Pembalasan Dendam Dari Masa Depan
Tengah malam di kota Jakarta...
Ketika sebagian besar orang terlelap dalam tidur setelah seharian mereka membanting tulang untuk mencari rupiah. Sebagian lain menikmati waktu di saat malam demi sebuah hiburan.
Tapi kehidupan malam kota Jakarta berbanding terbalik dari keramaian kota ketika siang, mereka yang menguasai dunia malam adalah para mafia, bergerak diantara warung remang-remang, penjualan obat-obatan terlarang, bisnis prostitusi dan jasa angkut barang tanpa permisi.
Termasuk juga dengan para Assassin atau pembunuh bayaran, mereka yang hidup untuk membunuh siapa pun targetnya demi mendapatkan uang. Hanya saja kehadiran mereka adalah hal rahasia yang tidak sembarang orang ketahui secara umum.
Bahkan ada satu guild Assassin yang bekerja dibawah perintah langsung dari pemerintah, mereka diberikan tugas untuk menyingkirkan penjahat-penjahat kelas kakap yang terkadang lolos dari jerat hukum.
Suara letusan senjata terdengar di dalam sebuah gedung bertingkat, perlahan langkah kaki seorang lelaki melewati dua tubuh yang kini tergeletak dilantai bersimbah darah.
Tidak ada penyesalan dari wajah lelaki yang sudah membunuh dua orang itu, sikapnya tenang dan santai, bahkan ketika dia menyadari ada empat orang lain datang dari sisi kiri dan kanan.
Cekatan tangannya menarik pelatuk senjata, mengarah lurus ke depan kepala mereka bergantian, satu peluru, satu nyawa melayang, dan mereka berempat sudah jatuh bahkan sebelum melepas tembakan.
Mengisi kembali magazen hingga penuh, dia pun berjalan naik menuju lantai kedua dimana sudah ada sepuluh orang penjaga yang bersiap dengan senjata mereka.
Lelaki itu mengambil sesuatu dari balik jas hitamnya, sebuah granat asap yang dia lepas kuncinya kemudian dilempar ke tempat para penjaga berkumpul.
Asap yang keluar membuat pandangan mata sulit melihat keberadaan musuh, tapi jumlah penjaga jauh lebih banyak, sehingga tidak mungkin untuk siapa pun lolos dari kepungan mereka.
Satu orang yang menjadi ketua penjaga memberi instruksi...."Tiga orang, pergi ke sebelah kiri cari posisi untuk membidiknya, dua orang maju lawan dia secara langsung."
"Baik." Kompak mereka menjawab.
Barulah tiga orang berjalan keluar melewati kepulan asap untuk mencari posisi, tiga tembakan meletus dan tepat bersarang di kepala mereka masing-masing.
Dan dua orang yang baru saja maju untuk melawan kini tubuh satu orang dilempar dengan luka tusukan di bagian dada.
"Sial, tembak...." Seakan tidak ragu rentetan tembakan diarahkan ke depan.
Seakan semua sudah selesai, ketua itu pun mengangkat tangan sebagai tangga berhenti melakukan serangan.
Namun ketika suara tembakan terdengar, satu persatu penjaga jatuh, orang yang menjadi ketua itu pun bingung, jelas sekali antara mereka dan lawannya sama-sama kesulitan melihat karena asap.
Tapi lawan seakan memiliki indra keenam yang tahu kemana harus mengarahkan bidikan senjata, ajaibnya semua peluru tepat sasaran.
"Apa kau tahu, suaramu itu terlalu berisik, jika memang ingin menyerang, jangan banyak bicara."
"Kau...." Ditariknya pelatuk senjata dan melepas peluru yang menembus kepala.
Semua penjaga bersenjata telah habis di singkirkan, langkah santai naik ke lantai atas menggunakan lift.
Terlihat percaya diri ketika satu lelaki bertubuh buntal duduk santai memperhatikan monitor layar komputer yang tetap memperlihatkan setiap ruang gedung dalam kondisi sepi.
Kepulan asap keluar dari mulutnya dengan bentuk lingkaran sempurna, dia sudah menyewa pasukan penjaga guild Assassin demi melindungi diri dari ancaman kematian.
Tapi tiba-tiba saja lampu ruangan padam, sebuah pistol mengarah tepat di belakang kepalanya, hanya butuh satu tarikan pelatuk dan nyawa lelaki buntal itu akan lewat.
"Zang Jian, komisaris utama PT Jiang Long Way. Kasus penggelapan dana jalan Tol, membunuh dan mengancam penduduk untuk melepas hak kepemilikan tanah dengan harga murah dan lima kali lolos dari pidana penjara atas pembunuhan berencana. Apa ada pertanyaan dari itu semua ?." Ucap seseorang dari belakang.
