Tubuh Evelyn membentur meja kaca di belakangnya..rasa nyeri akibat tamparan itu begitu terasa panas di wajahnya...
Namun...seolah sudah mati rasa Evelyn bahkan tidak menunjukan emosi apapun di wajahnya meski air matanya menetes...setelah dia menampar Sania dan mempermalukannya di hadapan tunangannya Elard, malam itu juga setelah Elard pulang...
Ia mulai di sidang...ada juga sang ayah yang hanya menatapnya dari sudut ruangan dengan wajah pucat nya, Evelyn bisa menebak dia takut pada istrinya..hal itu semakin membuat Evelyn terbakar amarah.
Paula begitu marah ketika mendapatkan laporan dari putrinya Sania kalau Evelyn menyebut Paula sebagai pelakor..
''Katakan padaku apa maksud perkataanmu...kau bilang bahwa aku adalah pelakor...'' teriak Paula dengan murka..
Evelyn berdiri dan menatap mata Paula penuh kebencian...
''Nyonya....dia menghina ibuku, jadi apa salahnya dia merasakan hal yang sama..''
''Beraninya kau padaku..''
Plak...
Kali ini tamparan kedua dan mampu membuat bibir Evelyn pecah seketika..darah menetes dari sana..ia menoleh..
''Apakah nyonya tersinggung dengan perkataanku...itu artinya semua adalah kebenaran...''ucap Evelyn dengan suara bergetar...
Paula tertawa....
''Aku sedang memelihara ular yang akan mematukku dan menebarkan racun....baiklah ini salahku karna aku kasihan dan mengangkatmu sebagai anak...sekarang pergi dari rumahku..''ucap Paula dengan tajam..
Namun Evelyn tidak bergeraks sedikitpun dari tempatnya berdiri...ia seolah menantang seorang Paula...
''Aku bukan anak angkat...kali ini Evelyn menoleh pada Robert...''
Dan Paula menatap ke arah yang sama, segera ia terkejut seketika menyadari kalau Evelyn mungkin adalah anak dari Robert dan istrinya bernama Sarah..
''Robert..katakan kalau...''
''Dia adalah anak...kandungku Paula..''ucap Robert dengan jujur...
Paula terlalu syok sampai hampir jatuh namun,.....Sania memeluknya dari belakang menahan ibunya..
''Tidak mungkin....kau anak Sarah...''
Evelyn mengepalkan tangannya...ia mendekati Paula dan mengeraskan wajahnya..
''Yah....aku adalah anak ibu Sarah..dan sebelum nyonya mengusirku perlu aku perjelas jika rumah ini...adalah milik ibuku, itu artinya kau dan ayah hanya menumpang dirumah ibuku.....''
Paula baru menyadari ada yang berbeda dari tatapan Evelyn, matanya sama seperti mata Sarah dan ia berani.....
''Cih,....kau sombong sekali....memangnya rumah ini bisa memberimu makan....akulah yang memberi perlindungan padamu...dan ingat kau masih punya ayah..''
''Tidak....aku adalah yatim piatu nyonya, dan aku ingin mengingatkan satu hal padamu...berhenti mengusik hidupku...atau kalian semua akan terusir dari rumah ini..''
Evelyn melangkah meninggalkan ruang tamu...dan masih mendengar teriakan Paula,...
''Tak ada makanan untukmu mulai hari ini..apa kau mengerti....''
Evelyn memejamkan matanya dengan rasa sedih luar biasa...ia melangkah ke kamar kecilnya yang berada di luar rumah..
Yah...meski ini rumahnya dia tak bisa melakukan apapun, ia hanyalah seorang gadis berusia 18 tahun dan ia masih punya ayah kandung..meski dia membencinya..
Evelyn berbaring di kasur kecilnya di kamar..dan menutup matanya...ia kembali meneteskan airmatanya..
''Oh....hentikan Evelyn...aku bosan melihat kau menangis....bisakah kau tersenyum saja...itu lebih baik...''ucap Evelyn pada dirinya sendiri..
Ia harus istirahat sebentar karna ini gilirannya bekerja shif malam dan biasanya akan ramai pada jam itu..
Evelyn memejamkan matanya untuk segera tertidur,....
************
Malam yang begitu sibuk di lalui Evelyn tanpa mengeluh...bekerja di restoran cepat saji itu tak mudah..ketika banyak yang datang maka untuk brhenti sejenak itu tak mungkin...
namun sebisa mungkin Evelyn melakukan tugasnya dengan baik..tentu mereka di awasi cctv..
