?" tanya Sofia yang bingung.
"Menemui calon mertuaku," jawabnya menggoda. Sofia tentu saja kesal. "Kenapa harus mengajakku, bukankah pacarnya akan cemburu jika melihat aku datang bersamanya?" Gerutu Sofia dalam hati.
"Nanti turunkan saya setelah hujan berhenti, Dok."
"Hujan tidak akan berhenti dalam waktu dekat." Sekilas David melirik ke arah Sofia. Namun, Sofia hanya fokus ke depan sambil mengamati hujan.
"Pasti akan berhenti. Entah kapan waktunya tapi hujan akan berhenti pada saatnya." Sofia tampak melamun. Dia masih mengingat perselingkuhan yang dilakukan oleh Leo kemaren. Entah kenapa masih sulit melupakan kejadian itu. Hatinya sangat sakit setiap kali mengingatnya.
"Aku tidak tahu kapan hujan itu berhenti, tapi aku bersedia menjadi payung untuk melindungimu agar tidak basah."
Pandangan David dan Sofia bertemu sejenak. Hati Sofia merasa berdesir ketika David mengucapkan sesuatu yang memiliki makna yang mendalam seperti itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
bunda fz
gombal.tingkat.dewa
2023-01-04
1
Ririe Handay
jadi payung nih dok
2022-12-06
1
MIKU CHANNEL
jgn membuang Energimu utk menangis lk2 spt Leo, dia tdk pantas utk kau tangisi, air matamu terlalu berharga Hanya utk seorang Leo, yg tdk bisa menjaga kesetiannya, yg hanya mementingkan sahwat nya saja
2022-12-06
1