"Bagaimana mungkin kau berhasil masuk kemari."
"Itu tidak ada dalam daftar pertanyaan ku, dan juga apa perlu kau tahu ?. Karena malaikat maut tidak butuh jawaban ku."
Pintu ruangan terbuka, dimana ada dua anak muda berjas hitam muncul dengan senjata di tangan mereka. Melihat Zang Jian berada dalam ancaman seseorang yang siap membunuh, keduanya segera melepaskan tembakan langsung untuk melindungi Zang Jian.
Seakan ajaib untuk di lihat, dua peluru yang harusnya tepat bersarang ke kepala lelaki di belakang Zang Jian berhasil di hindari dengan mudah.
"Ternyata benar informasi dari lelaki itu, jika sosok Assassin yang dikirim membunuh Zang Jian adalah pembunuh terbaik, Askar."
"Meski pun tahu namaku dan bersikap sok akrab, kalau memang menghalangi misi ini, kalian juga akan aku singkirkan."
"Aku takut....." Ucapnya berbeda dari ekspresi yang di tunjukkan.
"Om, bolehlah kau menjadi assassin terbaik dan keahlian membunuh tingkat tinggi, tapi aku tidak takut sama sekali, bahkan pertemuan kita ini akan menguji kemampuan ku untuk mengalahkan orang tua seperti mu." Ucap pula satu remaja itu.
"Jangan salahkan aku, jika kau harus mengganti otakmu itu saat berlubang terkena peluru." Sosok Askar menjawab dengan santai.
Dua assassin itu berlari cepat membagi arah antara sisi kiri dan kanan, Askar tanpa perlu mengalihkan pandangan dari Zang Jian. Meski kekuatan langkah kaki mereka sangat cepat, tapi pengalaman Askar dalam pertarungan dua lawan satu hingga lima lawan satu bisa di uji.
Dua letusan peluru mengarah ke setiap sisi kepala Askar, dia hanya perlu bergeser ke belakang untuk menghindarinya karena memang setiap Assassin bersertifikat haruslah memiliki refleks super cepat dalam mengambil keputusan.
Satu lawan kini maju dalam jangkauan serang jarak dekat, melepas tembakan yang hanya setengah meter dari tempat Askar. Bagi lawan itu tidak mungkin di hindari, beranggapan malaikat maut sudah bersiap menarik nyawa Askar.
Tapi satu kaki menjadi penghalau, dalam sepersekian detik sebelum peluru keluar, Askar mepelas tendangan keras yang melempar pistol itu dari tangan lawan.
Di sisi sebelah kanan, satu lawan yang lain sudah bersiap menarik pelatuk, namun Askar juga mengetahui tujuan Assassin muda itu. Menghindar dari peluru dan memang tepat sasaran untuk menembus kepala partnernya.
Tidak ada rasa bersalah, dia masih melanjutkan niat membunuh dengan menarik kembali pelatuk untuk melepas lima peluru secara beruntun.
Askar menunjukkan keajaiban, dimana tidak ada satu peluru pun mengenai tubuhnya. Askar hanya perlu satu tembakan untuk membalas serangan dan secara langsung menembus titik tengah dari kepala lawan.
Zang Jian menganggap bahwa ada kesempatan lolos ketika Askar beradu tembakan dengan dua Assassin yang dia sewa. Merangkak perlahan menuju pintu untuknya keluar.
"Kalian masih perlu berlatih sepuluh tahun lagi untuk bisa menyamai kemampuan ku, tapi sayangnya penyesalan selalu datang belakangan."
Tapi selagi Askar membersihkan jas dari noda darah, dia sudah melepas satu tembakan yang menembus kaki Zang Jian.
"Apa kau pikir bisa kabur dariku."
Zang Jian segera bersujud...."Tolong ampuni aku, aku akan bayar berapapun yang kau inginkan, sepuluh milyar, dua puluh milyar, ambil semua."
"Pada akhirnya, puluhan milyar yang kau miliki itu bukanlah uangmu, setelah kau mendapat penghakiman ini, semua aset itu akan kembali ke mereka yang telah kau buat sengsara."
Tidak ada keraguan di wajah Askar untuk menarik pelatuk senjata, mata tidak berkedip ketika darah membasahi wajahnya.
Hingga akhirnya, dia pun lenyap dari balik bayangan gelap dari dalam ruangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Will Stains Alexander
ngeri juga di Jakarta ada assassin pasti dia user Ling dari bogot
2023-05-22
0
IG: _anipri
wah ... Askar benar-benar meresahkan
2023-01-01
0
ugly squid
baca karena covernya ada yjh, ternyata seru juga
2022-12-27
0