Waktu menunjukan pukul 10 malam dan Evelyn baru saja selesai mengerjakan semua pekerjaannya, tubuhnya lelah setengah mati..wajahnya terasa pucat...karna memang ia sudah tak boleh makan dirumah itu artinya dia harus mengeluarkan uang untuk membeli makanan di luar...
Evelyn sungguh putus asa..
''Pulanglah Evelyn..''ucap seorang teman kepadanya...
Evelyn tersenyum dan mengambil sekotak Burger dan air mineral untuk menahan laparnya malam ini..
Tapi..tubuhnya terlalu lapar, dan menjadi gemetar...
Evelyn melangkah keluar di gelap malam dan berhenti sebentar di sebuah taman di dekat rumahnya lalu duduk disana sambil mengeluarkan burger...dan air mineral yang dia bawa tadi..
Evelyn mengunyah Burger itu dengan rasa sakit...pikirannya mulai melayang...sudah 3 hari itu artinya sisa 4 hari waktu baginya untuk membayar makam,....dari mana dia mendapatkan uang itu sedangkan makan saja dia sudah kesulitan..
Evelyn terbatuk karna tersedak...ia terlalu menangis hingga menelan sedikit burger untuh...untung saja dia segera minum air....
Tiba-tiba seseorang duduk di sampingnya...Evelyn menoleh dan begitu terkejut..
''Tuan ELard...''jeritnya dengan mata melebar seakan tak percaya..
Elard duduk di sampingnya dan meletakan sebuah kotak di depannya..
''Yah...aku....''
''Sejak kapan...''
Elard menghela nafas..sejujurnya, sejak pulang dari rumah Sania, pikirannya trus tertuju pada Evelin entah mengapa...ia merindukan gadis itu dengan sangat besar,....
''Sejak kita bertemu di rumah Sania..''
Evelyn tersenyum kesal..
''Apa kau mau menertawai kehidupanku..yah...orang kaya seperti kalian bahkan tidak tau kesedihan orang miskin sepertiku..apakah...Sania memintamu mengawasiku...''
Tersinggung..itulah yang dirasakan Evelyn saat ini..rasa tersinggung dan malu begitu kuat menyerang hatinya,...
Evelyn bangkit...dan menatap Elard dengan tajam...
''Kau sudah melihat hidupku yang menyedihkan bukan..kau sudah melihatnya sekarang..jadi katakan pada tunanganmu b betapa menderitanya aku.... lalu bisakah kau tinggalkan aku...''ucap Evelyn dengan rasa marah pada dirinya sendiri..
Elard pun bangkit dan mendekati Evelyn yang melangkah meninggalkan taman...
''Jangan mengikutiku...''
Namun Elard terus mengikutinya..hingga Evelyn membalikan tubuhnya dan menatap Elard..tenaganya seakan habis menghadapi keluarga itu di tambah lagi pria ini yang akan menambah masalah baru dalam hidupnya...
Evelyn seakan menjadi gila sendiri...
Elard mendekat tanpa bersuara..ia melangkah dan menatap tajam kepada Evelyn yang terlihat rapuh...
Sesaat kemudian tanpa di duga Evelyn...pria itu menarik tubuh Evelyn untuk tenggelam di dalam pelukannya...
Deg!!!!!
Hanya memeluk, meski Evelyn meronta namun...entah mengapa dia merasa nyaman selama ini ia tak pernah mendapat pelukan seseorang termasuk ayahnya..tidak....Evelyn tak pernah merasakan pelukan lain selain ibunya....
Karna itu...airmatanya kembali mengalir deras..hanya dengan pelukan pria ini..tanpa sadar Evelyn memejamkan matanya...mengapa pelukan ini begitu menenangkan dirinya...?
''Berhentilah menyiksa dirimu Evelyn...aku datang bukan untuk Sania atau siapapun...aku datang karna hatiku memintaku datang....''bisik Elard semakin mempererat pelukannya..
''Mengapa kau melakukannya...apa kau kasihan padaku...dengarkan aku...''
''Ssst......terlalu banyak yang kau pikirkan Eve....bisakah kau melepaskan sedikit bebanmu karna sesungguhnya aku ingin,....kau bersandar padaku..meski kau pada akhrinya mungkin akan melukaiku Eve....''
''Apa.....'' airmata Evelyn jatuh...
Elard tersenyum...
''Aku ingin menjadi sandaranmu mulai sekarang...Eve....''
Deg!!!!!
''Sandaran.......''ulang Evelyn dengan mata berkaca-kaca.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Yeeezzz Bagus Evelyn jangan mau di tindas..👏🏻👏🏻👍🏻👍🏻
2023-04-28
0