istirahat panjang

Lepas makan malam di rumah pak Jatmiko.

Kini Noe berjalan pulang melewati jalan sempit antara rumah-rumah kumuh yang di sewa para perantau tinggal di kota.

Tapi seakan tidak ada yang aneh dari jalanan arah tempatnya untuk pulang, kecuali Noe melihat seorang lelaki berhoodie ada di tengah gang sempit.

"Luar biasa, sangat luar biasa, Askar.... Kau memiliki insting tajam sebagai seorang pembunuh bayaran terkuat di kota Jakarta ini." Ucap lelaki itu tiba-tiba.

Ketika dia menampakkan diri di bawah lampu, wajah tidak asing terlihat oleh Noe.

"Zed si pahit lidah kah ?, Ada perlu apa kau denganku." Dia pun mengenalnya.

"Apa kau tahu, aku memiliki banyak julukan, ada orang yang memanggilku, Greed si tamak, sang penyihir, anak iblis, manusia dari bangkai, sang penjilat, atau pun ....."

"Aku tidak peduli soal julukan mu itu, yang aku tahu kau adalah assassin paling buruk." Noe memotong perkataan Zed.

"Itu benar. Itu salah satunya, kau ternyata sangat mengenalku, Askar."

"Tidak ada yang tidak mengenalmu, karena kau selalu melakukan segala cara untuk menyelesaikan misi dari guild, bahkan jika haus melanggar aturan." Balas Noe.

"Kau tahu tujuan kita para Assassin adalah membunuh target, jadi untuk apa kita mengikuti aturan, selama misi selesai." Zed begitu santai menjelaskan kepada Askar.

Noe tidak menyukai itu...."Bahkan jika harus membunuh orang yang tidak bersalah ?."

Julukan si pahit lidah tentu seperti dalam legenda cerita rakyat, dimana dia orang dengan segala ucapannya akan menjadi nyata. Tapi itu hanya sebuah kiasan, lebih tepatnya sosok Zed yang ada di hadapan Askar memiliki kecerdasan untuk memanipulasi pikiran orang lain dengan ucapan omong kosong.

Beranggapan jika Zed adalah seorang Sellesman panci anti panas, dia sudah menjadi best seller penjualan produk dengan Seribu orang kena tipu olehnya.

Dia tidak segan-segan memperalat, menghasut, mengendalikan, memanfaatkan dan mengorbankan orang lain demi mencapai tujuan. Salah satu Assassin mengerikan yang Noe benci.

Zed tertawa terbahak-bahak..."Kau lucu sekali Askar, orang tidak bersalah ?, Memang kau pikir manusia itu nabi ?, Orang suci yang tidak pernah berbuat dosa ?. Kau harusnya tahu, semua orang pasti memiliki dosa, entah itu kau atau pun aku. Tapi caranya saja berbeda."

"Tapi yang jelas dosa mu jauh lebih banyak, aku tidak pernah mengorbankan siapa pun demi kepentingan pribadi. Membunuh para penjahat, para mafia, orang-orang seperti mereka adalah demi menyelamatkan orang tidak bersalah, itu menjadi tujuanku sendiri." Balas Noe menatapnya tajam.

Zed semakin keras tertawa, dia berjalan memutari Noe dengan suara langkah kaki aneh seperti mengetuk tanah.

"Kau itu tidak tahu Askar, manusia itu sangatlah menarik, Manusia makhluk yang bisa dikendalikan hanya dengan sedikit emosi. Aku tidak pernah bosan mempermainkan mereka. Membuat alur cerita tentang perselingkuhan, meletakkan semua bidak dalam tempatnya, dan dor... Mereka saling bunuh tanpa perlu tangan ku kotor." Begitu yang Zed ucapkan.

Noe merasa muak untuk semua ucapan si pahit lidah, dia tidak ingin lama-lama bicara dengannya, karena mungkin bertujuan memancing emosi agar bisa dipermainkan.

"Aku tidak memiliki waktu untuk menanggapi perkataan mu. Jadi apa yang sebenarnya kau inginkan ?."

Zed Si pahit lidah tertawa sendiri, padahal Noe jelas tidak sedang melawak dengan suatu perkataan yang lucu. Hanya saja, sebagai assassin cukup lama, dia memang memahami jika kepribadian lelaki satu ini sangat abnormal.

Di dekatkan mulut Zed untuk berbisik...."Aku ingin mengatakan satu hal. Jika hari ini kau akan mati."

Diantara ujung gang itu, sekumpulan orang-orang dari mafia menampakkan diri dengan senjata laras panjang semi automatis yang diarahkan kepada Noe.

Terkejut Noe..."Sial, kau menjebak ku."

"Selamat menikmati." Sosok si pahit lihat hanya berdiri, setiap peluru melewati tubuhnya.

Boe berusaha menghindar, dia melompat ke samping untuk bersembunyi di balik tiang listrik, hanya saja satu kaki menerima peluru. Dia tidak memiliki celah untuk kabur karena di sampingnya adalah rumah penduduk yang saling berhimpitan dan menjadi gang.

Meski Noe memiliki pengalaman sebagai assassin selama belasan tahun, bahkan dia pun berlatih untuk menghindari peluru dengan mata telan*jang, tapi tetap saja melepaskan diri dari serangan senjata semi automatis sebanyak itu adalah hal mustahil.

"Apa alasanmu membunuhku, bagaimana pun kita masih dalam satu kelompok guild yang sama." Teriak Noe untuk mengulur waktu selagi menutup luka.

"Jika kau bertanya seperti itu... Ini seperti menyingkirkan hama pengganggu setiap pekerjaan dari orang-orang yang sudah kau hancurkan bisnisnya." Balas Zed.

"Jadi begitu rupanya, kau berpihak kepada mafia juga." Noe pun bisa menebak.

"Begitulah, kau cukup cerdas rupanya, aku dibayar cukup banyak untuk membunuhmu...dan apa kau ingat dengan mereka." Seakan Zed ingin memperkenalkan anggotanya.

Noe sedikit melirik, meski pun baru kepalanya terlihat, rentetan peluru hampir saja mengenai telinga.

Si pahit lihat berjalan ke orang-orangnya dan tunjuk satu orang..."Lelaki ini bekerja dengan kelompok mafia Gong Hue, dia kehilangan pekerjaan setelah pemimpin Gong kau bunuh. Apa kau juga tahu, sekarang dia berakhir menjadi pedagang es buah di terminal Kalideres."

Tunjuk orang lain di sebelah .."Dan juga dia ini, salah satu anggota kelompok mafia Serigala Hitam, dia memiliki dua putri yang masih kecil, karena kelompok mafia Serigala Hitam di bubarkan, dia juga kehilangan pekerjaan, istrinya pergi dan selingkuh dengan lelaki lain, bukankah itu menyedihkan."

Tapi untuk satu orang lagi, wajah Si pahit lidah bingung, dia lupa.... "Siapa kau ?."

"Aku Endro." Jawabnya.

"Kenapa kau disini ?."

"Aku pikir ini seru. Jadi aku ikut saja."

"Ya begitulah Askar, dia pun ingin membunuhmu, karena dia pikir itu menyenangkan." Zed tertawa.

Muncul kepala Noe untuk komplain..."Hei, jika memang tidak memiliki dendam apa pun kepadaku, jangan menganggap ini sebagai hiburan, kau salah alamat paman."

Tidak ada pilihan lain, posisi terpojok ini mengharuskan Noe untuk melawan, terlebih dalam kondisi dimana dia meninggalkan semua senjatanya di kontrakan, kecuali pisau lipat yang selalu dibawa sebagai alat pengupas buah.

Segera saja Noe berlari cepat, dia menunjukkan mata yang sangat fokus ke setiap tangan musuh ketika bersiap melepas tembakan.

Sebelum mereka menarik pelatuk, Noe melempar pisau buah hingga menancap tepat di tenggorokan satu orang. Dalam kondisi terkejut, Noe semakin cepat berlari untuk menyerang.

Jika saja dia mempersiapkan diri dengan semua senjata, bukan hal sulit ketika harus menyingkirkan sepuluh orang. Tapi sekarang, Noe harus benar-benar berkonsentrasi, memastikan satu persatu musuh yang memiliki persentase sebagai lawan berbahaya.

Ketika berada di jarak cukup dekat, Noe sudah memperhitungkan rencana, karena tidak mungkin untuk mereka melepas tembakan yang akan membunuh teman-temannya juga.

Satu persatu musuh Noe bunuh hanya dengan berbekal sebuah pisau buah. Dia pun segera mengambil satu senjata dan melepas tembakan untuk membunuh mereka.

Namun ketika Noe lengah, tepat di belakang punggungnya muncul sosok lelaki dengan suara tawa aneh terdengar berbisik.

"Sudah aku katakan, kau akan mati hari ini Askar."

Tiga tembakan bersarang di punggung Noe dan membuatnya terjatuh. Tapi itu belum cukup untuk membunuhnya. Segera dari tangan Noe melepas tembakan yang menembus dada Zed.

"Jika pun aku harus mati, kau akan menemaniku ke neraka bersama-sama." Ucap Noe.

Zed seketika jatuh karena peluru itu sudah dipastikan melukai jantungnya.

Semua musuh menjadi tumpukan mayat bersimbah darah di dalam gang, Noe pun melangkah keluar ke pinggiran jalan dengan tubuh yang dipenuhi luka tembak.

Pandangan mata mulai kabur, Noe merebahkan diri di pinggir trotoar jalan, silau lampu semakin pudar, suaranya tidak bisa keluar. Tapi kilas balik ingatan tentang gambar kehidupan di masa suramnya pun muncul.

'Ah .... Apa aku akan mati disini ?.'

'Sungguh aku tidak mengharapkan akhir sebagai seorang pembunuh.'

Wajah-wajah yang Noe ingat perlahan muncul, sosok wanita cantik sebagai seorang ibu pun tergambar samar, dia menyesal, dia marah, dia merasa di permainan oleh hidup dengan semua kesengsaraan tiada akhir.

Tetasan air mata keluar dan jatuh.

'Maafkan aku, karena sudah berakhir dengan menyedihkan.'

'Sekarang aku lelah, aku ingin beristirahat panjang, ya .... Sangat panjang."

Terpopuler

Comments

Ramandikaa

Ramandikaa

OOT banget si Zed

2023-01-13

0

IG: _anipri

IG: _anipri

gila ya kan? wkwkwk

2023-01-05

0

IG: _anipri

IG: _anipri

si paling manipulatif

2023-01-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!